Bacaan dan terjemahan surat al-bayyinah ayat 5 wacana keikhlasan beribadah kepada Allah SWT:
Artinya:
Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan nrimo menaati-Nya semata-mata alasannya (menjalankan) agama dan juga semoga melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5)
Kandungan Surah Al-Bayyinah Ayat 5:
Ikhlas dalam beribadah kepada Allah Swt. jikalau dicermati secara mendalam sesungguhnya
menjadi keharusan bagi kita. Allah Swt. yaitu Tuhan yang membuat diri kita dari mulanya
tidak ada menjadi ada. Manusia juga bukan makhluk yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
tidak terbatas. Manusia hanyalah makhluk lemah yang selalu merasa khawatir. Ia sering dilingkupi rasa ketakutan ketika ada kekuatan lain yang sanggup mengancam keselamatan dirinya. Oleh alasannya itu, dia membutuhkan sesuatu yang sanggup menghilangkan kekhawatiran dan ketakutannya itu.
Manusia yang diliputi kekhawatiran dan ketakutan pada awalnya akan mencari donasi kepada sesama makhluk. Akan tetapi, kekuatan yang ada pada makhluk selalu tidak memuaskan manusia. Oleh alasannya itu, insan akan mencari kekuatan yang berada di luar alam raya.
Dalam keadaan yang demikian, insan pada karenanya akan mencari Tuhan yang diyakini sanggup memenuhi segala kebutuhan, yang bisa menghilangkan kecemasan, dan bisa memenuhi kekurangan yang niscaya dimiliki oleh setiap manusia, termasuk diri kita. Inilah alasan kita harus mantap dan nrimo dalam beribadah.
Anjuran untuk beribadah dengan nrimo dipertegas lagi dalam ayat ke-5 Surah al-Bayyinah. Surah tersebut menjelaskan, ”Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan nrimo menaati-Nya sematamata alasannya (menjalankan) agama dan juga semoga melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” Sebagai makhluk Allah, kita diciptakan di dunia ini semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Kita tidak diperintahkan untuk menyekutukan Allah dan berbuat maksiat. Akan tetapi, ibadah yang kita kerjakan masih belum tepat jikalau tidak dilakukan dengan ikhlas. Dari sini sanggup dipahami bahwa nilai ibadah tidak hanya diukur dari kuantitas yang telah dilakukan, tetapi dari kualitasnya.
Di antara kualitas ibadah yang paling utama yaitu keikhlasan untuk mencari rida Allah Swt. Sebagai contoh, seseorang yang sering beramal jikalau sekadar berharap mendapat sanjungan dari orang lain, di hadapan Allah Swt. tidaklah bernilai. Ia tidak berhak mendapat jawaban kebaikan dari-Nya.
Allah melaknat seseorang yang melaksanakan ibadah untuk mendapat penghargaan dari makhluk. Beribadah kepada selain Allah berarti telah melaksanakan dosa besar berupa syirik. Dari klarifikasi di atas, ada tiga syarat yang harus dipenuhi semoga ibadah diterima oleh Allah Swt.
a. Lillah, yaitu adanya niat dengan tulus nrimo alasannya Allah Swt.
b. Billah, yaitu cara pelaksanaannya menyerupai yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah.
c. Ilallah, yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari rida dari Allah Swt.
Seseorang yang melaksanakan ibadah secara nrimo berarti juga telah menjalankan fatwa agama yang hanif (lurus). Ajaran agama mengajak insan untuk selalu menjalankan kebenaran dan tidak berpaling kepada yang salah. Melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebaikan dan mencari kebenaran dengan dasar niat alasannya Allah Swt., sejatinya merupakan ibadah kepada-Nya. Oleh alasannya itu, setiap kali kita melaksanakan kebaikan, hendaknya dengan tujuan mencari rida Allah Swt.
Pada kelanjutan ayat 5 Surah al-Bayyinah Allah Swt. menjelaskan wacana dua macam
ibadah yang sangat penting untuk kita tunaikan, yaitu salat dan zakat. Salat merupakan ibadah
yang paling utama dan menjadi sarana dalam bekerjasama secara eksklusif kepada Allah (hablum minallah). Dengan menunaikan salat berarti kita mengkhususkan diri untuk mengingat Allah dan
membuktikan ketundukan kepada-Nya. Salat juga merupakan ibadah yang pertama kali dihisab.
Zakat merupakan ibadah sebagai sarana mengukuhkan korelasi dengan sesama insan (hablum minannas). Zakat dilakukan dengan mengeluarkan sebagian dari harta benda untuk membantu fakir miskin dan menegakkan agama. Ibadah salat dan zakat harus selalu kita pelihara untuk menegakkan agama Islam semoga tetap kukuh.
Pada epilog ayat ke-5 Surah al-Bayyinah ditegaskan ”dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” Dari sini sanggup dipahami bahwa menyembah Allah Swt., nrimo beribadah, cenderung berbuat kebaikan, menegakkan salat, serta mengeluarkan zakat merupakan inti fatwa yang dibawa oleh para rasul, termasuk Rasulullah saw. Dengan demikian, jikalau hendak menunaikan fatwa agama secara sempurna, kita harus mengamalkan perintah yang termaktub dalam Surah al-Bayyinah ayat kelima.
Di antara kesimpulan yang sanggup ditarik dari Surah al-Bayyinah ayat 5 sebagai berikut.
a. Syarat pokok dalam beribadah yaitu niat nrimo untuk Allah Swt.
b. Selain ikhlas, juga harus didukung dengan cara pelaksanaannya yang benar dengan tujuan hanya untuk mencari rida Allah Swt.
c. Salat dan zakat merupakan ibadah yang sangat penting dalam agama.
Sikap sebagai wujud peneladanan terhadap kandungan Surah al-Bayyinah ayat 5 dengan senantiasa beribadah dengan nrimo alasannya Allah Swt. Ibadah yang kita kerjakan bukan untuk dilihat sesama dan mendapat kebanggaan dari sesama. Ibadah tetap dilaksanakan meskipun tidak ada yang melihatnya. Selain itu, kita juga menunaikan ibadah salat dan zakat sebagai bab dari perintah-Nya.
Zakat merupakan salah satu ibadah yang disebut dalam Surah al-Bayyinah [98] ayat 5. Zakat merupakan ibadah yang dilakukan untuk membersihkan harta. Dalam harta yang dikaruniakan kepada kita terdapat hak fakir miskin. Oleh alasannya itu, zakat merupakan ibadah yang mengandung aspek sosial. Zakat sanggup dipergunakan sebagai sarana untuk mengentaskan kemiskinan. Zakat sanggup dipergunakan sebagai sarana untuk mempersempit kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya. Dengan pengelolaan yang profesional kita berharap zakat sanggup dimanfaatkan secara optimal untuk membangun perekonomian umat dan mengentaskan mereka dari kemiskinan.
Artinya:
Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan nrimo menaati-Nya semata-mata alasannya (menjalankan) agama dan juga semoga melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5)
Kandungan Surah Al-Bayyinah Ayat 5:
Ikhlas dalam beribadah kepada Allah Swt. jikalau dicermati secara mendalam sesungguhnya
menjadi keharusan bagi kita. Allah Swt. yaitu Tuhan yang membuat diri kita dari mulanya
tidak ada menjadi ada. Manusia juga bukan makhluk yang mempunyai kekuatan dan kemampuan
tidak terbatas. Manusia hanyalah makhluk lemah yang selalu merasa khawatir. Ia sering dilingkupi rasa ketakutan ketika ada kekuatan lain yang sanggup mengancam keselamatan dirinya. Oleh alasannya itu, dia membutuhkan sesuatu yang sanggup menghilangkan kekhawatiran dan ketakutannya itu.
Manusia yang diliputi kekhawatiran dan ketakutan pada awalnya akan mencari donasi kepada sesama makhluk. Akan tetapi, kekuatan yang ada pada makhluk selalu tidak memuaskan manusia. Oleh alasannya itu, insan akan mencari kekuatan yang berada di luar alam raya.
Dalam keadaan yang demikian, insan pada karenanya akan mencari Tuhan yang diyakini sanggup memenuhi segala kebutuhan, yang bisa menghilangkan kecemasan, dan bisa memenuhi kekurangan yang niscaya dimiliki oleh setiap manusia, termasuk diri kita. Inilah alasan kita harus mantap dan nrimo dalam beribadah.
Anjuran untuk beribadah dengan nrimo dipertegas lagi dalam ayat ke-5 Surah al-Bayyinah. Surah tersebut menjelaskan, ”Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah, dengan nrimo menaati-Nya sematamata alasannya (menjalankan) agama dan juga semoga melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” Sebagai makhluk Allah, kita diciptakan di dunia ini semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Kita tidak diperintahkan untuk menyekutukan Allah dan berbuat maksiat. Akan tetapi, ibadah yang kita kerjakan masih belum tepat jikalau tidak dilakukan dengan ikhlas. Dari sini sanggup dipahami bahwa nilai ibadah tidak hanya diukur dari kuantitas yang telah dilakukan, tetapi dari kualitasnya.
Di antara kualitas ibadah yang paling utama yaitu keikhlasan untuk mencari rida Allah Swt. Sebagai contoh, seseorang yang sering beramal jikalau sekadar berharap mendapat sanjungan dari orang lain, di hadapan Allah Swt. tidaklah bernilai. Ia tidak berhak mendapat jawaban kebaikan dari-Nya.
Allah melaknat seseorang yang melaksanakan ibadah untuk mendapat penghargaan dari makhluk. Beribadah kepada selain Allah berarti telah melaksanakan dosa besar berupa syirik. Dari klarifikasi di atas, ada tiga syarat yang harus dipenuhi semoga ibadah diterima oleh Allah Swt.
a. Lillah, yaitu adanya niat dengan tulus nrimo alasannya Allah Swt.
b. Billah, yaitu cara pelaksanaannya menyerupai yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah.
c. Ilallah, yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari rida dari Allah Swt.
Seseorang yang melaksanakan ibadah secara nrimo berarti juga telah menjalankan fatwa agama yang hanif (lurus). Ajaran agama mengajak insan untuk selalu menjalankan kebenaran dan tidak berpaling kepada yang salah. Melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebaikan dan mencari kebenaran dengan dasar niat alasannya Allah Swt., sejatinya merupakan ibadah kepada-Nya. Oleh alasannya itu, setiap kali kita melaksanakan kebaikan, hendaknya dengan tujuan mencari rida Allah Swt.
Pada kelanjutan ayat 5 Surah al-Bayyinah Allah Swt. menjelaskan wacana dua macam
ibadah yang sangat penting untuk kita tunaikan, yaitu salat dan zakat. Salat merupakan ibadah
yang paling utama dan menjadi sarana dalam bekerjasama secara eksklusif kepada Allah (hablum minallah). Dengan menunaikan salat berarti kita mengkhususkan diri untuk mengingat Allah dan
membuktikan ketundukan kepada-Nya. Salat juga merupakan ibadah yang pertama kali dihisab.
Zakat merupakan ibadah sebagai sarana mengukuhkan korelasi dengan sesama insan (hablum minannas). Zakat dilakukan dengan mengeluarkan sebagian dari harta benda untuk membantu fakir miskin dan menegakkan agama. Ibadah salat dan zakat harus selalu kita pelihara untuk menegakkan agama Islam semoga tetap kukuh.
Pada epilog ayat ke-5 Surah al-Bayyinah ditegaskan ”dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” Dari sini sanggup dipahami bahwa menyembah Allah Swt., nrimo beribadah, cenderung berbuat kebaikan, menegakkan salat, serta mengeluarkan zakat merupakan inti fatwa yang dibawa oleh para rasul, termasuk Rasulullah saw. Dengan demikian, jikalau hendak menunaikan fatwa agama secara sempurna, kita harus mengamalkan perintah yang termaktub dalam Surah al-Bayyinah ayat kelima.
Di antara kesimpulan yang sanggup ditarik dari Surah al-Bayyinah ayat 5 sebagai berikut.
a. Syarat pokok dalam beribadah yaitu niat nrimo untuk Allah Swt.
b. Selain ikhlas, juga harus didukung dengan cara pelaksanaannya yang benar dengan tujuan hanya untuk mencari rida Allah Swt.
c. Salat dan zakat merupakan ibadah yang sangat penting dalam agama.
Sikap sebagai wujud peneladanan terhadap kandungan Surah al-Bayyinah ayat 5 dengan senantiasa beribadah dengan nrimo alasannya Allah Swt. Ibadah yang kita kerjakan bukan untuk dilihat sesama dan mendapat kebanggaan dari sesama. Ibadah tetap dilaksanakan meskipun tidak ada yang melihatnya. Selain itu, kita juga menunaikan ibadah salat dan zakat sebagai bab dari perintah-Nya.
Zakat merupakan salah satu ibadah yang disebut dalam Surah al-Bayyinah [98] ayat 5. Zakat merupakan ibadah yang dilakukan untuk membersihkan harta. Dalam harta yang dikaruniakan kepada kita terdapat hak fakir miskin. Oleh alasannya itu, zakat merupakan ibadah yang mengandung aspek sosial. Zakat sanggup dipergunakan sebagai sarana untuk mengentaskan kemiskinan. Zakat sanggup dipergunakan sebagai sarana untuk mempersempit kesenjangan sosial antara si miskin dan si kaya. Dengan pengelolaan yang profesional kita berharap zakat sanggup dimanfaatkan secara optimal untuk membangun perekonomian umat dan mengentaskan mereka dari kemiskinan.
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon