Rumah Budpekerti Maluku Utara Lengkap Gambar Dan Penjelasannya - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Rumah moral penduduk Maluku Utara dipahami dengan nama Rumah Sasandu. Rumah moral ini ialah konsep arsitektur khas penduduk suku Sahu , Halmahera. Rumah moral Sasandu ini bergotong-royong bukanlah rumah tinggal penduduk suku Sahu , tetapi cuma selaku balai moral atau tempat konferensi seluruh penduduk suku Sahu dalam kesibukan adat.

Rumah moral Sasandu ini yang dibikin dari material alam Halmahera. Seperti tiang penopang menggunakan materi batang kayu sagu yang dihubungkan satu sama lain dengan balok penguat yang direkatkan menggunakan pasak kayu tanpa paku. Sedangkan atap rumah Sasandu juga menggunakan materi dari alam yakni yang dibikin dari anyaman daun kelapa atau daun sagu.

Sasandu ialah jenis rumah terbuka tanpa dinding dan tanpa pintu. Untuk masuk ke tempat tinggal Sasandu terdapat 6 jalan masuk. Setiap jalan masuk  sudah dikontrol oleh penduduk suku Sahu menyerupai 2 terusan untuk kaum pria , 2 terusan untuk kaum wanita , dan 2 terusan untuk tamu.

gambar-rumah-adat-maluku-utara

Rumah moral Sasandu dipakai untuk banyak sekali macam kebutuhan penduduk suku Sahu , Halmahera. Selain selaku ruang konferensi moral penduduk , rumah Sasandu juga kerap dipakai untuk merayakan pesta moral menyerupai ijab kabul dan kelahiran. Rumah moral ini dibangun dengan berlandaskan prinsip moral , seperti:
  • Teras rumah moral Sasandu memiliki bentuk atap yang rendah , hal ini dimaksudkan mudah-mudahan setiap orang masuk ke dalam rumah menundukkan kepalanya selaku bentuk penghargaan kepada orang yang berada di dalam rumah moral Sasandu.
  • Empat tiang utama rumah moral sasandu melambangkan empat kesultanan.
  • Atap rumah Sasandu yang menggunakan anyaman daun sagu dimaksudkan mudah-mudahan penghuni/ orang yang menggunakan rumah moral mendapat kesejukan.
  • Penggunaan tali ijuk selaku pengikat susunan rangka rumah moral melambangkan walaupun berlainan dalam beropini mereka tetap satu ikatan persaudaraan yang tak terpisahkan.

Sifat-sifat biasa arsitektur tradisional Halmahera dan sekitarnya yakni selaku berikut.
  1. Bangunan-bangunan tempat tinggal biasanya konsentris , terdiri atas bab inti di tengah (bilik dalam) dan bagian-bagian luar yang mengelilingi bab inti (bilik luar).
  2. Bangunan-bangunan ini sebagian berdiri dengan lantai diangkat kurang lebih 90-150 cm di atas tanah (Siko , Pacei , Taraudu) dan sebagian lagi berlantai eksklusif di atas tanah (Dokiri , Katana , Galela).
  3. Struktur bangunan yakni metode rangka (skeleton) dari kayu , bambu , dan variasi dari keduanya.
  4. Bentuk bangunan yakni geometris , bentuk tetap sisi delapan , dengan bab yang tertinggi berupa pelana yang mengindikasikan bilik dalam selaku bab yang paling penting dari rumah.
  5. Bahan bangunan yang dipakai yakni materi bangunan setempat , yang eksklusif terdapat di tempat masing-masing , menyerupai kayu untuk rangka rumah , bambu untuk tulangan utama dinding , bambu untuk tulangan dasar dari dinding , bambu untuk materi dinding/lantai (bambu belah) , untuk materi atap , dan daun nipah (pelepahnya) untuk dinding.
  6. Tiang-tiang utama rangka rumah dan tulangan dasar dinding berdiri di atas umpak batu.
  7. Penyelesaian-penyelesaian rincian sambungan konstruksi dan kesanggupan menghasilkan aneka ragam pernak-pernik unik , menampilkan adanya potensi pertukangan yang besar (skilled).
  8. Bangunan bangunan menampilkan perkumpulan pada bentuk kapal.
:
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon