Nih Pengertian Nabi Dan Rasul (Pengertian Iman Kepada Nabi Dan Rasul)

Share:
Pengertian Nabi
       Nabi berasal dari kata naba yang artinya ditinggikan atau kata nabaa yang berarti berita. Dapat disimpulkan bahwa nabi ialah orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah swt. yang memberinya wahyu (berita). Menurut istilah nabi berarti insan biasa, laki-laki, yang dipilih oleh Allah swt. untuk mendapatkan wahyu.
Pengertian Rasul
       Rasul berasal dari kata arsala yang artinya mengutus. Rasul berarti seorang pria yang diberi wahyu dan diutus oleh Allah swt. untuk memberikan risalah (syariat) kepada umatnya. Dari
sini sanggup dipahami wacana perbedaan nabi dan rasul, yaitu terletak pada kewajibannya memberikan syariat kepada umatnya (Ensiklopedi Islam 3. 1994: halaman 326).
Pengertian Iman Kepada Nabi dan Rasul
       Iman secara bahasa berarti percaya. Iman berdasarkan istilah berarti mempercayai dengan sepenuh hati, diucapkan denganlisan, dan diwujudkan dalam perbuatan. Iman kepada rasul Allah
berarti mempercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah swt. telah mengutus rasul untuk memberikan syariat. Keimanan tersebut diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari. Selain istilah rasul kita mengenal istilah nabi. 
Mengapa Allah swt. harus mengutus rasul kepada manusia?
       Pada umumnya insan lebih menentukan berbuat maksiat daripada berbuat baik. Sejak ribuan tahun yang kemudian hal tersebut telah terjadi. Manusia cenderung mengikuti hawa nafsu daripada berbuat baik. Agar insan lebih terkontrol untuk mengamalkan kebajikan, diutuslah rasul kepada umat manusia. Para utusan Allah swt. yang menerima kiprah untuk memberikan risalah yang telah diwahyukan. Perhatikan firman Allah swt. berikut ini.
Artinya: Dan Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum engkau (Muhammad), melainkan beberapa orang pria yang Kami beri wahyu kepada mereka, . . . . (Q.S. al-Anbiya’ [21]: 7) Rasul diperintahkan untuk memberikan risalah kenabian kepada kita semua. Dengan demikian, kita harus mengimani rasul yang telah diutus Allah swt. Iman tidaklah cukup sekadar percaya di dalam hati saja, tetapi harus dinyatakan dengan verbal dan dibuktikan dengan perbuatan. Demikian juga dengan iktikad kepada rasul, berarti kita harus meneladani dan mengamalkan pemikiran yang telah mereka bawa.
        Mengimani rasul hendaknya dilakukan secara tepat disertai kesediaan untuk mendengarkan permintaan yang disampaikan, memikirkan, dan menanamkan dalam jiwa raga. Iman kepada rasul merupakan sebagian dari cinta hakiki, yaitu cinta kepada Allah, kepada rasul-Nya, dan kepada syariat yang diwahyukan. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, ”Salah seorang di antara kalian tidak dianggap tepat imannya sehingga saya lebih dicintai daripada bapaknya, anaknya, dirinya yang terdapat di antara kedua hubungannya, dan semua orang.”
       Bahkan, suatu kali sahabat Umar bin Khattab mendatangi Rasulullah saw. kemudian ia berkata.” Ya Rasulullah, engkau lebih kucintai daripada segala sesuatu kecuali diriku.” Rasulullah
saw. bersabda: ”Tidak, hai Umar, sehingga saya lebih dicintai olehmu daripada dirimu sendiri.” Umar berkata, ”Demi Zat yang telah mengutusmu dengan benar, engkau lebih kucintai daripada
diriku sendiri.” Rasulullah bersabda, ”Sekarang imanmu telah sempurna.”
       Dari hadis di atas, kita mengetahui bahwa menyayangi rasul menuntut seseorang untuk selalu melakukan semua pemikiran yang dibawanya. Dorongan melakukan ajarannya harus didasari perasaan cinta sehingga seseorang akan ”malu” bila mengerjakan perbuatan yang dilarangnya.
Kita harus meneladani kehidupan para rasul dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Surah al-Ahzab [33]: 21, yang berbunyi menyerupai berikut.
Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri pola yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (Q.S. al-Ahzab [33]: 21)
       Kecintaan rasul kepada umatnya laksana cahaya surga. Hal ini sebab rasul telah mengarahkan insan dengan penuh kesabaran untuk selalu beribadah kepada Allah swt. Oleh sebab itu, kita harus mengimani dan mengamalkan perintahnya. Kewajiban mengimani rasul telah ditegaskan oleh Allah swt. dalam Surah an-Nisa-’ [4]: 136 yang berbunyi sebagai berikut.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. an-Nisa’ [4]: 136)
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon