Upacara Watak Daerah Papua Lengkap Penjelasannya - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Seperti halnya di provinsi tempat lain , dalam tradisi penduduk Papua juga meningkat banyak sekali upacara tradisional (adat). Setiap suku bangsa memiliki jenis upacara yang berlainan sesuai dengan kepercayaan suku bangsa tersebut. Upacara-upacara watak Provinsi Papua dikategorikan menjadi dua , yakni upacara watak yang bermitra dengan daur hidup dan upacara watak lainnya. 

Upacara watak daur hidup termasuk masa kehamilan , kelahiran , perkawinan , dan kematian. Berikut ini referensi upacara daur hidup yang terdapat dalam budaya penduduk suku bangsa Asmat. 

1. UPACARA KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

Selama proses ini berjalan , bakal generasi penerus dijaga dengan baik biar sanggup lahir dengan selamat dengan tunjangan ibu kandung atau ibu. Ketika bayi lahir disambut dengan upacara syukuran secara sederhana. Pada prosesi itu dilaksanakan upacara pemotongan tali pusar menggunakan sembilu. Bayi disusui oleh ibu selama 2-3 tahun. 

2. UPACARA PERNIKAHAN

Proses ini berlaku bagi seorang anak pria dan wanita yang berumur 17 tahun. Pernikahan ditangani oleh pihak pria sehabis terjadi akad dengan pihak perempuan. Biasanya didahului dengan upacara uji keberanian yakni berbelanja mempelai wanita dengan mas kawin piring antik. Nilai mas kawinnya ini menurut nilai duit akad bahtera Johnson (merek motor penggagas bahtera suku bangsa Asmat).

gambar upacara watak papua

3. UPACARA KEMATIAN

Apabila kepala suku atau kepala watak yang meninggal , maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini. Sebaliknya , apabila yang meninggal warga biasa jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan. Orang Asmat juga menjalankan upacara syukuran yang disebut emaketsjem. Tradisi potong jari juga dipahami dalam tradisi suku-suku bangsa yang menghuni Lembah Baliem. 

Sedikit berlainan dengan tradisi suku bangsa Marind di Kabupaten Merauke , dalam rangkaian upacara kematiannya ada upacara tanam sasi (sejenis kayu). Sasi ditanam 40 hari sehabis hari ajal dan dicabut kembali sehabis 1.000 hari. Sementara itu , pada tradisi suku-suku bangsa di Lembah Baliem dibarengi dengan upacara bakar batu. Namun begitu , upacara bakar kerikil tidak hanya ditangani di saat ada kematian. 

Upacara bakar kerikil bagi suku bangsa penghuni Lembah Baliem mempunyai arti luas dan sungguh mendalam. Hampir semua upacara watak di Lembah Baliem menjalankan tradisi bakar batu. Mulai dari upacara kelahiran , ijab kabul , ajal , menyambut serdadu pulang dari perang , upacara perdamaian antar suku , hingga dengan menyambut tamu. Bahkan , pada masa sekarang , upacara peresmian pun dibarengi dengan tradisi bakar batu. Upacara bakar kerikil menjadi tradisi semua suku bangsa di Provinsi Papua. 

Sasuai namanya , upacara bakar kerikil menggunakan kerikil panas membara selaku bagian utamanya. Batu panas disediakan dengan memperabukan batu-batuan menggunakan kayu kering. Perlengkapan yang lain berupa daging babi , ubi , talas , buah merah , dan banyak sekali macam sayuran. Setelah kerikil panas membara , diambil dan dikumpulkan pada tanah yang sudah dilubangi. Di atasnya disusun banyak sekali peralatan itu secara berlapis , mulai dari daging babi , ubi , talas , dan buah merah. Sebagai pelapisnya digunakan banyak sekali macam sayuran. Terakhir pada pecahan atas dilapisi sayuran dan dedaunan selaku penutup. Sekitar dua jam lalu kuliner sudah matang dan dibongkar. Daging babi , ubi , talas , buah merah , dan sayuran dibagikan terhadap seluruh warga penduduk yang datang di lokasi upacara. 

Upacara watak yang lain lazimnya bermitra dengan kesibukan sehari-hari dan bermitra dengan lingkungan alam. Sebagai citra , orang Asmat akan menghasilkan patung setiap kali ada keluarganya yang meninggal. Upacara ini disebut bis dan dipimpin oleh seorang dewen (dukun). Begitu pula di saat akan mendirikan bangunan , orang Asmat menyelenggarakan upacara joai. Upacara yang lebih semarak dan sakral yakni di saat upacara penobatan kepala perang yang dinamakan mambri babo. Upacara ini didahului dengan banyak sekali pertarungan kemampuan berperang seumpama memanah dan menombak. Dari sinilah diseleksi seorang yang jago berperang.

:
Tarian Tradisional Papua Lengkap Penjelasannya
Rumah Adat Papua Lengkap Penjelasannya
Makanan Tradisional Papua Lengkap Penjelasannya
Pakaian Adat Papua Lengkap , Gambar dan Penjelasanya
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon