Tarian merupakan wujud verbal manusia. Dalam suatu tarian, manusia menampilkan wujud gerak yang diiringi oleh musik. Kamu tentu sering menyaksikan orang yang bergerak mengikuti irama, baik pop, dangdut, jazz maupun jenis musik lain. Orang menyampaikan bahwa mereka sedang menari. Pendapat tersebut belum tentu benar alasannya yaitu suatu tarian mempunyai syarat atau unsur-unsur tertentu.
1. Gerak
Unsur dasar tari yaitu gerak tubuh manusia. Gerak tidak sanggup dipisahkan dengan unsur ruang, tenaga, dan waktu. Oleh alasannya yaitu itu, tari merupakan penjabaran dari gerak, ruang, tenaga, dan waktu. Menurut Soedarsono, tari yaitu seni gerak, maka yang terpenting dalam seni tari yaitu bagaimana geraknya. Biasanya, urutan gerak berhubungan dengan perpindahan dari satu gerak ke gerak berikutnya (yang biasanya bersifat sesaat), juga termasuk indah atau tidak, penuh arti atau tidak, dan efisien atau tidak.
Yulianti Parani membagi gerak tari menjadi sepuluh dalam pola pengaturannya yaitu sebagai berikut:
a. Gerak sebagai akhir kesadaran dari tubuh atau anggota badan.
b. Gerak sebagai akhir kesadaran waktu dan kekuatan atau daya.
c. Gerak sebagai kesadaran ruang.
d. Gerak sebagai akhir kesadaran pengaliran berat tubuh dalam ruang dan waktu.
e. Gerak sebagai akhir kesadaran berkelompok.
f. Gerak sebagai akhir penggunaan daya kekuatan yang bersumber pada lengan dan tangan.
g. Gerak sebagai akhir ritme yang bersifat fungsional.
h. Gerak sebagai akhir bentuk-bentuk tertentu dalam penggunaan tubuh.
i. Gerak sebagai akhir rasa ringan sehingga ingin lepas dari lantai.
j. Gerak yang dituntut oleh kualitas ekspresi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam suatu gerak mempunyai unsur tenaga, ruang, dan waktu.
a. Tenaga yaitu besar kecilnya energi yang dikeluarkan oleh penari untuk melakukan perjuangan gerak.
b. Ruang yaitu tempat penari itu berada (panggung) dan diakibatkan oleh
gerak.
c. Waktu yaitu satuan waktu untuk membentuk panjang pendeknya gerak.
2. Iringan
Dalam tari, iringan memegang peranan penting. Ada dua macam iringan dalam tari, yaitu iringan internal dan iringan eksternal. Iringan internal adalah iringan tari yang eksklusif ditawarkan oleh penari, ibarat tari Samur, tari Tifa, dan tari Rebana. Iringan eksternal yaitu iringan yang berasal dari luar diri penari. Dalam tari, musik mempunyai tiga fungsi iringan, yaitu musik sebagai iringan gerak tari, musik sebagai ilustrasi, dan musik sebagai pemberi suasana. Musik iringan tari bebas sesuai dengan sifat seni sendiri yang juga bersifat bebas. Meskipun bebas, tetapi tetap ada hukum yang harus ditaati karena menyangkut kemantapan rasa estetis (keindahan) dari kelompok pemilik teori itu. Misalnya, musik tari Irian (Papua) yang seolah bebas memukul tifa sekeras-kerasnya atau seolah tidak pernah henti, sebenarnya mempunyai hukum main yang telah disepakati kelompok itu, yang tentu saja orang lain tidak tahu atau belum tahu di mana letak hukum itu.
Di dalam istilah musik dan tari, hal itu biasa disebut dengan kyu atau kencan. Misalnya, dalam tari Jawa ada kencan (kyu) untuk mengatur posisi dan gerak tari. Pada hitungan ke 4 - 8 atau 1 - 12 biasanya penari memperhatikan letak tabuhan kethuk, kenong atau gong. Bila penari paham akan letak tabuhan (pukulan atau permainan) kethuk, maka berarti telah melaksanakan empat hitungan
sabetan balungan (nada). Jika sesuai dengan pukulan kenong, maka penari telah melaksanakan delapan
hitungan sabetan balungan (nada). Dan apabila sesuai dengan pukulan gong, maka penari telah melaksanakan dua belas hitungan sabetan balungan (nada). Demikian seterusnya, kyu sanggup dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak, yaitu penari dan musisi (pangrawit). Kyu ini dalam komposisi tari modern sangat penting alasannya yaitu biasanya menggunakan musik iringan yang bebas ketukan, tidak ibarat pada tari tradisi yang pada umumnya mempunyai hitungan yang pasti.
Bahkan dalam beberapa kasus, kyu dilakukan hanya dengan gelengan kepala, teriakan, tertawa, tangisan atau gerak tubuh yang sanggup dilihat oleh penari lain, tetapi tidak sanggup diketahui oleh penonton. Musik iringan merupakan unsur pokok yang harus ada dalam tari tradisi. Musik iringan bergantung pada kebutuhan tari itu sendiri. Ada suatu bentuk tari yang hanya diiringi dengan musik yang sederhana, tetapi ada juga yang diiringi dengan musik yang sangat kompleks dan rumit.
Sebagai pola tari Bali diiringi dengan gamelan jenis kebyar, Semar
Pegulingan, dan angklung yang begitu indah dan rumit. Demikian juga tarian Jawa yang diiringi dengan gamelan Ageng berlaras slendro dan pelog yang halus, rumit, dan penuh perasaan. Gamelan tersebut terdiri atas banyak sekali versi, bentuk, dan garap. Gamelan sering dipakai untuk mengiringi suatu tarian, baik lepas, tunggal, kelompok maupun massal.Selain itu, untuk iringan upacara juga dikenal gamelan Pakumartan yang terdiri atas gamelan Cara Balen, Munggang, dan Kodhok Ngorek. Pada perkembangan berikutnya, terdapat gamelan Sekaten yang biasa dipakai untuk upacara
peringatan Maulid Nabi Muhammad dipakai juga sebagai iringan tari kontemporer.
Pada tarian Sunda musik iringannya, antara lain dengan gamelan berlaras slendro, pelog,
dan degung. Akan tetapi, beberapa tari suku lain, seperti Dayak, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku hanya diiringi beberapa instrumen jenis tiup (suling, terompet), petik (sasando, sape gitar), dan perkusi (tifa, gondang).
Selain itu seruling, terompet dari kerang, dan totobuang yang berbentuk ibarat gong kecil sebesar bonang Jawa. Ada pendapat menyampaikan bahwa instrumen totobuang merupakan pengaruh Jawa. Pengaruh Jawa ini juga sanggup dilihat adanya nama kampung Majapahit dan kampung Jawa. Namun demikian, ada kemungkinan pula bahwa totobuang itu orisinil Maluku yang termasuk instrumen yang umum terdapat di beberapa tempat Asia Tenggara yang disebut gamelan. Instrumen yaitu salah satu dari banyak jenis, bentuk, dan fungsi musik suatu alat musik etnis. Instrumen menjadi bab tidak terpisahkan dari kelompok besarnya, yaitu ansambel (perangkat). Sebuah instrumen dapat digunakan untuk mengiringi suatu bentuk tari. Namun, kebanyakan instrumen baru sanggup dipakai sesudah bergabung dalam bentuk ansambel.
Pada umumnya ansambel musik dipakai dalam kesenian tari rakyat, daerah atau tradisi. Selain itu, secara terpisah maupun tergabung dalam ansambel, instrumen biasa dipakai oleh suku tertentu dalam pertunjukan yang bersifat hiburan (profan), sakral (Bali wali) yang ditujukan kepada Tuhan
(termasuk Langen Sekar Pamuji, Laras Madya, Panembrama, musik Buddha, Mantram Hindu) atau para yang kuasa dan pemujaan roh (bahasa Bali: bebali). Wujud instrumen atau ansambel tersebut berupa gamelan (Bali, Jawa, Sunda, Madura) dan instrumen musik tempat pedalaman (Papua dan Dayak).
3. Ekspresi
Dalam kehidupan sehari-hari, insan mengekspresikan dirinya secara berbeda-beda. Ekspresi diri insan bergantung pada situasi psikologis manusia tersebut dalam menghadapi banyak sekali hal.
Demikian pula dalam tarian diharapkan adanya verbal diri dari penari. Ungkapan verbal diri dalam tarian cenderung dimanipulasi yang disebut dengan distilisasi. Dalam suatu tarian, ungkapan verbal diri manusia distilisasi sehingga wujud pengungkapannya menjadi berbeda dengan keadaan sehari-hari. Ekspresi dalam suatu tarian memegang peranan penting karena melalui verbal maka makna tari dapat diungkapkan kepada penikmat tari. Ekspresi dalam tarian dapat diungkapkan melalui gerak, suasana musik iringan, dan perubahan verbal pada wajah.
Ada tiga unsur tari, yaitu unsur gerak, iringan, dan ekspresi.Unsur-unsur tari tersebut sanggup dijelaskan seperti pada uraian berikut.
1. Gerak
Unsur dasar tari yaitu gerak tubuh manusia. Gerak tidak sanggup dipisahkan dengan unsur ruang, tenaga, dan waktu. Oleh alasannya yaitu itu, tari merupakan penjabaran dari gerak, ruang, tenaga, dan waktu. Menurut Soedarsono, tari yaitu seni gerak, maka yang terpenting dalam seni tari yaitu bagaimana geraknya. Biasanya, urutan gerak berhubungan dengan perpindahan dari satu gerak ke gerak berikutnya (yang biasanya bersifat sesaat), juga termasuk indah atau tidak, penuh arti atau tidak, dan efisien atau tidak.
Yulianti Parani membagi gerak tari menjadi sepuluh dalam pola pengaturannya yaitu sebagai berikut:
a. Gerak sebagai akhir kesadaran dari tubuh atau anggota badan.
b. Gerak sebagai akhir kesadaran waktu dan kekuatan atau daya.
c. Gerak sebagai kesadaran ruang.
d. Gerak sebagai akhir kesadaran pengaliran berat tubuh dalam ruang dan waktu.
e. Gerak sebagai akhir kesadaran berkelompok.
f. Gerak sebagai akhir penggunaan daya kekuatan yang bersumber pada lengan dan tangan.
g. Gerak sebagai akhir ritme yang bersifat fungsional.
h. Gerak sebagai akhir bentuk-bentuk tertentu dalam penggunaan tubuh.
i. Gerak sebagai akhir rasa ringan sehingga ingin lepas dari lantai.
j. Gerak yang dituntut oleh kualitas ekspresi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam suatu gerak mempunyai unsur tenaga, ruang, dan waktu.
a. Tenaga yaitu besar kecilnya energi yang dikeluarkan oleh penari untuk melakukan perjuangan gerak.
b. Ruang yaitu tempat penari itu berada (panggung) dan diakibatkan oleh
gerak.
c. Waktu yaitu satuan waktu untuk membentuk panjang pendeknya gerak.
2. Iringan
Dalam tari, iringan memegang peranan penting. Ada dua macam iringan dalam tari, yaitu iringan internal dan iringan eksternal. Iringan internal adalah iringan tari yang eksklusif ditawarkan oleh penari, ibarat tari Samur, tari Tifa, dan tari Rebana. Iringan eksternal yaitu iringan yang berasal dari luar diri penari. Dalam tari, musik mempunyai tiga fungsi iringan, yaitu musik sebagai iringan gerak tari, musik sebagai ilustrasi, dan musik sebagai pemberi suasana. Musik iringan tari bebas sesuai dengan sifat seni sendiri yang juga bersifat bebas. Meskipun bebas, tetapi tetap ada hukum yang harus ditaati karena menyangkut kemantapan rasa estetis (keindahan) dari kelompok pemilik teori itu. Misalnya, musik tari Irian (Papua) yang seolah bebas memukul tifa sekeras-kerasnya atau seolah tidak pernah henti, sebenarnya mempunyai hukum main yang telah disepakati kelompok itu, yang tentu saja orang lain tidak tahu atau belum tahu di mana letak hukum itu.
Di dalam istilah musik dan tari, hal itu biasa disebut dengan kyu atau kencan. Misalnya, dalam tari Jawa ada kencan (kyu) untuk mengatur posisi dan gerak tari. Pada hitungan ke 4 - 8 atau 1 - 12 biasanya penari memperhatikan letak tabuhan kethuk, kenong atau gong. Bila penari paham akan letak tabuhan (pukulan atau permainan) kethuk, maka berarti telah melaksanakan empat hitungan
sabetan balungan (nada). Jika sesuai dengan pukulan kenong, maka penari telah melaksanakan delapan
hitungan sabetan balungan (nada). Dan apabila sesuai dengan pukulan gong, maka penari telah melaksanakan dua belas hitungan sabetan balungan (nada). Demikian seterusnya, kyu sanggup dikembangkan sendiri sesuai dengan kebutuhan kedua belah pihak, yaitu penari dan musisi (pangrawit). Kyu ini dalam komposisi tari modern sangat penting alasannya yaitu biasanya menggunakan musik iringan yang bebas ketukan, tidak ibarat pada tari tradisi yang pada umumnya mempunyai hitungan yang pasti.
Bahkan dalam beberapa kasus, kyu dilakukan hanya dengan gelengan kepala, teriakan, tertawa, tangisan atau gerak tubuh yang sanggup dilihat oleh penari lain, tetapi tidak sanggup diketahui oleh penonton. Musik iringan merupakan unsur pokok yang harus ada dalam tari tradisi. Musik iringan bergantung pada kebutuhan tari itu sendiri. Ada suatu bentuk tari yang hanya diiringi dengan musik yang sederhana, tetapi ada juga yang diiringi dengan musik yang sangat kompleks dan rumit.
Sebagai pola tari Bali diiringi dengan gamelan jenis kebyar, Semar
Pegulingan, dan angklung yang begitu indah dan rumit. Demikian juga tarian Jawa yang diiringi dengan gamelan Ageng berlaras slendro dan pelog yang halus, rumit, dan penuh perasaan. Gamelan tersebut terdiri atas banyak sekali versi, bentuk, dan garap. Gamelan sering dipakai untuk mengiringi suatu tarian, baik lepas, tunggal, kelompok maupun massal.Selain itu, untuk iringan upacara juga dikenal gamelan Pakumartan yang terdiri atas gamelan Cara Balen, Munggang, dan Kodhok Ngorek. Pada perkembangan berikutnya, terdapat gamelan Sekaten yang biasa dipakai untuk upacara
peringatan Maulid Nabi Muhammad dipakai juga sebagai iringan tari kontemporer.
Pada tarian Sunda musik iringannya, antara lain dengan gamelan berlaras slendro, pelog,
dan degung. Akan tetapi, beberapa tari suku lain, seperti Dayak, Papua, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku hanya diiringi beberapa instrumen jenis tiup (suling, terompet), petik (sasando, sape gitar), dan perkusi (tifa, gondang).
(sasando)
Sederhana dan kompleks adalah bahasa lain untuk menyebutkan tingkat kemantapan yang berbeda dalam penggunaan instrumen (iringan) musik tari pada masingmasing suku. Di tempat kampung-kampung pedalaman Maluku, kesenian tradisional banyak yang masih hidup hingga sekarang. Instrumen musik yang biasa dipakai untuk berbagai keperluan termasuk iringan tari, antara lain tabar (tifa) yang berbentuk gendang berkepala satu dengan ukuran berbeda-beda.Selain itu seruling, terompet dari kerang, dan totobuang yang berbentuk ibarat gong kecil sebesar bonang Jawa. Ada pendapat menyampaikan bahwa instrumen totobuang merupakan pengaruh Jawa. Pengaruh Jawa ini juga sanggup dilihat adanya nama kampung Majapahit dan kampung Jawa. Namun demikian, ada kemungkinan pula bahwa totobuang itu orisinil Maluku yang termasuk instrumen yang umum terdapat di beberapa tempat Asia Tenggara yang disebut gamelan. Instrumen yaitu salah satu dari banyak jenis, bentuk, dan fungsi musik suatu alat musik etnis. Instrumen menjadi bab tidak terpisahkan dari kelompok besarnya, yaitu ansambel (perangkat). Sebuah instrumen dapat digunakan untuk mengiringi suatu bentuk tari. Namun, kebanyakan instrumen baru sanggup dipakai sesudah bergabung dalam bentuk ansambel.
Pada umumnya ansambel musik dipakai dalam kesenian tari rakyat, daerah atau tradisi. Selain itu, secara terpisah maupun tergabung dalam ansambel, instrumen biasa dipakai oleh suku tertentu dalam pertunjukan yang bersifat hiburan (profan), sakral (Bali wali) yang ditujukan kepada Tuhan
(termasuk Langen Sekar Pamuji, Laras Madya, Panembrama, musik Buddha, Mantram Hindu) atau para yang kuasa dan pemujaan roh (bahasa Bali: bebali). Wujud instrumen atau ansambel tersebut berupa gamelan (Bali, Jawa, Sunda, Madura) dan instrumen musik tempat pedalaman (Papua dan Dayak).
3. Ekspresi
Dalam kehidupan sehari-hari, insan mengekspresikan dirinya secara berbeda-beda. Ekspresi diri insan bergantung pada situasi psikologis manusia tersebut dalam menghadapi banyak sekali hal.
Demikian pula dalam tarian diharapkan adanya verbal diri dari penari. Ungkapan verbal diri dalam tarian cenderung dimanipulasi yang disebut dengan distilisasi. Dalam suatu tarian, ungkapan verbal diri manusia distilisasi sehingga wujud pengungkapannya menjadi berbeda dengan keadaan sehari-hari. Ekspresi dalam suatu tarian memegang peranan penting karena melalui verbal maka makna tari dapat diungkapkan kepada penikmat tari. Ekspresi dalam tarian dapat diungkapkan melalui gerak, suasana musik iringan, dan perubahan verbal pada wajah.
(Ekspresi penari Yapong)
Wujud verbal yang langsung terlihat oleh penonton adalah ekspresi wajah. Ekspresi wajah di butuhkan dalam sebuah pertunjukan tari untuk memberi penguatan kepada penonton wacana penghayatan penari.
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon