Kitab Allah adalah catatan-catatan yang difirmankan oleh Allah kepada para nabi dan rasul. Umat Islam diwajibkan meyakininya, lantaran mempercayai kitab-kitab selain Al Qur'an sesuai dengan salah satu Rukun Iman. Jumlah kitab yang telah diturunkan sebanyak 104 kitab suci.
Etimologi
Tulisan-tulisan firman Allah (Kitab Allah) zaman dahulu dibentuk menjadi 2 jenis, yaitu sanggup berupa shuhuf dan mushaf.
Kedua kalimat itu berasal dari akar kalimat yang sama yaitu, "sahafa" (menulis). Shuhuf (tunggal: sahifa) berarti sepenggal kalimat yang ditulis dalam material menyerupai kertas, kulit, papirus dan media lain. Sedangkan mushaf (jamak: masahif) berarti kumpulan-kumpulan shuhuf, yang dibundel menjadi satu, menyerupai 2 sampul dalam satu isi.
Dalam sejarah penulisan dari teks Qur'an, suhuf terdiri dari beberapa lembaran yang pada akibatnya Qur'an dikumpulkan pada masa Abu Bakar. Dalam suhuf tersebut susunan tiap ayat di dalam surah telah tepat, tetapi lembaran-lembaran yang ada belumlah tersusun dengan rapi, tidak dibundel menjadi satu isi. Kalimat mushaf pada ketika ini mempunyai arti lembaran-lembaran yang dikumpulkan di dalam Qur'an yang telah dikoleksikan pada masa Utsman bin Affan. Pada ketika itu, tiap ayat di dalam surah telah disusun dengan rapi. Saat ini umat Islam juga menyebut setiap duplikat Qur'an, yang mana mempunyai keteraturan tiap ayat dan surah disebut mushaf.
Shuhuf
Beberapa nabi yang dikatakan mempunyai shuhuf adalah:
- Adam - 10 shuhuf
- Syits - 60 shuhuf, (pendapat lain menyampaikan 50 shuhuf)
- Khanukh - 30 shuhuf
- Ibrahim - 30 shuhuf (10 shuhuf)
- Musa - 10 shuhuf
Mushaf
Beberapa suhuf yang telah dicatat dari firman Allah kemudian dijadikan satu yang mempunyai nama bermacam-macam, yang telah diberikan kepada para rasul-Nya. Di antaranya adalah:
1.Taurat (Torah)
Taurat yakni goresan pena berbahasa Ibrani, berisikan syariat (hukum) dan kepercayaan yang benar dan diturunkan melalui Musa. Isi pokok Taurat yakni 10 firman Allah bagi bangsa Israel. Selain itu, Taurat berisikan perihal sejarah nabi-nabi terdahulu sampai Musa dan kumpulan hukum.
2.Zabur (Mazmur)
Zabur berisi mazmur (nyanyian kebanggaan bagi Allah) yang dibawakan melalui Daud yang berbahasa Qibti. Kitab ini tidak mengandung syariat, lantaran Daud diperintahkan untuk meneruskan syariat yang telah dibawa oleh Musa.
3.Injil
Bibel pertama kali ditulis memakai bahasa Suryani melalui murid-murid Isa untuk bangsa Israel sebagai penggenap anutan Musa. Kata Bibel sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu euangelion yang berarti "kabar gembira". Injil-injil tidak mempunyai pembahasan sistematis mengenai satu tema atau tema-tema tertentu, meskipun di dalamnya banyak membahas hal kerajaan Surga. Bibel yang ada ketika ini mengandung firman Allah dan riwayat Isa, yang semuanya ditulis oleh generasi sesudah Isa.
4.Al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan kumpulan firman yang diberikan Allah sebagai satu kesatuan kitab sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat muslim. Menurut syariat Islam, kitab ini dinyatakan sebagai kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, selalu terjaga dari kesalahan, dan merupakan tuntunan membentuk ketaqwaan manusia.
Tampilan Al-Qur`an dianggap unik, lantaran berupa prosa berirama, puisi epik, dan simfoni dalam keterpaduan teks yang indah. Isi Al-Qur`an juga dianggap unik, berupa paduan filsafat semesta, catatan sejarah, peringatan-peringatan dan hiburan, dasar-dasar hukum, serta doa-doa.
Bagi umat Islam, tidak disyariatkan untuk mempelajari isi Taurat, Zabur, dan Bibel yang ada ketika ini, lantaran berdasarkan anutan Islam, dianggap telah mengandung aneka macam tafsiran yang tidak benar[4] dan lantaran isi kesemua kitab yang masih diperlukan, telah dimasukkan ke dalam kitab Al-Qur`an. Namun tidak diharapkan juga upaya untuk menyerang atau menyalah-nyalahkan isi Taurat, Zabur, atau Injil, lantaran terdapat ayat-ayat Allah di dalamnya.
Al-Qur`anul Karim kitab paling mulia
Al-Qur`anul Karim yakni kitab termulia, diturunkan kepada Nabi paling utama, dengan membawa syari’at paling mulia. Al-Qur`an merupakan kitab terakhir, membenarkan kitab-kitab terdahulu sekaligus menyempurnakan syari’at-syari’at sebelumnya. Kitab inilah yang umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruhnya diwajibkan untuk mengikuti syari’at-syari’atnya dan berhukum dengannya, bersama dengan As-Sunnah yang juga merupakan wahyu yang Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi-Nya di samping Al-Qur`an.
“Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepadamu.” (An-Nisa`: 113)
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam agar dijadikan pedoman hukum, sekaligus sebagai obat penyakit yang ada di dada, klarifikasi segala sesuatu, hidayah, dan rahmat bagi kaum mukminin.
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an semoga insan membacanya dengan penuh tadabbur (memperhatikan), mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya. Sebagaimana firman-Nya l:
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan Al-Qur`an semoga insan membacanya dengan penuh tadabbur (memperhatikan), mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya. Sebagaimana firman-Nya l:
“Ini yakni sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadabburi ayat-ayat-Nya dan supaya menerima pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shad: 29)
“Dan Al-Qur`an itu yakni kitab yang Kami turunkan yang penuh berkah, maka ikutilah ia dan bertaqwalah semoga kalian diberi rahmat.” (Al-An’am: 155)
Maka barang siapa membaca Kitabullah dengan penuh tadabbur, mengikutinya, dan mengamalkan kandungannya berarti benar-benar telah beriman dengan kitab tersebut. Sebagaimana kebanggaan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan penuh tadabbur (sehingga mengikutinya dengan sebenarnya), mereka itu orang-orang yang beriman kepadanya, dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Baqarah: 121)
Mereka yakni orang-orang yang menghalalkan apa yang dinyatakan halal dalam Kitabullah, mengharamkan apa yang dinyatakan haram dalam Kitabullah, mengamalkan ayat-ayat yang muhkam (yang jelas), mengimani ayat-ayat yang mutasyabih (yang butuh penjelasan), mereka yakni orang-orang yang berbahagia, yang mengerti nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang sangat besar ini dan sanggup mensyukurinya.
Kitab Taurat dan Bibel yang ada di tangan orang-orang Yahudi dan orang-orang Katolik tidak diragukan lagi yakni kitab-kitab yang tidak sah penisbatannya kepada Nabi Musa dan kepada Nabi ‘Isa w. Sehingga tidak sanggup dikatakan bahwa kitab Taurat yang ada di tangan Yahudi yakni Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam, tidak pula sanggup dikatakan bahwa kitab Bibel yang ada di tangan Katolik yakni Bibel yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa q. Sehingga kedua kitab tersebut yang ada di tangan Yahudi dan Katolik bukanlah Taurat dan Bibel yang kita diperintah untuk mengimaninya secara rinci.
Hal itu disebabkan telah terjadi penyelewengan, pemalsuan, dan perubahan yang dilakukan oleh tangan-tangan lancang orang-orang Yahudi dan Katolik terhadap kitabnya masing-masing. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala terangkan dalam Al-Qur`an, di antaranya pada surah Al-Baqarah: 75, al-Ma`idah: 13-15, dan lainnya. Di samping penegasan Al-Qur`an, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Taurat dan Bibel yang ada tidak sah dinisbahkan sebagai kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala, antara lain:
1. Taurat dan Bibel yang kini ada di tangan Yahudi dan Katolik bukan naskah aslinya, namun terjemahannya.
2. Dalam naskah Taurat dan Bibel yang ada tersebut telah tercampur antara Firman Allah subhanahu wa ta’ala dengan perkataan manusia.
3. Baik Taurat maupun Bibel yang ada tersebut dibukukan sesudah wafatnya Nabi Musa dan Nabi ‘Isa w dengan terpaut waktu yang sangat lama. Sementara tidak ada rantai periwayatan terpercaya antara zaman penulisan sampai Nabi Musa maupun Nabi ‘Isa. Semakin menguatkan hal ini, Bibel muncul dalam beberapa naskah, ada Bibel Matius, Bibel Yohanes, dll.
4. Terdapat kontradiksi antara naskah-naskah Taurat dan Bibel yang ada.
5. Dalam Taurat dan Bibel yang ada di tangan Yahudi dan Katolik tersebut ternyata berisi aqidah-aqidah yang batil dan sesat, berita-berita dusta, dan hikayat-hikayat yang tidak sanggup dipertanggungjawabkan.
Maka kewajiban kaum mukminin meyakini, bahwa Taurat dan Bibel yang ada di tangan Yahudi dan Katolik tersebut bukanlah kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, namun itu yakni hasil penyimpangan Yahudi dan Katolik terhadap kitabnya. Maka kita tidak membenarkannya sama sekali kecuali apa yang telah dibenarkan oleh Al-Qur`anul Karim atau oleh As-Sunnah yang mulia. Dan kita dustakan apa yang telah didustakan oleh Al-Qur`anul Karim atau As-Sunnah yang mulia. Adapun yang tidak ada keterangan Al-Qur`an maupun As-Sunnah tentangnya maka kita tidak membenarkan tidak pula mendustakannya.
Wallahu a’lam bish shawab.
(sumber refferensi:wikipedia.org)
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon