Sejarah Asal Seruan Tari Kuda Lumping (Jathilan) Jawa Tengah - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Tari Kuda Lumping ialah tarian rakyat yang berasal dari Jawa Tengah dan Daerah spesial Yogyakarta. Di daerah Yogyakarta tari Kuda Lumping dinamakan Jathilan. Bahkan ada di daerah lain tari jathilan dengan nama Incling , ada pula yang memberi nama Kuda Kepang atau Jaran Kepang.

Sejarah Kuda Lumping/ Jathilan

Menurut sejarahnya tari Kuda Lumping/ Jathilan telah ada sejak zaman primitif dan dipakai selaku fasilitas upacara ritual yang sifatnya magis. Semula tari Kuda Lumping cuma memakai alat yang sederhana. Begitu pula cara berpakaian penari juga masih sungguh sederhana. Seiring dengan kemajuan zaman , instrumental yang di pakai untuk Kuda Lumping kian komplit begitu juga kostum para penarinya juga telah lebih anggun dan kreatif. Semula tarian Kuda Lumping cuma dipakai untuk program ritual saja , kini telah dijadikan selaku seni pertunjukan. Sebagai seni pertunjukan para seniman menghasilkan sedikit pergeseran , geraknya lebih dinamis , inovatif , dan lebih bervariasi.

Tarian Kuda Lumping menggambarkan pertempuran dengan naik kuda dan bersenjatakan pedang. Selain ada yang menaiki kuda ada pula penari yang tidak berkuda tetapi bertopeng , yakni selaku penthul , bejer , cepet , gendruwo , dan barongan. Pada penari Kuda Lumping lazimnya ada penari yang hingga mengalami kondisi trance , yakni kondisi dimana penari mengalami kondisi tidak sadarkan diri. Bahkan penari yang mengalami kesurupan tersebut dapat makan barang-barang dari kaca. Hal itu tidak mungkin dapat ditangani oleh penari biasa apabila tidak sedang mengalami trance.

gambar tari kuda lumping (jathilan)
Pertunjukan tari Kuda Lumping

Kostum dan Properti Tari Kuda Lumping

Pada pertunjukan Kuda Lumping ada tempat atau arena yang tetap , hal ini berlawanan dengan reog yang arenanya tidak tetap alasannya lazimnya reog dipergunakan untuk mengiringi suatu karnaval atau upacara tertentu. Biasanya penunjang penari Kuda Lumping berjumlah 35 orang , dengan perincian penari 20 orang , penabuh instrumen 10 orang , 4 orang selaku pembantu lazim atau penjaga keselamatan , dan 1 orang selaku koordinator pertunjukan yang menertibkan jalannya pertunjukan dari permulaan hingga berakhirnya Kuda Lumping.

Para penari menaiki kuda yang yang dibikin dari bambu dan menenteng pedang seperti hendak perang melawan musuh. Ketika menari para pemain mengenakan kostum dan make up paras yang kongkret tetapi demikian ada pula grup Kuda Lumping yang kostumnya non kongkret utamanya tutup kepala , yakni mengenakan irah-irahan wayang orang. Pada kostum yang kongkret , tutup kepala mengenakan blangkon atau iket kepala dan memakai kacamata gelap. Kostum pakaiannya mengenakan baju atau kaos , rompi , celana panji , stagen , dan timang.

Ada penari yang mengenakan topeng hitam yang disebut Bejer (Tembem atau Doyok) , ada yang mengenakan topeng putih berjulukan Penthul atau Bancak. Bejer dan Penthul berfungsi selaku penari , penyanyi , dan komedian untuk menghibur serdadu berkuda yang beristirahat. Pertunjukan Kuda Lumping dapat ditangani malam hari ataupun siang hari. Tempat pertunjukan berupa arena dengan lantai berupa bulat dan lurus. Vokal cuma diucapkan oleh Penthul dan Bejer dalam bentuk pembicaraan dan tembang lnstrumen yang dipakai yakni angklung 3 buah , bendhe 3 buah , kepyak setangkep , dan suatu kendang. Semua peralatan instrumen tersebut ditaruh erat arena pertunjukan.

: Urutan Penyajian Pertunjukan Tari Kuda Lumping/ Jathilan Campur

Pada masa saat ini pertunjukan Kuda Lumping ada yang tidak memakai musik angklung tetapi memakai instrumen kendang , bendhe , gong , gender , dan saron mirip Jathilan Gaya Baru di Desa Jiapan , Tempel , dan Sleman. Yang juga sungguh menawan pada pertunjukan Kuda Lumping/ jathilan ini apabila penari yang sedang mengalami trance , beliau dapat berbahasa Indonesia meskipun semula tidak bisa berbahasa Indonesia. Apabila di dalam pertunjukan Kuda Lumping/ Jathilan ada yang mengusik , penari yang mengalami trance tadi dapat menunjuk siapa pelaku yang menghasilkan keonaran tadi. Kuda Lumping pada pertunjukan gaya gres ini 10 pasangan. Dua kuda pasangan terdepan berwarna putih , sedangkan 8 pasangan berwarna hitam. Dua kuda pasangan yang ada di baris belakang yakni kuda kecil atau dalam bahasa Jawa belo. Belo atau anak kuda itu dibikin sedemikian rupa sehingga memberi kesan kekanak-kanakan. Kepala kuda yang kecil menatap lurus ke depan , sedangkan kepala kuda lainnya tertunduk. Dalam hal menari pun , yang menaiki kuda kecil mesti lebih lincah dan gaya , yang memberi kesan kekanak-kanakan jikalau daripada penari yang menaiki kuda besar. Apabila ada pertunjukan Kuda Lumping , penduduk berbondong-bondong ingin menyaksikan dari jarak yang dekat. Hal ini menandakan permainan Kuda Lumping memang masih sungguh digemari oleh sebagian besar penduduk Jawa khususnya penduduk Jawa Tengah dan DIY.

Kesenian Kuda Lumping/ Jathilan juga meningkat dengan baik di Magelang , bahkan di beberapa kecamatan di Magelang ada kelompok-kelompok jathilan. Di Desa Mertoyudan ada grup Jathilan Campur. Kesenian Jathilan Campur ialah tarian yang ditampilkan oleh sekelompok serdadu berkuda selaku ciri khas jathilan , diaduk dengan peran-peran lain mirip , wanara , bugisan , buto blindhi , manuk beri , brasak , penthul tembem , cakil , dan barongan. Di Mertoyudan ada kalangan jathilan campur ‘Budhi Rukun’. Peran brasak ditangani atau diperankan oleh penari-penari yang berusia muda , jumlahnya ada 25 orang yang menari dengan gerakan sarat semangat , bersamaan , dan dinamis.

Asal undangan kata jathilan di Kabupaten Magelang berasal dari akar kata ‘jan’ yang memiliki arti amat dan ‘thil-thilan’ yang memiliki arti banyak gerak , yang lalu dihubungkan dengan geraknya amat banyak mirip larinya kuda yang jejondilan. Jathilan disebut juga kuda kepang alasannya peralatan yang dipakai yakni kuda-kudaan yang dibikin dari bambu yang dianyam atau dikepang lalu dibikin mirip kuda.

:
Tari Lambangsih: Iringan , Tatarias , dan Busana Tari Lambangsih
Tari Tayub : Asal Mula , Sejarah Tayub , dan Tatacara Pelaksanaan Tayub
Tari Gambyong Jawa Tengah , Iringan Musik , Busana , dan Rias Wajah Penarinya
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon