Manusia semenjak kapan mulai memanah belum ada yang mengetahui, namun pada tahun 1676 atas prakarsa Raja Charles II dari Inggris panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Di Indonesia organisasi panahan resmi terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII dengan nama Perpani (Persatuan Panahan Indonesia). Setelah terbentuk Perpani, pada tahun 1959 Indonesia diterima sebagai anggota FITA (Federation International de Tir A L’arc) dalam konggres di Osio, Norwegia. Perpani dalam perkembangannya selalu berusaha dan berhasil mengikuti kejuaraankejuaraan dunia, lantaran pemanah Indonesia selalu melatih teknik panahannya.
Memanah yakni suatu acara memakai busur panah untuk menembakkan anak panah.
B.Teknik Dasar Memanah
Teknik memanah yang sempurna dan benar sangat menunjang pencapaian prestasi panahan. Dengan dikuasainya teknik memanah yang sempurna dan benar akan memungkinkan keajegan (consistency) gerakan memanah baik dalam latihan maupun kompetisi. Pemanah
pemula sebelum ke tekhnik terlebih dahulu harus menguasai dua metode pemasangan tali yaitu
1) metode menarik-menekan, dan 2) metode step-through.
Pemanah pemula dalam latihan panahan harus mengetahui dan mencoba cara memasang tali yang benar pada busur. Cara memasang tali yang benar penting sekali, yaitu biar busur tidak patah dan nocking point berada pada posisi yang benar. Ada dua metode/cara memasang tali pada busur:
1.Metode dorong tarik (push pull)
Metode ini digunakan pada busur yang lurus dan melengkung. Tali dipasang secara sempurna di dalam notch dari sisi busur sebelah bawah yang dibiarkan tenang. Tangan yang satu menarik penggalan tengah busur keluar, sedangkan tangan yang lain mendorong untuk memaksa sisi busur kearah bawah. Ketika lengkungan diperoleh, jari harus menyumbat ujung tali dalam penakik busur atas (notch). Tali yang sudah dipasang harus diperiksa yaitu dalam keadaan lurus dengan busur (Barrett J. A, 1990: 46). Pemanah harus hati-hati dalam memakai metoda ini, lantaran jikalau dikala mendorong tidak hati-hati tangan sanggup tergelincir, kesudahannya busur sanggup terbang ke depan dan sanggup memukul wajah. Seorang pemanah pemula, jikalau memiliki suatu tarikan busur yang berat dan atau sangat panjang, maka akan mengalami kesulitan untuk memakai metoda ini (C.John, W, 1976: 47).
2. Memasang ekor panah (nocking).
Nocking yakni memasukkan ekor panah ke nocking point pada tali dan menempatkan gandar (shaft) pada sandaran panah (arrow rest). Pemasangan anak panah yang benar yaitu bulu indeks menjauhi sisi jendela busur, sedangkan pemasangan yang salah kesudahannya anak panah tidak sanggup terbang ke arah sasaran dengan baik atau kemungkinan besar jatuh sebelum hingga sasaran (Achmad Damiri, 1990: 16).
3. Posisi setengah tarikan (set up)
Posisi tubuh releks dengan setengah tarikan. Pada dikala posisi ini, pemanah sangat penting untuk mencicipi biar posisi tubuh tetap tegak/center. Pemanah dalam menarik tali memakai tiga jari, yaitu: jari telunjuk di atas ekor anak panah, jari tengah dan jari elok berada di bawah ekor anak panah. Jarak antara jari telunjuk dan jari tengah kurang lebih satu sentimeter. Pada waktu set up buat satu garis lurus antara bow arm dengan draw arm (Lee dkk, 2000).
4. Menarik tali (drawing).
Tehnik dengan gerakan menarik tali hingga menyentuh penggalan dagu, bibir, dan hidung (Achmad Damiri, 1990: 21). Pemanah dalam menarik tali dengan irama yang sama, biar posisi tubuh selalu seimbang. Kemudian pada waktu menarik jangan dibantu dengan badan, tetapi gunakan otot-otot belakang pundak untuk menarik. Posisi yang benar yakni tali yang mendekati dagu atau kepala, sebaliknya jangan kepala pemanah yang mendekati tali.
5. Penjangkaran (anchoring).
Teknik dengan gerakan menjangkarkan tangan penarik pada penggalan dagu. Pada waktu anchoring, pernafasan harus dikontrol dengan baik dan konsentrasi tetap. Setelah anchoring, tekanan ke depan dari tarikan ke belakang terus kontinyu jangan hingga kendur/rileks (Lee dkk, 2000). Posisi anchoring ada 2 yaitu: penjangkaran yang tinggi dan penjangkaran yang rendah. Penjangkaran tinggi, dengan ujung jari telunjuk di sudut ekspresi sehingga ujung jari/ ujung tangan bertumpu sepanjang penggalan bawah tulang pipi. Penempatan jari depan di sudut ekspresi membantu mengatur anak panah di bawah pandangan mata. Penjangkaran rendah, jari depan bertumpu pribadi di bawah tulang rahang sehingga tali berada di garis tengah wajah.
Tali menyentuh ujung hidung dan di tengah-tengah dagu. Pemanah banyak mengerutkan bibir dan mencium tali. Pemanah pemula biasanya memakai cara penjangkaran yang tinggi
(Barrett J. A, 1990: 52-53).
6. Menahan perilaku memanah (holding).
Pemanah menahan perilaku memanah beberapa dikala sebelum anak panah dilepaskan (Achmad Damiri, 1990: 23). Pada posisi holding, untuk tekanan ke depan dan tarikan kebelakang tetap kontinyu. Pemanah dalam posisi holding, jangan dibantu tubuh untuk menahan beban tarikan busur, tetapi yang dilakukan yakni otot-otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkontraksi, biar perilaku memanah tidak berubah/tetap merupakan satu garis lurus (Lee dkk, 2000)
7. Membidik (aiming).
Suatu gerakan mengarahkan visir pada titik sasaran dan pemanah dalam memegang grip serileks mungkin. Bagi seorang pemanah pemula tehnik membidik sering berubah-ubah, hal ini disebabkan lantaran waktu membidik kadang terlalu cepat dan kadang terlalu lama, sehingga perlu latihan yang banyak biar sanggup ajeg. Menurut hasil pengamatan di kejuaraan Nasional, pemanah dalam membidik rata-rata memerlukan waktu 4 detik. Penyetingan alat pembidik (visir) perlu diubahsuaikan tidak hanya pada jarak, tetapi pada dikala cuaca dingin, panas, dan angin, biar memperoleh sasaran sesuai yang diinginkan (Achmad Damiri, 1990: 26).
8. Melepaskan anak panah (release).
Suatu gerakan melepaskan tali busur dengan cara tangan penarik tali bergerak ke belakang menelusuri dagu dan leher pemanah (Achmad Damiri, 1990: 26). Pada waktu release tekanan pada lengan kiri dan kanan jangan hingga bertambah pada salah satu bagian. Selain itu, jari-jari penarik tali juga harus rileks, biar mendapat release yang halus. Pemanah yang release nya halus, maka setiap arah panah dan speed (kecepatannya) sama, sehingga terbangnya anak panah menjadi mulus (Lee dkk, 2000).
9. Gerak lanjut (follow through).
Pemanah selama beberapa detik melaksanakan gerak lanjut dengan tetap menawarkan tekanan yang sama ibarat release. Pandangan mata pemanah juga harus tetap konsentrasi kesasaran tidak beralih ke terbangnya anak panah. Busur diusahakan tetap membisu sebelum anak panah menancap di target. Tujuan dari gerak lanjut yakni untuk memudahkan pengontrolan
gerak memanah yang dilakukan (Lee dkk, 2000).
Sumber: Yudik Prasetyo
pemula sebelum ke tekhnik terlebih dahulu harus menguasai dua metode pemasangan tali yaitu
1) metode menarik-menekan, dan 2) metode step-through.
Pemanah pemula dalam latihan panahan harus mengetahui dan mencoba cara memasang tali yang benar pada busur. Cara memasang tali yang benar penting sekali, yaitu biar busur tidak patah dan nocking point berada pada posisi yang benar. Ada dua metode/cara memasang tali pada busur:
1.Metode dorong tarik (push pull)
Metode ini digunakan pada busur yang lurus dan melengkung. Tali dipasang secara sempurna di dalam notch dari sisi busur sebelah bawah yang dibiarkan tenang. Tangan yang satu menarik penggalan tengah busur keluar, sedangkan tangan yang lain mendorong untuk memaksa sisi busur kearah bawah. Ketika lengkungan diperoleh, jari harus menyumbat ujung tali dalam penakik busur atas (notch). Tali yang sudah dipasang harus diperiksa yaitu dalam keadaan lurus dengan busur (Barrett J. A, 1990: 46). Pemanah harus hati-hati dalam memakai metoda ini, lantaran jikalau dikala mendorong tidak hati-hati tangan sanggup tergelincir, kesudahannya busur sanggup terbang ke depan dan sanggup memukul wajah. Seorang pemanah pemula, jikalau memiliki suatu tarikan busur yang berat dan atau sangat panjang, maka akan mengalami kesulitan untuk memakai metoda ini (C.John, W, 1976: 47).
2. Memasang ekor panah (nocking).
Nocking yakni memasukkan ekor panah ke nocking point pada tali dan menempatkan gandar (shaft) pada sandaran panah (arrow rest). Pemasangan anak panah yang benar yaitu bulu indeks menjauhi sisi jendela busur, sedangkan pemasangan yang salah kesudahannya anak panah tidak sanggup terbang ke arah sasaran dengan baik atau kemungkinan besar jatuh sebelum hingga sasaran (Achmad Damiri, 1990: 16).
3. Posisi setengah tarikan (set up)
Posisi tubuh releks dengan setengah tarikan. Pada dikala posisi ini, pemanah sangat penting untuk mencicipi biar posisi tubuh tetap tegak/center. Pemanah dalam menarik tali memakai tiga jari, yaitu: jari telunjuk di atas ekor anak panah, jari tengah dan jari elok berada di bawah ekor anak panah. Jarak antara jari telunjuk dan jari tengah kurang lebih satu sentimeter. Pada waktu set up buat satu garis lurus antara bow arm dengan draw arm (Lee dkk, 2000).
4. Menarik tali (drawing).
Tehnik dengan gerakan menarik tali hingga menyentuh penggalan dagu, bibir, dan hidung (Achmad Damiri, 1990: 21). Pemanah dalam menarik tali dengan irama yang sama, biar posisi tubuh selalu seimbang. Kemudian pada waktu menarik jangan dibantu dengan badan, tetapi gunakan otot-otot belakang pundak untuk menarik. Posisi yang benar yakni tali yang mendekati dagu atau kepala, sebaliknya jangan kepala pemanah yang mendekati tali.
5. Penjangkaran (anchoring).
Teknik dengan gerakan menjangkarkan tangan penarik pada penggalan dagu. Pada waktu anchoring, pernafasan harus dikontrol dengan baik dan konsentrasi tetap. Setelah anchoring, tekanan ke depan dari tarikan ke belakang terus kontinyu jangan hingga kendur/rileks (Lee dkk, 2000). Posisi anchoring ada 2 yaitu: penjangkaran yang tinggi dan penjangkaran yang rendah. Penjangkaran tinggi, dengan ujung jari telunjuk di sudut ekspresi sehingga ujung jari/ ujung tangan bertumpu sepanjang penggalan bawah tulang pipi. Penempatan jari depan di sudut ekspresi membantu mengatur anak panah di bawah pandangan mata. Penjangkaran rendah, jari depan bertumpu pribadi di bawah tulang rahang sehingga tali berada di garis tengah wajah.
Tali menyentuh ujung hidung dan di tengah-tengah dagu. Pemanah banyak mengerutkan bibir dan mencium tali. Pemanah pemula biasanya memakai cara penjangkaran yang tinggi
(Barrett J. A, 1990: 52-53).
6. Menahan perilaku memanah (holding).
Pemanah menahan perilaku memanah beberapa dikala sebelum anak panah dilepaskan (Achmad Damiri, 1990: 23). Pada posisi holding, untuk tekanan ke depan dan tarikan kebelakang tetap kontinyu. Pemanah dalam posisi holding, jangan dibantu tubuh untuk menahan beban tarikan busur, tetapi yang dilakukan yakni otot-otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkontraksi, biar perilaku memanah tidak berubah/tetap merupakan satu garis lurus (Lee dkk, 2000)
7. Membidik (aiming).
Suatu gerakan mengarahkan visir pada titik sasaran dan pemanah dalam memegang grip serileks mungkin. Bagi seorang pemanah pemula tehnik membidik sering berubah-ubah, hal ini disebabkan lantaran waktu membidik kadang terlalu cepat dan kadang terlalu lama, sehingga perlu latihan yang banyak biar sanggup ajeg. Menurut hasil pengamatan di kejuaraan Nasional, pemanah dalam membidik rata-rata memerlukan waktu 4 detik. Penyetingan alat pembidik (visir) perlu diubahsuaikan tidak hanya pada jarak, tetapi pada dikala cuaca dingin, panas, dan angin, biar memperoleh sasaran sesuai yang diinginkan (Achmad Damiri, 1990: 26).
8. Melepaskan anak panah (release).
Suatu gerakan melepaskan tali busur dengan cara tangan penarik tali bergerak ke belakang menelusuri dagu dan leher pemanah (Achmad Damiri, 1990: 26). Pada waktu release tekanan pada lengan kiri dan kanan jangan hingga bertambah pada salah satu bagian. Selain itu, jari-jari penarik tali juga harus rileks, biar mendapat release yang halus. Pemanah yang release nya halus, maka setiap arah panah dan speed (kecepatannya) sama, sehingga terbangnya anak panah menjadi mulus (Lee dkk, 2000).
9. Gerak lanjut (follow through).
Pemanah selama beberapa detik melaksanakan gerak lanjut dengan tetap menawarkan tekanan yang sama ibarat release. Pandangan mata pemanah juga harus tetap konsentrasi kesasaran tidak beralih ke terbangnya anak panah. Busur diusahakan tetap membisu sebelum anak panah menancap di target. Tujuan dari gerak lanjut yakni untuk memudahkan pengontrolan
gerak memanah yang dilakukan (Lee dkk, 2000).
Sumber: Yudik Prasetyo
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon