Qada Berasal dari bahasa arab yang berarti kehendak dan Qadar yang juga berasal dari bahasa arab yang berarti keputusan; takdir. Percaya kepada qada dan qadar ialah Rukun Iman keenam. Yaitu mempercayai bahwa segala yang berlaku ialah ketentuan Allah semata-mata. Dari Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ ialah ketentuan yang bersifat umum dan global semenjak zaman azali, sedangkan qadar ialah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut".
Hubungan Qada dan Qadar
Contoh dan Macam-macam Takdir.
Masalah Qada dan Qadar dengan Usaha
Segala sesuatu berjalan sesuai dengan takdir dan kehendak-Nya, sedangkan kehendak-Nya itu niscaya terlaksana. Tidak ada kehendak bagi hamba-Nya melainkan memang apa yang dikehendaki-Nya. Apa yang Dia kehendaki, niscaya terjadi. Dan apa yang tidak Dia kehendaki tak akan terjadi.
Hadis riwayat Sahih Bukhari dan Sahih Muslim:
Maka segala perbuatan telah ditakdirkan tidak akan berlaku perubahan sedikitpun di atas apa yang tertulis di Lauhul Mahfuz. Maka perjuangan itu ialah masalah asing, insan perlu berusaha bukan alasannya ialah perjuangan itu akan mengubah takdir tetapi alasannya ialah tidak ada orang yang mengetahui apa yang ditakdirkan oleh Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah pencipta setiap pelaku perbuatan dan perbuatannya” (HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman, No. 188. Dishahihkan Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 1637, Al Hakim juga menshahihkan, dan disepakati Adz Dzahabi)
Contoh:
Boleh berlaku kita ingin pergi menunaikan Haji tetapi Allah tidak takdirkan kita untuk pergi menunaikan Haji sedang kita sudah berazam maka pada kedaan ini kita perlukan izin Allah untuk lakukan walaupun masalah baik. Dalam kata lain Allah tidak takdirkan kita untuk pergi Menunaikan Haji sedang pahala bagi haji yang tepat akan di perolehi kerana niat itu. Begitu juga dalam keadan satu orang yang berazam sunguh-sunguh untuk mencuri; tetapi Allah tidak takdirkan beliau untuk curi maka beliau tetap tidak akan sanggup mencuri tetapi dari segi dosa beliau tetap akan sanggup dosa seperti beliau telah mencuri.
Jadi tampa izin Allah tidak ada apapun yang akan berlaku.
Maka disini akan timbul beberap persoalan:
Adakah jadi jahat dan baik itu ditakdirkan oleh Allah juga?
Maka jawapan ialah ia Allah memutuskan namun perlu diingat apa yang Allah takdirkan itu bukanlah sesuatu yang bercanggah dengan kehendak hamba itu. Maka satu orang jadi jahat dan baik kerana kehendak beliau dan Allah takdirkan beliau jadi jahat atau baik bersamaan dengan kehendak hamba-Nya itu.
Ciri Beriman Kepada Qadha dan Qadar
(refferensi:wikipedia.org)
Hubungan Qada dan Qadar
Qadha ialah ketentuan akan kepastian yang datangnya dari Allah SWT terhadap segala sesuatu semenjak zaman azali, yaitu semenjak zaman sebelum sesuatu itu terjadi. Segala sesuatu yang terjadi telah diketahui Allah SWT terlebih dahulu lantaran Dialah yang merencanakan serta yang menentukannya. Seluruh makhluk, baik malaikat, syetan, jin, maupun insan tidak akan mengetahui rencana-rencana Allah SWT tersebut.
Manusia punya rencana, tetapi Allah SWT yang menentukan. Ungkapan ini merupakan salah satu bentuk cara memahami qadha dan qadar Allah SWT. Manusia memang diberi kemampuan untuk berbuat dan berpikir, namun kedudukan Allah SWT dan kekuasaan-Nya ialah di atas segala-galanya.
Ketentuan Allah SWT ini merupakan hak mutlak (absolut), tanpa campur tangan siapapun dan dari manapun. Oleh lantaran itu insan harus mau mendapatkan kenyataan. Kemampuan insan terbatas pada ikhtiar untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sedangkan berhasil atau gagal, ini merupakan kekuasaan Allah SWT semata. Rasulullah saw bersabda :
Artinya : “Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: baginda s.a.w bersabda: Allah SWT mengutus Malaikat ke dalam rahim. Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Ia masih berupa air mani. Setelah beberapa waktu Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal darah. Begitu juga sesudah berlalu empat puluh hari Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan! Ia sudah berupa segumpal daging. Apabila Allah SwT membuat keputusan untuk menciptakannya menjadi manusia, maka Malaikat berkata: Wahai Tuhan! Orang ini akan diciptakan lelaki atau perempuan? Celaka atau bahagia? Bagaimana rezekinya? Serta bagaimana pula ajalnya? Segala-galanya dicatat ketika masih di dalam kandungan ibunya”. (HR Bukhari dan Muslim)
Qadar ialah ketentuan-ketentuan Allah SWT yang telah berlaku bagi setiap makhluk sesuai dengan ukuran dan ketentuan yang telah dipastikan oleh Allah SWT semenjak zaman azali. Oleh lantaran itulah, baik buruknya telah direncanakan terlebih dahulu oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya : “Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS Ar Ro’du: 8)
Dari pengertian hadis dan ayat di atas sanggup diambil kesimpulan bahwa qadha dan qadar atas diri insan telah diputuskan oleh Allah SWT sebelum insan ada atau dilahirkan ke dunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah qadha dan qadar biasa disebut juga dengan takdir. Jadi, beriman kepada qadha dan qadar sanggup dikatakan pula dengan beriman kepada takdir.
Takdir gres sanggup diketahui oleh insan dengan kenyataan atau insiden yang yang telah terjadi, teladan :
1. Terjadinya petaka peristiwa tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember tahun 2004 yang merenggut ratusan ribu korban meninggal dunia. Sebelum insiden tersebut tak ada seorangpun yang mengetahuinya.
2. Dalam suatu insiden kecelakaan yang menewaskan seluruh penumpang ternyata ada seorang bayi yang selamat. Menurut ukuran akal, si bayi ialah makhluk yang sangat lemah dan tidak bisa mencari perlindungan, tetapi malah beliau yang selamat. Sementara penumpang lain yang sudah remaja dan sanggup berusaha menyelamatkan diri malah meninggal dunia.
3. Ada seorang yang dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin. Orang sekampung memperkirakan anak tersebut kelak juga akan menjadi miskin menyerupai orang tuanya. Namun, sesudah anak tersebut remaja ternyata menjadi orang yang berilmu berdagang, sehingga beliau menjadi orang yang kaya.
Contoh-contoh di atas hanyalah merupakan bab kecil ari peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan takdir Allah SWT. Masih banyak sekali insiden yang bisa kita pahami sebagai perwujudan dari qadha dan qadar dari Allah SWT. Namun dari banyak sekali teladan di atas memperlihatkan bahwa qadha dan qadar Allah SWT akan tetap berlaku kepada setiap makhluk-Nya. Oleh lantaran itu, orang beriman harus meyakini dengan sepenuh hati akan adanya qadha dan qadar.
Contoh dan Macam-macam Takdir.
Meskipun segala sesuatu yang terjadi di jagat raya ini sudah ditentukan oleh Allah semenjak zaman azali, tetapi pemberlakuan takdir Allah tersebut ada juga yang mengikutsertakan tugas makhluk-Nya. Karena itulah, takdir dibagi menjadi dua, yaitu takdir mubram dan takdir mu’allaq :
1. Takdir Mubram
Mubram berasal dari bahasa Arab yang artinya sesuatu yang sudah pasti, tidak sanggup dielakkan. Jadi, takdir mubram merupakan ketentuan mutlak dari Allah SWT yang niscaya berlaku atas setiap diri manusia, tanpa bisa dielakkan atau di tawar-tawar lagi, dan tanpa ada campur tangan atau rekayasa dari manusia.
Contoh takdir mubram antara lain :
Waktu kematian seseorang tiba, Usia seseorang, Jenis kelamin seseorang, Warna darah yang merah, Bumi mengelilingi matahari, Bulan mengelilingi bumi.
2. Takdir Mu’allaq
Mu’allaq berasal dari bahasa Arab yang artinya sesuatu yang digantungkan. Jadi, takdir mu’allaq berarti ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan tugas insan melalui perjuangan atau ikhtiarnya. Dan hasilnya aakhirnya tentu saja berdasarkan kehendak dan ijin dari Allah SWT.
Contoh takdir mu’allaq antara lain ialah kekayaan, kepandaian, dan kesehatan. Untuk menjadi pandai, kaya, atau sehat, seseorang tidak boleh hanya duduk berpangku tangan menunggu datangnya takdir tapi ia harus mengambil tugas dan berusaha. Untuk menjadi berilmu kita harus belajar; untuk menjadi kaya kita harus bekerja keras dan hidup hemat; dan untuk menjadi sehat kita harus menjaga kebersihan. Tidak mungkin kita menjadi berilmu kalau kita malas berguru atau suka membolos. Demikian juga kalau kita ingin kaya, tetapi malas bekerja dan suka hidup boros; atau kita ingin sehat, tetapi kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka apa yang kita inginkan itu tak mungkin terwujud.
Sebagaimana ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar di atas, orang yang meyakini takdir Allah SWT, dihentikan pasrah begitu saja kepada nasib lantaran Allah SWT memperlihatkan nalar yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Allah SWT juga memperlihatkan badan dalam bentuk sebaik-baiknya untuk dipakai sarana berusaha.
Dengan demikian, jelaslah bahwa beriman kepada qadha dan qadar Allah bukan berarti kita hanya pasrah dan duduk berpangku tangan menunggu takdir dari Allah; melainkan juga berusaha yang ulet sepenuh hati mengubah nasib sendiri, berupaya bekerja dengan keras mencapai apa yang kita citacitakan
Masalah Qada dan Qadar dengan Usaha
Segala sesuatu berjalan sesuai dengan takdir dan kehendak-Nya, sedangkan kehendak-Nya itu niscaya terlaksana. Tidak ada kehendak bagi hamba-Nya melainkan memang apa yang dikehendaki-Nya. Apa yang Dia kehendaki, niscaya terjadi. Dan apa yang tidak Dia kehendaki tak akan terjadi.
Hadis riwayat Sahih Bukhari dan Sahih Muslim:
Maka segala perbuatan telah ditakdirkan tidak akan berlaku perubahan sedikitpun di atas apa yang tertulis di Lauhul Mahfuz. Maka perjuangan itu ialah masalah asing, insan perlu berusaha bukan alasannya ialah perjuangan itu akan mengubah takdir tetapi alasannya ialah tidak ada orang yang mengetahui apa yang ditakdirkan oleh Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah pencipta setiap pelaku perbuatan dan perbuatannya” (HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman, No. 188. Dishahihkan Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 1637, Al Hakim juga menshahihkan, dan disepakati Adz Dzahabi)
Contoh:
Boleh berlaku kita ingin pergi menunaikan Haji tetapi Allah tidak takdirkan kita untuk pergi menunaikan Haji sedang kita sudah berazam maka pada kedaan ini kita perlukan izin Allah untuk lakukan walaupun masalah baik. Dalam kata lain Allah tidak takdirkan kita untuk pergi Menunaikan Haji sedang pahala bagi haji yang tepat akan di perolehi kerana niat itu. Begitu juga dalam keadan satu orang yang berazam sunguh-sunguh untuk mencuri; tetapi Allah tidak takdirkan beliau untuk curi maka beliau tetap tidak akan sanggup mencuri tetapi dari segi dosa beliau tetap akan sanggup dosa seperti beliau telah mencuri.
Jadi tampa izin Allah tidak ada apapun yang akan berlaku.
Maka disini akan timbul beberap persoalan:
Adakah jadi jahat dan baik itu ditakdirkan oleh Allah juga?
Maka jawapan ialah ia Allah memutuskan namun perlu diingat apa yang Allah takdirkan itu bukanlah sesuatu yang bercanggah dengan kehendak hamba itu. Maka satu orang jadi jahat dan baik kerana kehendak beliau dan Allah takdirkan beliau jadi jahat atau baik bersamaan dengan kehendak hamba-Nya itu.
Ciri Beriman Kepada Qadha dan Qadar
1. Selalu menyadari dan mendapatkan kenyataan.
Iman kepada qadha dan qadar sanggup menumbuhkan kesadaran yang tinggi untuk mendapatkan kenyataan hidup. Karena yang terjadi ialah sudah pada garis ketentuan Allah pada hakekatnya peristiwa atau rahmat itu semata-mata dari Allah SWT. Firman Allah SWT :
Artinya : “Katakanlah: “Siapakah yang sanggup melindungi kau dari (takdir) Allah kalau Allah menghendaki peristiwa atasmu, atau menghendaki rahmat untuk dirimu dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah”. (QS. al-Ahzab : 17)
2. Senantiasa bersikap sabar.
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan senantiasa mendapatkan segala sesuatu dengan penuh kesabaran, baik dalam situasi yang sempit atau susah dan tetap bersabar dalam situasi senang atau bahagia. Dengan demikian orang yang beriman kepada takdir Allah SWT senantiasa dalam keadaan yang stabil jiwanya.
3. Rajin dalam berusaha dan tidak gampang menyerah.
Agar seseorang terus ulet berusaha ia pun yakin bahwa segala hasil perjuangan insan selalu diwaspadai, dinilai, serta diberi balasan. Firman Allah :
Artinya : “Dan bahwasannya seorang insan tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan gotong royong usahanya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi jawaban kepadanya dengan jawaban yang paling sempurna, dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”. (QS an-Najm : 39-42)
4. Selalu bersikap optimis, tidak pesimis.
Keyakinan terhadap Qadha dan Qadar sanggup menumbuhkan perilaku yang optimis tidak gampang putus asa. Karena ia yakin walau sering gagal, niscaya suatu ketika akan berhasil sehingga tidak akan berputus asa. Firman Allah SWT :
Artinya : “…dan jangan kau berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87)
5. Senantiasa menerapkan perilaku tawakal.
Tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT akan tumbuh pada diri seseorang kalau ia meyakini bahwa segala sesuatu telah dikehendaki Allah. Allah Maha bijaksana sehingga berdasarkan keyakinannya Allah mustahil menyengsarakannya. Allah sumber kebaikan sehingga mustahil Allah menghendaki hamba-Nya kepada keburukan. Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya saya bertawakkal kepada Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu. Tidak ada satu hewan melata pun, melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (QS. Hud : 56).
(refferensi:wikipedia.org)
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon