Prabu Dasamuka menjadi makin jauh dari kebenaran. Ia sudah tidak sanggup diingatkan atau dinasehati lagi. Sudah berkali kali Kumbakarna dan Wibisana senantiasa mengingatkan , mudah-mudahan Dewi Sinta dikembalikan ke Ayodya. Namun Prabu Dasamuka cuma sanggup murka marah saja.
Wibisana menjadi ingin tau terhadap Dewi Sinta , yang di saat dilahirkan dinegeri Alengka , dari istri Prabu Dasamuka , Dewi Tari , sudah dikesampingkan ke sungai Gangga , kemudian menjadi anak Prabu Mantili , kemudian , sudah menjadi istri Prabu Rama di Ayodya , mengapa bisa dibawa kembali ke negeri Alengka.
Wibisana yakin , bahwa ini semua sudah menjadi keinginan Dewata ,bahwa insiden yang hendak menimpa Dewi Sinta niscaya akan terjadi ,walaupun sudah diupayakan aneka macam cara untuk menjauhkan Dewi Sinta dari Prabu Dasamuka , Ternyata jalan hidup Dewi Sinta memang mesti begini ,yaitu masih mesti mempunyai kendala dengan Prabu Dasamuka. Sedangkan Wibisana makin susah untuk menangani keadaan.
Andaikata dahulu , bayi anak Prabu Dasamuka dengan Dewi Tari tidak dibuang , maka bayi itu akan menjadi Anak Prabu Dasamuka. Andaikata juga , bila Prabu Dasamuka mau mengawini anaknya sendiri yang katanya titisan Widowati , mungkin Wibisana lebih gampang mengatasinya. Wibisana cuma sanggup pasrah terhadap Dewata.
Pada sebuah hari di pasewakan Agung Kerajaan Alengka Diraja , Prabu Dasamuka yang mendatangkan Patih Prahasta. Yaitu pamannya sendiri , adik dari ibunya , Dewi Sukesi ,dan juga para adik-adiknya , Kumbakarna , Sarpakenaka dan Wibisana , juga para Putera Prabu Dasamuka , mmbicarakan rencana perkawinan Prabu Dasamuka dengan Dewi Sinta , Rencana Prabu Dasamuka tersebut ditentang oleh Wibisana. Wibisana tidak baiklah sama sekali , bila Prabu Dasamuka akan mengawini Dewi Sinta. Kalau Prabu Dasamuka masih nekat untuk mengawini Dewi Sinta , dewata akan mengutuknya*). Prabu Dasamuka mendengar perayaan dari Wibisana , adiknya , menjadi murka marah.
Tanpa basa busuk , diusirnya Wibisana dan dilarang kembali kenegeri Alengka , biar saja jadi orang hutan. Akhirnya Wibisana keluar dari istana.
Kumbakarna menyaksikan Wibisana diperlakukan otoriter oleh Prabu Dasamuka. ia tidak terima. Prabu Dasamuka makin menjadi marah. Kumbakarnapun diusir menyerupai halnya Wibisana.
Akhirnya Kumbakarna pun pergi dari istana Alengka. Sesampai diluar Istana , Kumbakarna masih sanggup berjumpa dengan Wibisana , dan Kumbakarna ingin mengikuti kepergian Wibisana. Wibisana melarang kakaknya mengikutinya , lebih baik kakaknya pulang ke Alengka , untuk mempertahankan Prabu Dasamuka , mudah-mudahan tidak makin semena mena terhadap orang lain. Wibisana pun pergi.
Kumbakarna menjadi kecewa. Ia tidak mau pulang ke Istana Alengka , ia lebih menegaskan tinggal di Gunung Gohkarna , daerah bertapa dahulu beserta kakaknya Prabu Dasamuka dan adik-adiknya di saat masih kecil dahulu. Disana bertapa tidur untuk selama-lamanya. Sepeninggal kedua adiknya , Wibisana dan Kumbakarna dari Istana. Istana. Alengka kelihatan sunyi , Namun Prabu Dasamuka tidak terpanggil jiwanya , unntuk kembali kejalan yang benar , namun makin menjadi-jadi. Namun demikian kepergian kedua adiknya , membuat Prabu Dasamuka ragu untuk mengerjakan perkawinannya dengan Dewi Sinta. Ia menegaskan bersabar hati ketimbang memaksanya , dan juga masih mencari jalan lain mudah-mudahan Dewi Sinta mampu melewatkan Prabu Rama.
------------------------------------------------------------------
*) Dewi Sinta merupakan titisan Dewi Widawati , jadi dikala Dewi Widawati akan diperistri oleh Rahwana , namun Dewi Widawati tidak mau , maka lari dan turun ke bumi dan menitis terhadap Bayi Sinta yang bahwasanya merupakan anak dari Rahwana sendiri.
Proses penitisan ini dilihat oleh Raden Wibisana , maka cepat cepat bayi tersebut ditukar sebab Wibisana tahu bahwa niscaya akan membuat perkara dikemudian hari.
Dewi Widati menitis menjadi anak Prabu Dasamuka dengan tujuan agar tidak diperistri oleh Prabu Dasamuka , namun Dewi Widawati tidak tahu sedalam apa cinta Prabu Dasamuka terhadap dirinya. Walaupun anaknyapun bila Prabu Dasamuka mengharapkan niscaya diambil istri juga sebab memang sudah menjadi susila dari Prabu Dasamuka.
Wibisana menyaksikan ini kemudian menukar Bayi Sinta dengan Bayi lainnya yang disabda oleh Wibisana dari awan / mega menjadi seorang bayi dan diberi nama Raden Indrajit.
Setelah itu bayi Sinta di sabda dan dimasukkan ke dalam ketupat kemudian dihanyutkan di sungan Jamuna , yang kemudian ketupat ini akan di peroleh oleh Prabu Janaka dari Negara Mantili , kemudian bayi itu diberi nama Sinta , jadi nama Sinta merupakan derma dari Prabu Janaka dari Mantili.
Wibisana menjadi ingin tau terhadap Dewi Sinta , yang di saat dilahirkan dinegeri Alengka , dari istri Prabu Dasamuka , Dewi Tari , sudah dikesampingkan ke sungai Gangga , kemudian menjadi anak Prabu Mantili , kemudian , sudah menjadi istri Prabu Rama di Ayodya , mengapa bisa dibawa kembali ke negeri Alengka.
Wibisana yakin , bahwa ini semua sudah menjadi keinginan Dewata ,bahwa insiden yang hendak menimpa Dewi Sinta niscaya akan terjadi ,walaupun sudah diupayakan aneka macam cara untuk menjauhkan Dewi Sinta dari Prabu Dasamuka , Ternyata jalan hidup Dewi Sinta memang mesti begini ,yaitu masih mesti mempunyai kendala dengan Prabu Dasamuka. Sedangkan Wibisana makin susah untuk menangani keadaan.
Andaikata dahulu , bayi anak Prabu Dasamuka dengan Dewi Tari tidak dibuang , maka bayi itu akan menjadi Anak Prabu Dasamuka. Andaikata juga , bila Prabu Dasamuka mau mengawini anaknya sendiri yang katanya titisan Widowati , mungkin Wibisana lebih gampang mengatasinya. Wibisana cuma sanggup pasrah terhadap Dewata.
Pada sebuah hari di pasewakan Agung Kerajaan Alengka Diraja , Prabu Dasamuka yang mendatangkan Patih Prahasta. Yaitu pamannya sendiri , adik dari ibunya , Dewi Sukesi ,dan juga para adik-adiknya , Kumbakarna , Sarpakenaka dan Wibisana , juga para Putera Prabu Dasamuka , mmbicarakan rencana perkawinan Prabu Dasamuka dengan Dewi Sinta , Rencana Prabu Dasamuka tersebut ditentang oleh Wibisana. Wibisana tidak baiklah sama sekali , bila Prabu Dasamuka akan mengawini Dewi Sinta. Kalau Prabu Dasamuka masih nekat untuk mengawini Dewi Sinta , dewata akan mengutuknya*). Prabu Dasamuka mendengar perayaan dari Wibisana , adiknya , menjadi murka marah.
Tanpa basa busuk , diusirnya Wibisana dan dilarang kembali kenegeri Alengka , biar saja jadi orang hutan. Akhirnya Wibisana keluar dari istana.
Kumbakarna menyaksikan Wibisana diperlakukan otoriter oleh Prabu Dasamuka. ia tidak terima. Prabu Dasamuka makin menjadi marah. Kumbakarnapun diusir menyerupai halnya Wibisana.
Akhirnya Kumbakarna pun pergi dari istana Alengka. Sesampai diluar Istana , Kumbakarna masih sanggup berjumpa dengan Wibisana , dan Kumbakarna ingin mengikuti kepergian Wibisana. Wibisana melarang kakaknya mengikutinya , lebih baik kakaknya pulang ke Alengka , untuk mempertahankan Prabu Dasamuka , mudah-mudahan tidak makin semena mena terhadap orang lain. Wibisana pun pergi.
Kumbakarna menjadi kecewa. Ia tidak mau pulang ke Istana Alengka , ia lebih menegaskan tinggal di Gunung Gohkarna , daerah bertapa dahulu beserta kakaknya Prabu Dasamuka dan adik-adiknya di saat masih kecil dahulu. Disana bertapa tidur untuk selama-lamanya. Sepeninggal kedua adiknya , Wibisana dan Kumbakarna dari Istana. Istana. Alengka kelihatan sunyi , Namun Prabu Dasamuka tidak terpanggil jiwanya , unntuk kembali kejalan yang benar , namun makin menjadi-jadi. Namun demikian kepergian kedua adiknya , membuat Prabu Dasamuka ragu untuk mengerjakan perkawinannya dengan Dewi Sinta. Ia menegaskan bersabar hati ketimbang memaksanya , dan juga masih mencari jalan lain mudah-mudahan Dewi Sinta mampu melewatkan Prabu Rama.
------------------------------------------------------------------
*) Dewi Sinta merupakan titisan Dewi Widawati , jadi dikala Dewi Widawati akan diperistri oleh Rahwana , namun Dewi Widawati tidak mau , maka lari dan turun ke bumi dan menitis terhadap Bayi Sinta yang bahwasanya merupakan anak dari Rahwana sendiri.
Proses penitisan ini dilihat oleh Raden Wibisana , maka cepat cepat bayi tersebut ditukar sebab Wibisana tahu bahwa niscaya akan membuat perkara dikemudian hari.
Dewi Widati menitis menjadi anak Prabu Dasamuka dengan tujuan agar tidak diperistri oleh Prabu Dasamuka , namun Dewi Widawati tidak tahu sedalam apa cinta Prabu Dasamuka terhadap dirinya. Walaupun anaknyapun bila Prabu Dasamuka mengharapkan niscaya diambil istri juga sebab memang sudah menjadi susila dari Prabu Dasamuka.
Wibisana menyaksikan ini kemudian menukar Bayi Sinta dengan Bayi lainnya yang disabda oleh Wibisana dari awan / mega menjadi seorang bayi dan diberi nama Raden Indrajit.
Setelah itu bayi Sinta di sabda dan dimasukkan ke dalam ketupat kemudian dihanyutkan di sungan Jamuna , yang kemudian ketupat ini akan di peroleh oleh Prabu Janaka dari Negara Mantili , kemudian bayi itu diberi nama Sinta , jadi nama Sinta merupakan derma dari Prabu Janaka dari Mantili.
Untuk membaca kisah lengkap Ramayana silakan Klik Disini.
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon