Husnuzan Pada Diri Sendiri
Husnuzzan kepada diri sendiri artinya berbaik sangka kepada diri sendiri. Kita berbaik sangka bahwa kita sanggup mencapai tingkat yang lebih baik, lebih tinggi, lebih sukses, lebih beriman, dan seterusnya. Sikap baik sangka kepada diri sendiri merupakan suatu keharusan apabila ingin mencapai prestasi terbesar kita dalam bidang apa pun. Bersikap husnuzan kepada diri sendiri sanggup kita lakukan dengan mengeksplorasi potensi diri dengan mencoba hal-hal gres dalam kehidupan kita.Kita ialah satu langsung unik yang oleh Allah Swt. diberikan kesempatan untuk berkarya. Allah Swt. telah menunjukkan potensi yang luar biasa kepada setiap insan termasuk kita. Akan tetapi, adakalanya kita tidak menyadari bahkan meremehkan potensi yang diberikan Allah Swt. kepada kita. Berhusnuzan kepada diri sendiri menjadi jalan dan dasar untuk membuka kesempatan kita berkembang.
Cara berhusnuzan kepada diri sendiri sanggup kita lakukan dengan:
Cara berhusnuzan kepada diri sendiri sanggup kita lakukan dengan:
1. Percaya pada Kemampuan Diri Sendiri
Percaya merupakan perilaku batin seseorang. Rasa percaya mengantarkan kita pada perilaku positif dan optimis terhadap apa pun yang kita percayai. Demikian juga percaya pada diri sendiri. Rasa percaya pada diri sendiri merupakan salah satu sisi perilaku husnuzan kepada diri sendiri yang menjadi dasar pengembangan diri. Apa pun dan bagaimana pun buruk keadaan seseorang apabila rasa percaya diri telah memenuhi hati, maka beliau akan bisa berkembang hingga di luar bayangannya. Sebaliknya, apabila seseorang telah terserang penyakit tidak percaya diri, sebaik apa pun keadaannya, sebanyak apa pun dukungan untuknya, beliau tidak akan berkembang sesuai harapan.
Sikap percaya diri akan menumbuhkan perilaku optimis dalam jiwa. Dengan adanya perilaku optimis ini, masa depan yang terbentang luas bukan lagi terlihat sebagai bahaya melainkan kesempatan untuk berbuat dan berkarya. Sikap percaya diri dan optimis menjadikan seseorang berani bermimpi dan mempunyai keinginan serta cita-cita. Keyakinan yang tertanam berpengaruh dalam diri seseorang mendorongnya bisa melewati kendala dan tantangan yang ada di hadapannya. Dengan perilaku ini kehidupan akan berkembang menuju arah yang lebih baik. Tentu saja dengan caracara yang tertuntun oleh wahyu sehingga selalu dalam koridor aliran Allah Swt. dan rasul-Nya.
Sikap percaya diri akan menumbuhkan perilaku optimis dalam jiwa. Dengan adanya perilaku optimis ini, masa depan yang terbentang luas bukan lagi terlihat sebagai bahaya melainkan kesempatan untuk berbuat dan berkarya. Sikap percaya diri dan optimis menjadikan seseorang berani bermimpi dan mempunyai keinginan serta cita-cita. Keyakinan yang tertanam berpengaruh dalam diri seseorang mendorongnya bisa melewati kendala dan tantangan yang ada di hadapannya. Dengan perilaku ini kehidupan akan berkembang menuju arah yang lebih baik. Tentu saja dengan caracara yang tertuntun oleh wahyu sehingga selalu dalam koridor aliran Allah Swt. dan rasul-Nya.
2. Tidak Membatasi Kemampuan Diri untuk Berkembang
Kemampuan insan memang ada batasnya. Kemampuan insan tidaklah sama dengan kemampuan Allah Swt. yang tidak terbatas. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi alasan untuk membatasi kemampuan diri. Kemampuan kita sebagai insan memang terbatas, tetapi kita juga tidak mengetahui batas kemampuan itu. Apakah dikala kita tidak bisa melaksanakan suatu hal berarti kita telah hingga pada batas kemampuan? Apakah dikala kita gagal meraih sesuatu berarti kemampuan kita memang hanya sebatas itu atau kita perlu mencar ilmu dan berusaha lebih keras lagi?
