Showing posts sorted by relevance for query pengertian-kitab-isi-kitab-allah-dan. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query pengertian-kitab-isi-kitab-allah-dan. Sort by date Show all posts

Nih Pengertian Kitab, Isi Kitab Allah, Dan Cara Beriman Kepada Kitab Allah

1. Pengertian Kitab
       Secara bahasa, kitab berarti tulisan, buku, atau ketetapan. Kitab Allah sanggup kita artikan dengan tulisan, buku, maupun ketetapan yang berasal dari Allah swt.  Allah telah mengutus kepada setiap umat insan seorang rasul. Tugas rasul ialah membawa dan memberikan kabar dari langit (wahyu) untuk kepentingan kehidupan insan di muka bumi. Kabar dari langit (wahyu) ini yang menjadi contoh pengertian kitab Allah tersebut.
      Kabar dari langit yang dibawa oleh para rasul ternyata ada beberapa tingkatan. Ada yang rendah, ada juga yang tinggi. Pada tingkatan yang rendah, kabar dari langit (wahyu) ini sanggup berupa rukyah, kasyf, ilham/inspirasi, dan sejenisnya yang dialami oleh para nabi dan rasul dan sanggup juga dialami oleh insan yang tidak berstatus nabi/rasul. Akan tetapi, tingkatan wahyu yang semacam ini tidak termasuk contoh dari pengertian kitab Allah.
      Meskipun hal tersebut dialami oleh seorang yang mencapai derajat rasul akan disebut hadis.
Wahyu yang lain yaitu tingkatan wahyu tertinggi yang disebut wahyu matlu - w (wahyu yang dibacakan). Artinya, dari Allah wahyu tersebut didiktekan lewat perantaraan malaikat dan
berbagai cara lainnya ke dalam hati setiap rasul. Hanya insan yang berstatus rasul yang mempunyai kapasitas untuk mendapatkan wahyu tingkatan tertinggi ini. Oleh alasannya ialah itu, dari semua wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw. hanya wahyu matluw (yakni Al-Qur'an) yang disebut sebagai kitab Allah (kitabullah).

2. Garis Besar Isi Kitab-Kitab Allah
      Secara garis besar, isi kitab-kitab Allah mencakup beberapa hal berikut ini.
a. Ajaran wacana tauhid (keesaan Allah).
b. Mengajarkan iktikad (keimanan) yang benar.
c. Hukum-hukum dan peraturan Allah.
d. Berisi kesepakatan wacana pahala dan bahaya Allah.
e. Memuat perintah dan larangan Allah.
f. Berisi dongeng wacana umat insan terdahulu biar menjadi pelajaran (iktibar).

3. Beriman kepada Kitab-Kitab Allah
       Beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu dari enam rukun iman. Perhatikan firman Allah yang artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”
(Q.S. an-Nisa-’ [4]: 136)
      Jika ayat tersebut dikaitkan dengan iman kepada kitab-kitab Allah, penjabarannya sebagai berikut.
a. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya adanya beberapa kitab suci yang telah diturunkan Allah sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia.
b. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa kitab-kitab suci itu disebut dalam Al-Qur'an (Zabur, Taurat, dan Injil).
c. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa Al-Qur'an merupakan kitab Allah terakhir (penutup) yang mengabarkan pedoman tauhid serta membenarkan isi kitabkitab suci sebelumnya.
d. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya adanya kitab-kitab sebelum Al-Qur'an yang lalu digantikan dan disempurnakan oleh Al-Qur'an.
e. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya bahwa Al-Qur'an merupakan kitab terakhir yang seluruhnya benar, tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya, serta terjaga
keutuhannya semenjak diturunkan hingga hari kiamat.
f. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya adanya sunah Nabi Muhammad saw. sebagai klarifikasi amaliah Al-Qur'an.
g. Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti memercayai
     Al-Qur'an sebagai kitab yang berisi petunjuk bagi insan wacana kebenaran dan kebaikan yang berlaku hingga hari kiamat.
Perhatikan juga firman Allah yang artinya: ”. . . . Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ’Kami tidak membedabedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya . . . .” (Q.S. al-Baqarah [2]: 285)
      Dalam kaitannya dengan iman kepada kitab-kitab Allah, ayat di atas menawarkan bahwa sebagai umat Islam kita harus mengakui dan menghormati kedudukan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang paling utama, serta mengakui dan menghormati kedudukan kitab-kitab Allah yang turun sebelum Al-Qur'an.

4. Cara Beriman kepada Kitab-Kitab Allah
      Tahukah kamu, bahwa hidup ini penuh dengan cara-cara atau kiat? Jika kau ingin pintar, caranya belajar, ingin kaya, caranya hemat, dan kerja keras. Ingin dihormati, caranya kita harus menghormati orang. Jika kau ingin beriman kepada kitabkitab Allah, juga ada beberapa cara yang sanggup kau lakukan. Bagaimana?
Beriman kepada kitab-kitab Allah ada dua cara, menyerupai di bawah ini.
a. Beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur'an. Caranya sebagai berikut.
1) Meyakini bahwa kitab-kitab itu benar-benar wahyu Allah, bukan karangan para rasul.
2) Meyakini kebenaran isinya.
b. Beriman kepada Al-Qur'an. Caranya sebagai berikut.
1) Meyakini bahwa Al-Qur'an itu benar-benar wahyu Allah, bukan karangan Nabi Muhammad saw.
2) Meyakini bahwa isi Al-Qur'an dijamin kebenarannya tanpa ada keraguan sedikit pun.
3) Mempelajari, memahami, dan menghayati isi kandungan Al-Qur'an.
4) Mengamalkan pedoman Al-Qur'an dalam kehidupan seharihari.

Nih Macam-Macam Kitab Dan Suhuf (Isi Kitab Taurat, Zabur, Injil, Dan Al-Quran)

       Dalam kaitannya dengan kitab-kitab Allah, ada juga yang disebut dengan suhuf. Suhuf merupakan lembaran-lembaran berisi firman Allah yang Allah turunkan kepada para nabi/rasul.
Suhuf berisi perihal aturan dasar yang dijadikan pedoman dalam menjalankan agama bagi seorang nabi/rasul (yang mendapatkan suhuf).
Tentang suhuf ini, Nabi Muhammad saw. pernah menyuruh beberapa sobat untuk menuliskan ayat pada pelepah kurma, kulit, maupun tulang-tulang hewan. Tulisan-tulisan firman Allah pada benda-benda tersebut (lembaran-lembaran) yang terpisahpisah ini yang dimaksud dengan suhuf.
Kita memang tidak banyak mengetahui perihal kitab-kitab Allah terdahulu. Oleh lantaran itu, kita hanya diwajibkan mengimaninya. Selanjutnya, perihal apa dan bagaimana macam kitab-kitab tersebut, sumber gosip kita hanya Al-Qur'an sebagai kitab Allah yang terakhir dan hadis nabi.
       Kitab-kitab Allah yang wajib kita imani ada empat sebagai berikut.
1. Kitab Taurat
       Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s. sebagai pedoman dan petunjuk bagi Bani Israil. Isi kandungan kitab
Taurat berisi hal-hal berikut ini.
a. Kewajiban meyakini keesaan Allah.
b. Larangan menyembah berhala.
c. Larangan menyebut nama Allah dengan sia-sia.
d. Supaya menyucikan hari Sabtu (Sabat).
e. Menghormati kedua orang tua.
f. Larangan membunuh sesama insan tanpa alasan yang benar.
g. Larangan berbuat zina.
h. Larangan mencuri.
i. Larangan menjadi saksi palsu.
j. Larangan mengambil hak orang lain. (Ensiklopedi Islam 5. 1994: halaman 93)

2. Kitab Zabur
       Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud a.s. untuk disampaikan dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi umatnya. Menurut keterangan, kitab Zabur (Mazmur) ini berisi kumpulan nyanyian dan kebanggaan kepada Allah atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Di dalamnya juga berisi zikir, doa, nasihat, dan kata-kata hikmah. Menurut orang-orang Yahudi dan Nasrani, kitab Zabur kini terdapat pada kitab Perjanjian Lama dan terdiri atas 150 pasal. (Ensiklopedi Islam 5. 1994: halaman 219)

3. Kitab Injil
       Kitab Alkitab diturunkan kepada Nabi Isa a.s. sebagai petunjuk dan tuntunan bagi Bani Israil. Sebagaimana kitab-kitab Allah yang lain, kitab Alkitab berisi permintaan untuk menyembah kepada Allah semata. Dalam kitab ini dijelaskan bahwa Allah ialah Tuhan Maha Esa yang tidak beribu ataupun berputra. (PAI Karwadi dkk)

4. Kitab Al-Qur'an
       Kitab Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk dijadikan petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia, tidak hanya khusus bagi bangsa Arab. Al-Qur'an sebagai
kitab suci terakhir, isinya mencakup seluruh kitab-kitab terdahulu dan melengkapi dengan aturan-aturan yang belum ada.
Pada dasarnya kitab-kitab Allah yang disebutkan di depan mengandung pedoman yang sama, yaitu pedoman perihal tauhid atau mengesakan Allah. Selain itu, tujuan diturunkannya kitab-kitab
tersebut biar menjadi pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal yang membedakannya hanya perihal tata cara atau syariatnya, disebabkan adanya perbedaan
waktu dan tempat. Selain empat kitab di atas, Allah swt. juga menurunkan wahyu dalam bentuk suhuf. Allah swt. berfirman:
Artinya: Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang terdahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Q.S. al-A‘la- [87]: 18–19)
Pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, pengertian suhuf ialah satu surah dalam Al-Qur'an sehingga kitab Al-Qur'an terdiri atas 114 suhuf (surah). Hal ini mengatakan bahwa
pengertian kitab dan suhuf sanggup kita bedakan.
Beberapa nabi yang telah mendapatkan suhuf dari Allah sebagai berikut.
a. Adam a.s. sepuluh suhuf.
b. Syis. a.s. enam puluh suhuf.
c. Idris a.s. tiga puluh suhuf.
d. Ibrahim a.s. tiga puluh suhuf.
e. Musa a.s. sepuluh suhuf.

Nih Keyakinan Kepada Rasul-Rasul Allah


A. Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
     Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun kepercayaan yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud kepercayaan kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul ialah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk mendapatkan wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat insan biar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

    Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)

    Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Alquran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:
1. Adam AS. 
       bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau insan pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
2. Idris AS. 
       ialah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah tempat berjulukan Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
3. Nuh AS. 
       ialah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat dia yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan dia dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. lantaran naik perahu yang sudah dia persiapkan atas petunjuk Allah swt.
4. Hud AS. 
       ialah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati tempat Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) hingga Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia.
5. Shaleh AS.
       Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati tempat Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud bekerjsama masih keturunan kaum ‘Ad.
6. Ibrahim AS. 
       putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu tempat yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga dia dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, lantaran diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), lantaran anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at dia banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan.
7. Luth AS. 
       Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan dia banyak mencar ilmu agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, pecahan dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan watu bercampur api lantaran kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama lantaran sikap mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki.
8. Ismail AS. 
       ialah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau ialah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
9. Nabi Ishak AS. 
       putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Makara nabi Ismail dengan nabi Ishak ialah saudara sebapak, berlainan ibu.
10. Ya’qub AS. 
       ialah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Alquran dengan sebutan al Asbath, diantaranya ialah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt.
11. Yusuf AS.
       putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Alquran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua perempuan bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
12. Ayyub AS. 
       ialah putra Ish . Ish ialah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Makara nabi Ayyub dan nabi Yusuf ialah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Alquran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
13. Dzulkifli AS. 
       putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya ialah Basyar yang diutus setelah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli lantaran ia senantiasa melaksanakan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan
14. Syu’aib AS.
       masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di tempat Madyan, suatu perkampungan di tempat Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz bersahabat danau luth. Mereka ialah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s.
15. Yunus AS. 
       ialah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, tempat Irak. Dalam sejarahnya dia pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt.
16. Musa AS. 
       ialah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
17. Harun AS. 
       ialah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir.
18. Dawud AS.
       ialah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak.
19. Sulaiman AS. 
       ialah putra Dawud. Beliau juga populer sebagai seorang raja yang kaya raya dan bisa berkomunikasi dengan hewan (bisa bahasa binatang).
20. Ilyas AS. 
       ialah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan.
21. Ilyasa AS. 
       berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling pundak membahu berdakwah di kalangan Bani Israil.
22. Zakaria AS. 
       seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, perempuan suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
23. Yahya AS. 
       ialah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, lantaran terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang ketika itu sudah bau tanah renta, yang secara lahiriyah mustahil lagi bisa melahirkan seorang anak.
24. Isa AS. 
       ialah seorang nabi yang lahir dari seorang perempuan suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen.
25. Muhammad SAW. 
       putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau ialah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Alquran yang merupakan kitab suci terakhir pula.

B.Tugas Para Rasul
    Tugas pokok para rasul Allah ialah memberikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat kiprah mereka, maka Allah swt. memperlihatkan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
    Mukjizat ialah suatu keadaan atau tragedi luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk mengambarkan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau mendapatkan pedoman yang dibawakannya.
Adapun kiprah para nabi dan rasul ialah sebagai berikut:
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat insan bahwa:
a. Allah ialah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah)
b. Allah ialah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah ialah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan insan (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat insan bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt.  Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini ialah ibadah mahdhah menyerupai salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah ialah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dihentikan dan mana yang harus dikerjakan berdasarkan perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama menyerupai berkata benar, sanggup dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya wacana berita-berita mistik sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan jawaban surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat insan yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap insan atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
    Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut:
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)

C.Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
    Di antara gejala orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah ialah sebagai berikut:
1.Teguh keimanannya kepada Allah swt
    Semakin besar lengan berkuasa keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin besar lengan berkuasa pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul ialah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Alquran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
    Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama ialah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya ialah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.
2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
    Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain ialah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah ialah dilema yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, lantaran wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
    Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jikalau terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang eksklusif bisa mendapatkan suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
    Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau pedoman yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
    Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin ialah menyerupai yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
    Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya ialah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum mendapatkan wahyu dari Allah swt, mereka ialah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi teladan sikap atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah mendapatkan wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, lantaran mereka selalu menerima bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).

Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut ialah sebagai berikut: 1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu sanggup dipercaya, jujur, mustahil khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen memberikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul ialah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka ndeso atau idiot (baladah).
c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) menerima sanjungan dan kebanggaan yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan lantaran akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4)
5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah ialah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia.        
    Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh insan (umatnya) manakala mereka eksklusif merespon terhadap kiprah rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)
6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
    Nabi Muhammad saw. ialah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul setelah dia saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut:
Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang pria diantara kamu, tetapi dia ialah rasulullah dan epilog para nabi. Dan ialah Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40)
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara terperinci bahwa Muhammad ialah khatamannabiyin (penutup para nabi).

7. Mencintai Nabi Muhammad saw.
    Mencintai nabi Muhammad saw. ialah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mengasihi Rasulullah saw. jikalau ia masih menomorduakan kecintaan kepada dia di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:
“ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai ialah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memperlihatkan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24)
    Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya kepercayaan akan dirasakan seorang muslim jikalau dia telah mengakibatkan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda:
Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mengasihi Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mengasihi seseorang hanya lantaran Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.
(H.R. Muttafaq alaih )


D.Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul
    Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya:
1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
Salatlah kalian sebagaimana saya salat. (H.R. Bukhari)
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, higienis dan indah, makan makanan yang halal, higienis dan bergizi, makan tidak hingga kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3. Dalam berkeluarga, contohnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mengasihi dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe insan individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan insan yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.

E. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama
2. Tabah dan sabar dalam menghadapi petaka
3. Selalu optimis dan tidak pernah frustasi
4. Peduli terhadap kaum dhu’afa
5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah
7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul
8. Meyakini para Rasul mempunyai sifat-sifat terpuji
9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan

(Dinukil dari buku” Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah saw, hal 75-79 disusun oleh K.H. Firdaus A.N., Publicita, Jakarta , 1977)(image source:google.com)

Nih Sumber-Sumber Aturan Islam (Al-Quran, Hadis, Dan Ijtihad) | Kedudukan Ketiganya Dalam Aturan Islam

Sumber aturan islam yaitu sesuatu yang menjadikan suatu aturan yang mengikat dan menjadi sumber referensi apabila mendapati suatu kendala dalam memecahkan kasus bagi umat islam. Sumber aturan islam terdapat tiga hal yaitu, Al-Qur'an, Hadits, dan Ijtihad. Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam aturan Islam. Dengan demikian, segala ketentuan aturan harus merujuk pada kitab suci tersebut. Untuk mengetahui tuntunan salat misalnya, kita terlebih dahulu perlu mengacu klarifikasi dalam Al-Qur’an. Di sana banyak ayat yang menyatakan, ”tunaikanlah salat”. Untuk memahami lebih lanjut, kita perlu mencari klarifikasi dalam hadis. Selanjutnya, kita perlu memilih hukumnya dengan memakai dukungan ilmu fikih sehingga diketahui salat itu hukumnya harus dikerjakan (wajib), diperbolehkan (mubah), dianjurkan (sunah) atau hukum-hukum yang lain.
Untuk lebih jelasnya mari kita simak bersama klarifikasi di bawah ini:
1. Al-Qur'an Sebagai Sumber Hukum Islam Pertama
    Al-Qur’an merupakan kitab suci sekaligus menjadi sumber utama dalam penetapan hukum. Dengan demikian, semua ketentuan aturan yang berlaku dilarang bertentangan dengan aturan-aturan yang termuat dalam Al-Qur’an.
 yaitu sesuatu yang menjadikan suatu aturan yang mengikat dan menjadi sumber referensi apa Nih Sumber-Sumber Hukum Islam (Al-Quran, Hadis, dan Ijtihad) | Kedudukan Ketiganya Dalam Hukum Islam
Pengertian Al-Qur’an
    Al-Qur’an yaitu wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui mediator Malaikat Jibril. Kitab ini diturunkan secara berangsur-angsur sebagai petunjuk dan pedoman bagi seluruh umat manusia. Ketentuan ini sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut.
 yaitu sesuatu yang menjadikan suatu aturan yang mengikat dan menjadi sumber referensi apa Nih Sumber-Sumber Hukum Islam (Al-Quran, Hadis, dan Ijtihad) | Kedudukan Ketiganya Dalam Hukum Islam
Artinya: Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Muhammad) semoga ia menjadi pemberi peringatan bagi seluruh alam (jin dan manusia). (Q.S. al-Furqan [25]: 1)
Al-Qur’an juga merupakan kitab suci Allah yang terakhir. Setelah kitab suci Al-Qur’an tidak ada kitab suci lain yang boleh dijadikan sebagai pedoman hidup. Dalam Al-Qur’an memuat tiga pembahasan pokok, yaitu keyakinan (keimanan), ibadah mahdah, dan muamalah.
Kedudukan Al-Qur’an
    Al-Qur’an mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, contohnya sebagai berikut.
1) Wahyu Allah Swt.
    Segala ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an murni merupakan firman dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril. Oleh lantaran merupakan firman Allah, Al-Qur’an mempunyai kedudukan yang utama dan harus dijadikan pijakan insan dalam menjalani hidup.
2) Pedoman Hidup
    Sebagai kitab suci, Al-Qur’an harus menjadi pedoman hidup insan untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan. Orang yang berpedoman pada Al-Qur’an termasuk golongan orang yang bertakwa dan akan mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3) Mukjizat Nabi Muhammad saw.
    Oleh lantaran kedudukannya sebagai mukjizat Nabi Muhammad, Al-Qur’an mempunyai keistimewaan yang tiada banding. Contohnya kitab suci ini merupakan wahyu Allah yang paling tepat dan menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Seluruh isi Al-Qur’an memperlihatkan kebenaran. Dengan keistimewaan ini, Al-Qur’an harus menjadi pedoman insan dari semenjak diturunkan hingga selesai zaman.
Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam
    Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber aturan agama berarti menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber pokok dan dalil pertama untuk memilih suatu hukum. Dengan demikian, jikalau terjadi suatu kasus atau persoalan, referensi pertama yaitu pada aturan Al-Qur’an. Kedudukan Al-Qur’an sangat utama dalam aturan Islam lantaran eksklusif diturunkan dari Allah Swt. Oleh lantaran itu, di dalamnya memuat jawaban segala persoalan, baik yang menyangkut korelasi antara insan dengan Allah (hablun minallah) maupun antarsesama insan (hablun minannas). Di dalamnya juga memuat info perihal alam gaib, menyerupai akhirat, surga, dan neraka.
    Al-Qur’an merupakan sumber aturan yang sangat lengkap. Dalam beberapa hal menyerupai warisan, pembahasan diuraikan secara terperinci. Dalam hal lain Al-Qur’an hanya memberi klarifikasi secara global. Oleh lantaran itu, perlu klarifikasi pendukung, yaitu dengan hadis Rasulullah saw. (Satria Effendi dan M. Zein. 2005. Halaman 92)

2. Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam Kedua
   Hadis yaitu segala perkataan, perbuatan, dan taqrir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Sebagai seorang rasul, Nabi Muhammad saw. yaitu teladan bagi setiap muslim sehingga semua perintah dan ajarannya harus kita ikuti. Mengikuti Rasulullah juga merupakan kewajiban bagi setiap muslim lantaran salah satu bukti ketakwaan kita kepada Allah yaitu mau mengikuti perintah Rasulullah saw. Dengan demikian, kedudukan hadis bagi umat Islam juga sangat penting.
 yaitu sesuatu yang menjadikan suatu aturan yang mengikat dan menjadi sumber referensi apa Nih Sumber-Sumber Hukum Islam (Al-Quran, Hadis, dan Ijtihad) | Kedudukan Ketiganya Dalam Hukum Islam
Derajat / Tingkatan-Tingkatan Hadis
    Dalam ilmu hadis, hadis dibagi menjadi beberapa macam. Sebagai pengenalan, kita akan membahas bentuk hadis berdasarkan nilainya. Jika hadis dilihat dari segi nilainya sanggup dibedakan menjadi hadis sahih, hasan, dan da’if.
1) Hadis Sahih
    Disebut hadis sahih jikalau memenuhi syarat; sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil, dan matannya tidak mengandung kejanggalan-kejanggalan.
2) Hadis Hasan
    Hadis hasan yaitu hadis yang sanadnya bersambung dan diriwayatkan oleh rawi yang adil, tetapi tidak sempurna, meskipun matannya tidak mengandung kejanggalan.
3) Hadis Da‘if
    Hadis da’if derajatnya paling rendah, di bawah sahih dan hasan. Suatu hadis dianggap mempunyai kedudukan da'if lantaran banyak sebab. Misalnya lantaran matan (isi) hadis tersebut ada yang cacat, perawinya tidak bersambung, dan kelemahan-kelemahan lainnya.
Kedudukan Hadis dalam Hukum Islam
    Hadis merupakan sumber aturan kedua sehabis Al-Qur’an. Dengan demikian, hadis mempunyai fungsi yang sangat penting dalam aturan Islam. Di antara fungsi hadis, yaitu untuk menegaskan ketentuan yang telah ada dalam Al-Qur’an. Oleh lantaran itu, ada ketentuan-ketentuan aturan yang telah tercantum dalam Al-Qur’an yang dipertegas kembali dalam hadis. Fungsi lainnya yaitu untuk menjelaskan ketentuan yang telah ada dalam Al-Qur’an. Ketentuan aturan dalam Al-Qur’an kadang masih bersifat umum sehingga butuh klarifikasi yang lebih khusus.
    Contohnya fungsi hadis yang menjelaskan ketentuan perihal waktu salat, jumlah rakaatnya, dan doa-doanya. Jika dalam Al-Qur’an ketentuan-ketentuan tersebut tidak dijelaskan secara terperinci. Meskipun suatu aturan kadang tidak dijelaskan dalam Al-Qur’an, jikalau dalam hadis disebutkan aturan tertentu, kita pun harus mematuhinya. Contohnya, dalam ayat-ayat Al-Qur’an sedikit dijelaskan perihal salat-salat sunah. Akan tetapi, Rasulullah memerintahkan dan memberi teladan kepada kita untuk mengerjakan beberapa macam salat sunah, kita pun harus mematuhinya. (Satria Effendi dan M. Zein. 2005. 124)

3. Ijtihad sebagai Sumber Hukum Islam Ketiga
Pengertian Ijtihad
    Setelah Al-Qur’an dan hadis sebagai referensi penetapan hukum, sumber aturan yang ketiga yaitu ijtihad. Ijtihad berasal dari kata ijtahada yang artinya bersungguh-sungguh atau mencurahkan segala kemampuan. Ijtihad dilakukan dengan mencurahkan kemampuan untuk mendapat syara’ atau ketentuan aturan yang bersifat operasional dengan mengambil kesimpulan dari prinsip dan aturan yang telah ada dalam Al-Qur’an dan sunah Nabi Muhammad saw. 
    Dalil yang menegaskan kedudukan ijtihad sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang artinya, ”Dari Mu‘az, sebenarnya Nabi Muhammad saw., ketika mengutusnya ke Yaman bersabda sebagai berikut. ”Bagaimana pendapat engkau jikalau suatu kasus diajukan kepadamu bagaimana engkau memutuskannya?” Mu’az menjawab, ”Saya akan menetapkan berdasarkan kitabullah (Al-Qur’an).” Selanjutnya Nabi saw. bertanya, ”Dan jikalau di dalam kitabullah, engkau tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?” ”Jika begitu saya akan menetapkan berdasarkan sunah Rasulullah,” jawab Mu’az. Nabi saw. bertanya kembali, ”Dan jikalau engkau tidak menemukan sesuatu mengenai hal itu di dalam sunah Rasulullah?” Jawab Mu‘az, ”Saya akan berijtihad mempergunakan pertimbangan budi pikiran sendiri (ajtahidu ra’yi) tanpa bimbang sedikit pun.” Selanjutnya Nabi saw. (sambil menepuk dada Muaz) berkata, ”Mahasuci Allah yang memperlihatkan bimbingan kepada utusan rasul-Nya dengan satu perilaku yang disetujui rasul-Nya.” (H.R. Abu-Daud dan Tirmizi)
    Hadis dari Mu‘az bin Jabal di atas menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan referensi sumber dari segala sumber aturan Islam. Demikian juga halnya dengan hadis Rasulullah. Jika pada kedua sumber tersebut tidak ditemukan ketentuan aturan secara konkret, kita boleh berijtihad dengan pikiran sehat kita. Para ulama juga beropini bahwa hasil ijtihad sanggup dipakai dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. (Satria Effendi dan M. Zein. 2005. Halaman 246)
Mujtahid dan Syarat-syaratnya
    Kedudukan ijtihad sangat penting dan diperlukan. Oleh lantaran pentingnya, dalam hadis Rasulullah dijelaskan bahwa jikalau hasil ijtihad seseorang benar akan mendapat tanggapan dua pahala, sebaliknya jikalau keliru tetap mendapat pahala satu. Dengan demikian, berijtihad sangat penting kita lakukan untuk menetapkan ketentuan hukum. Tidak benar pendapat yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Sebaliknya, umat Islam dianjurkan untuk berijtihad. Ijtihad harus dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Yusuf Qardawi dalam bukunya Al-Ijtihad fiasy-Syari‘ah al-Islamiyyah menyampaikan bahwa ada delapan hal yang menjadi syarat pokok untuk menjadi mujtahid. Kedelapan hal itu sebagai berikut.
1) memahami Al-Qur’an dengan bermacam-macam ilmu tentangnya;
2) memahami hadis dengan aneka macam ilmu tentangnya;
3) mempunyai pengetahuan yang mendalam perihal bahasa Arab;
4) mengetahui tempat-tempat ijmak;
5) mengetahui permintaan fikih;
6) mengetahui maksud-maksud syariat;
7) memahami masyarakat dan moral istiadatnya; serta
8) bersifat adil dan takwa.
    Selain delapan syarat tersebut, beberapa ulama menambah tiga syarat lainnya, yaitu:
1) mendalami ilmu us.uluddin (pokok-pokok agama);
2) memahami ilmu mantiq (logika); dan
3) menguasai cabang-cabang fikih.
 yaitu sesuatu yang menjadikan suatu aturan yang mengikat dan menjadi sumber referensi apa Nih Sumber-Sumber Hukum Islam (Al-Quran, Hadis, dan Ijtihad) | Kedudukan Ketiganya Dalam Hukum Islam
Kedudukan Ijtihad dalam Hukum Islam
    Kita telah sepakat bahwa Al-Qur’an dan hadis merupakan sumber pokok aturan Islam. Ijtihad untuk memilih aturan dibenarkan dengan tujuan kemaslahatan untuk menjawab setiap duduk kasus yang terjadi. Dengan demikian, aturan Islam secara dinamis bisa mengantisipasi tuntutan perubahan zaman. Ijtihad ini sanggup dilakukan dengan bermacam-macam cara, contohnya qiyas, istihsan, dan urf. Dalam melaksanakan ijtihad terhadap suatu kasus yang sama, kadang ulama yang satu memakai cara pendekatan yang berbeda dengan ulama yang lain. Oleh lantaran memakai cara pendekatan yang berbeda, hasil ijtihad tidak tertutup kemungkinan untuk berbeda. Akan tetapi, perbedaan pendapat yang terjadi merupakan rahmat yang tidak perlu diperselisihkan.
    Dengan dilakukannya ijtihad mengandung beberapa manfaat yang sangat penting. Dengan ijtihad aturan Islam semakin dinamis lantaran sanggup menjawab duduk kasus yang terjadi pada masa-masa tertentu. Selain itu, dengan dibolehkannya ijtihad akan melatih para ulama untuk berpikir kritis dan mau menggali lebih dalam ajaran-ajaran Al-Qur’an. Pada ketika ini ijtihad tumbuh subur di dunia, khususnya di negara yang lebih banyak didominasi penduduknya beragama Islam. Ijtihad dilakukan oleh para ulama, baik secara kolektif yang tergabung dalam forum atau organisasi tertentu serta secara pribadi.

Hukum Ijtihad
    Ulama fikih membagi aturan ijtihad menjadi tiga macam. Hukum-hukum tersebut berkaitan dengan ketika ijtihad tersebut disampaikan.
Pertama, ijtihad itu fardu ‘ain, yaitu harus dilakukan oleh setiap muslim. Hal ini terjadi jikalau seseorang berada dalam suatu keadaan atau kasus dan ia harus memilih sikap, sementara tidak ada orang lain di sana.
Kedua, ijtihad itu fardu kifayah, yaitu jikalau ada suatu kasus dan pada ketika yang sama ada para ulama yang bisa melaksanakan ijtihad. Oleh lantaran itu, hanya mereka yang telah bisa yang dibolehkan melaksanakan ijtihad.
Ketiga, ijtihad itu mandub atau sunah, jikalau terdapat kasus yang masih gres dan masih bersifat wacana atau belum terjadi. Saat itu, ijtihad tidak harus dilakukan, walaupun jikalau dilakukan tetap diperbolehkan sebagai langkah antisipasi kemungkinan pada masa depan.