Nih Perkembangan Seni Tari Indonesia (Seni Tari Zaman Hindu, Islam, Penjajahan, Sesudah Kemerdekaan)

Share:
Seni tari yaitu hasil verbal jiwa yang diungkapkan melalui gerak anggota badan insan yang sudah diolah secara khusus. Pengolahan gerak tari dilakukan menurut perasaan dan nilai-nilai keindahan. Jadi, gerak tari berbeda dengan gerak keseharian.
       Dalam kehidupan sehari-hari, insan sering mengungkapkan perasaan dengan gerakan. Hal ini sudah dilakukan jauh sebelum insan mengenal kebudayaan dan peradaban. Gerakan-gerakan tersebut dipakai sebagai kode atau komunikasi. Lalu, mulai kapan gerakangerakan  itu diwujudkan dalam gerakan tari?
       Jika dilihat dari gaya penampilannya, seni tari mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Perkembangan seni tari juga sanggup didasari atas kurun waktu atau tahapan zaman. Namun, sulit dipastikan kapan seni tari mulai disusun. Berikut periodisasi perkembangan karya tari yang dibagi menjadi beberapa zaman.
1. Zaman Pra-Hindu
       Karya tari pada zaman pra-Hindu merupakan sesuatu yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Pada zaman itu, masyarakat sangat yakin bahwa dengan menari bersaman akan tercapai keinginannya. Seni tari mendapat daerah sesuai dengan tingkat dogma semenjak insan hidup berkelompok. Tari dianggap sebagai kepingan dari daur kehidupan. Masyarakat percaya bahwa
sejak kelahiran hingga meninggal dunia, tari yaitu kepingan penting. Oleh sebab itu, muncullah tari upacara yang bersifat sakral dan magis.
      Pada zaman pra-Hindu, tarian dihadirkan dalam banyak sekali acara. Acara itu, di antaranya, pada ketika kelahiran anak, sebelum melaksanakan perburuan, dan sebelum bercocok tanam untuk meminta
kesuburan.
Berikut ini beberapa ciri seni tari pada zaman pra-Hindu.
a. Gerak tari sederhana, berupa hentakan-hentakan kaki dan tepukan tangan. Gerakan itu cenderung menirukan gerak-gerik hewan dan alam lingkungan.
b. Iringan tarinya berupa nyanyian dan suara-suara berpengaruh bernada tinggi. Pada ketika itu masyarakat juga sudah mengenal alat musik berupa nekara.
c. Sudah mengenal suplemen untuk busana tari. Aksesori tersebut terbuat dari bulu-bulu burung dan dedaunan.

2. Zaman Indonesia Hindu
       Seni tari pada zaman Hindu dipengaruhi oleh peradaban dan kebudayaan dari India yang dibawa oleh para pedagang. Setelah penyebaran agama Hindu dan Buddha, karya tari mengalami kemajuan pesat. Seni tari telah mempunyai standardisasi atau patokan. Hal ini terbukti dengan adanya literatur seni tari yang berjudul Natya Sastra karangan Bharata Muni. Buku itu berisi perihal unsur gerak tangan mudra yang berjumlah 64 motif.
Motif itu dibagi menjadi beberapa kepingan berikut.
a. Dua puluh empat motif mudra yang terbentuk dari satu tangan.
b. Tiga belas motif mudra yang terbentuk dari kedua tangan.
c. Dua puluh tujuh motif mudra dari hasil kombinasi kedua motif tangan.
Motif-motif yang mengandung keindahan dalam literatur tersebut juga banyak yang diambil untuk seni tari Indonesia.
      Pemerintahan pada zaman Hindu menggunakan sistem kerajaan. Oleh sebab itu, pada ketika itu muncul tari-tarian yang bernapaskan istana. Tari-tarian di istana berkembang dengan baik sebab mendapat perhatian dari para raja.
Perkembangan karya tari pada masa kerajaan Mataram Hindu ditunjukkan dengan peninggalan budaya yang berupa candi. Pada banyak sekali candi dipahat relief gerak-gerak dan alat-alat iringan tari.
Secara garis besar perkembangan seni tari pada zaman Hindu mempunyai beberapa ciri berikut.
a. Gerak-gerak tari mulai disusun secara sungguhsungguh.
b. Pertunjukan karya tari mulai difungsikan.
c. Karya tari mendapat perhatian dan proteksi dari para raja dan ningrat sehingga karya tari mempunyai nilai artistik yang tinggi. Karya tari pada masa itu disebut sebagai karya tari tradisional.
d. Tema karya tari mulai bermacam-macam sebab banyak mengambil tema dari dongeng Mahabarata, Ramayana, dan dongeng Panji.
e. Iringan karya tari juga mulai beragam. Alat musik berupa cengceng, rebab, saron, dan seruling mulai digunakan.

3. Zaman Indonesia Islam
      Seni tari yang sudah tersusun pada zaman Indonesia Hindu masih terpelihara dengan baik. Namun, seni tari juga semakin berkembang. Karya tari gres pun mulai bermunculan.
Apalagi sesudah adanya perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti yaitu perjanjian yang berisi perihal penetapan pembagian kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Perjanjian itu dilakukan pada tahun 1755.
      Selanjutnya, Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta mencari identitas diri,
antara lain, melalui karya tari yang dihasilkan. Dua kerajaan itu membuat karya tari dengan penampilan yang berbeda. Perbedaan tersebut, di antaranya, sanggup dilihat dari perilaku anggota badan dalam melaksanakan gerak tari. Perhatikan pola perilaku anggota badan dalam melaksanakan gerak tari gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta berikut ini!

4. Zaman Penjajahan
      Pada zaman penjajahan, seni tari di dalam istana masih terpelihara dengan baik.
Namun, tari hanya dipakai untuk kepentingan upacara istana, misalnya, penyambutan tamu raja, perkawinan putri raja, penobatan putra-putri raja, dan jumenengan raja.
Hal itu berbeda dengan seni tari di kalangan rakyat biasa. Di kalangan rakyat biasa, pertunjukan karya tari hanya merupakan jenis hiburan atau tontonan pelepas lelah sesudah tamat bercocok tanam. Oleh sebab itu, seni tari pada zaman penjajahan dikatakan mengalami kemunduran. Namun, di kalangan rakyat biasa, penderitaan rakyat akhir penjajahan juga menjadi ide untuk membuat karya tari yang bertema kepahlawanan. Salah satu karya tari yang terinspirasi oleh penderitaan rakyat pada zaman penjajahan yaitu tari Prawiroguno. (seni tari Ari Subekti)

5. Zaman Setelah Kemerdekaan Sampai Sekarang
       Setelah kemerdekaan, seni tari dalam masyarakat mulai difungsikan kembali. Tarian untuk upacara adat dan upacara keagamaan kembali hidup dan berkembang. Tarian sebagai hiburan  juga memegang tugas yang cukup besar dalam masyarakat. Seni tari benar-benar mengalami
kemajuan pesat. Bahkan, bangun sekolah-sekolah seni, sehingga semakin banyak bermunculan taritarian baru.
      Koreografer-koreografer muda pun banyak bermunculan. Para koreografer yang ada pun selalu
mencoba mewujudkan pembaruan nilai artistik dan bentuk tari. Hal ini sebagai upaya menambah perbendaharaan karya tari.
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon