Berpakaian termasuk kebutuhan fundamental bagi manusia. Setiap hari dan setiap ketika kita menggunakan pakaian. Pakaian yang dikenakan melindungi pemakainya dari panas, hujan, dan dingin. Setiap muslim dan muslimah dituntut untuk berpakaian sesuai dengan pedoman Islam. Seorang muslim atau muslimah dihentikan mengenakan pakaian yang hanya mengikuti tren dengan mengabaikan hukum agama. Allah Swt. menjelaskan budbahasa berpakaian dalam ayatnya berikut ini.
Artinya: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, semoga mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, semoga mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai impian (terhadap perempuan), atau bawah umur yang belum mengerti ihwal aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya semoga diketahui suplemen yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kau semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, semoga kau beruntung. (Q.S. an-Nur [24]: 30–31)
Adab berpakaian yang diajarkan Islam bagi perempuan cenderung lebih ketat dari pria. Wanita muslimah dituntut untuk hanya menampakkan beberapa kepingan kecil tubuhnya. Pada dasarnya pakaian bagi kaum laki-laki hampir sama dengan wanita, yaitu menutup aurat. Akan tetapi, aurat laki-laki lebih sempit dibanding dengan aurat wanita. Oleh lantaran itu, hukum berpakaian bagi laki-laki lebih longgar.
Ada budbahasa berpakaian yang perlu diperhatikan oleh laki-laki dan wanita.
Cermatilah hadis dari Abu Hurairah sebagai berikut.
Artinya: Rasulullah saw. melarang lelaki yang menggunakan pakaian perempuan dan perempuan yang menggunakan pakaian laki-laki. (H.R. Abu-Daud)
Fungsi Pakain Bagi Umat Muslim
Bagi muslim, pakaian mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.
1. Fungsi Penutup Aurat
Fungsi pertama pakaian yakni menutup aurat. Fungsi sebagai epilog aurat merupakan fungsi paling fundamental dibanding fungsi-fungsi yang lain. Perintah berjilbab contohnya merupakan perintah untuk menutup aurat. Jika aurat tidak ditutup, sanggup menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Berkaitan dengan fungsi epilog aurat, Allah Swt. berfirman menyerupai berikut.
Artinya: Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutup auratmu (yuwari sauatikum) dan untuk suplemen (risyan) bagimu. Tetapi pakaian taqwa (libasuttaqwa), itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian gejala kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (Q.S. al-A‘raf [7]: 26)
2. Fungsi Takwa
Fungsi kedua pakaian yakni fungsi takwa. Pakaian akan melindungi pemakainya baik secara fisik maupun psikis. Pakaian tidak sanggup menyebabkan seseorang terhormat. Akan tetapi, pakaian sanggup mendorong seseorang berperilaku terhormat, contohnya ketika menggunakan baju takwa seseorang akan terdorong untuk melaksanakan perbuatan yang terhormat menyerupai salat dan mengaji. Selain itu, pakaian sanggup mendorong seseorang untuk mendatangi tempat-tempat terhormat. Sebaliknya, pakaian yang sembarangan atau bahkan cenderung badung akan mengundang duduk perkara tiba pada kita. Tatapan badung akan segera menghampiri. Tidak jarang tindakan badung juga akan mendekat. Pakaian yang baik mendorong seseorang untuk berbuat baik. Dengan demikian, jilbab sanggup menghindarkan pemakainya dari bencana. Misalnya terhindar dari gangguan orang iseng. Jilbab juga berfungsi sebagai libasuttaqwa yang mendorong pemakainya berperilaku terhormat.
Memakai pakaian tidak hanya sekadar modis, tetapi harus sesuai tuntunan syariat.
3. Fungsi Penunjuk Identitas
Pakaian yang dikenakan oleh seseorang sanggup menjadi penunjuk identitas bagi orang tersebut. Misalnya, anak yang menggunakan baju biru putih berarti murid sekolah menengah pertama (SMP). Seorang muslim dibutuhkan menggunakan pakaian yang sanggup menggambarkan identitasnya sebagai muslim. Pakaian yang digunakan terutama oleh seorang muslimah sanggup menjadi penunjuk identitas, bahwa beliau yakni seorang pemeluk Islam. Jilbab yang dikenakan oleh seseorang menjadi penunjuk bahwa beliau yakni seorang muslimah.
Adab Berhias
Manusia tidak saja membutuhkan pakaian untuk menutup aurat. Manusia memerlukan pakaian sebagai perhiasan. Dalam hal ini pakaian berfungsi sebagai risyan. Pakaian tidak hanya berfungsi menutup aurat, tetapi juga sanggup mempercantik atau memperelok pemakainya. Jilbab dan busana muslim terus berkembang mengikuti mode. Jilbab tidak hanya sebagai epilog aurat tetapi juga sebagai sarana mempercantik diri. Berhias bagi insan merupakan naluri. Akan tetapi, agama Islam memberi batasan semoga seseorang tidak terjerumus oleh hawa nafsunya. Islam tidak ingin pemeluknya tergoda oleh bujuk rayu setan. Sejalan dengan fungsi pakaian sebagai penunjuk identitas, dalam berhias umat Islam harus mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut yang membedakannya dengan pemeluk agama lain.
Berhias sangat dianjurkan oleh Islam. Akan tetapi, tidak boleh mengikuti cara berhias orang JahiliyahAllah Swt. berfirman menyerupai berikut.
Artinya: . . . dan janganlah kau berhias dan (bertingkah laku) menyerupai orangorang jahiliah dahulu . . . . (Q.S. al-Ahzab [33]: 33)
Dalam ayat di atas Allah Swt. melarang umat Islam berhias menyerupai orang-orang jahiliah. Dalam hal berpakaian dan berhias umat Islam dihentikan berlaku menyerupai orang-orang jahiliah. Umat Islam hendaknya berpakaian dan berhias yang sanggup menunjukkan identitas sebagai muslim. Ingatlah kembali dongeng Adam dan Hawa di surga. Adam dan Hawa tergoda oleh bujuk rayu setan. Mereka memetik dan menikmati buah terlarang. Aurat mereka pun terbuka dan ditutupi dengan daun-daun surga. Mereka pun terusir dari nirwana dan diturunkan ke bumi. Terdapat dua pelajaran yang sanggup kita petik dari insiden yang menimpa Adam dan Hawa di surga.
Pertama, ilham membuka aurat merupakan ilham setan. Setan membujuk insan semoga membuka auratnya. Setan menyukai seseorang atau insan yang membuka aurat. Kedua, Adam dan Hawa diusir dari nirwana alasannya tergoda bujuk rayu setan. Siapa pun yang terjebak oleh bujuk rayu setan akan menjauh dari Allah Swt. dan Dia akan memberi tanggapan sesuai amal perbuatannya.