Kemampuan, kesuksesan, dan kegagalan bergotong-royong beberapa hal yang berbeda. Adakalanya kita bisa tetapi tidak berhasil. Adakalanya juga kita sukses, tetapi tidak tahu hal itu bisa terjadi. Dengan kenyataan ini, kesuksesan dan kegagalan bergotong-royong tidak semata ditentukan oleh kemampuan kita. Artinya, ada faktor lain yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan kita. Meskipun demikian, semakin tinggi tingkat kemampuan kita semakin besar pula kemungkinan sukses sanggup teraih. harus selalu menampilkan kemampuan terbaik kita. Tidak membatasi kemampuan diri merupakan perilaku husnuzan kepada diri sendiri. Kita percaya bahwa kita sanggup menjadi lebih baik. Satu hal yang juga perlu kita sadari bahwa meningkatkan kemampuan tidak sanggup dilakukan seketika. Meningkatkan kemampuan harus kita lakukan dengan caracara
sesuai hukum Allah Swt.
Cara yang niscaya ialah dengan tekun dan gigih berlatih membuatkan kemampuan yang telah kita miliki. Kemampuan yang telah kita dapatkan bukanlah kemampuan tertinggi yang sanggup kita capai. Dengan tekun mencar ilmu dan berlatih, kemampuan gres akan kita temukan dan kemampuan usang akan berkembang semakin baik. Sebagaimana kata bijak practise makes perfect, berlatih menjadikan keahlian kita semakin sempurna. Selain gigih membuatkan diri, perilaku husnuzan kepada diri sendiri sanggup kita tunjukkan dengan sadar diri. Sebagai insan yang mempunyai keimanan kepada Allah Swt. kita harus sadar bahwa segala kemampuan ialah milik Allah Swt. Oleh lantaran itu, dikala kita merasa telah lelah berusaha hingga merasa hingga di batas kemampuan, yakinlah pada Zat yang mempunyai segala kemampuan. Dialah Allah Swt. yang akan senantiasa membantu dikala kita mau menengadah tangan meminta santunan dan yakin bahwa ia akan membantu kita. Pun demikian dikala kita mencapai kemampuan yang kita inginkan. Sikap husnuzan mencegah kita dari perilaku sombong lantaran sadar bahwa kemampuan kita hakikatnya lantaran Allah Swt dan milik Allah Swt.
3. Berani Mencoba Hal-Hal Baru
Salah satu bentuk husnuzan kepada diri sendiri ialah berani mencoba hal-hal baru. Mencoba hal gres tidaklah mudah. Rasa percaya diri yang berpengaruh sangat diharapkan dikala kita hendak mencoba hal-hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Memberikan kesempatan kepada diri kita untuk mencoba hal gres berarti kita telah mempunyai cukup keyakinan untuk mengizinkan potensi diri kita berkembang. Pada dikala yang sama kita mengakui bahwa kemampuan kita bergotong-royong masih sanggup diperluas dan diperkuat lagi. Mencoba hal-hal gres sanggup kita lakukan sebagai cara untuk memperluas kemampuan maupun memperdalam kemampuan. Memperluas kemampuan artinya menambah kemampuan gres yang belum kita miliki sebelumnya. Memperdalam kemampuan memberi kesempatan kepada diri kita mempertinggi keahlian yang telah kita miliki sebelumnya. Kedua hal ini menuntut pikiran terbuka untuk menemukan inovasi-inovasi baru. Oleh lantaran itu, kreativitas dan perilaku inisiatif sangat diharapkan untuk memperlancar pencapaian hal-hal gres itu. Hal-hal gres yang ingin dicoba harus dipilih dengan selektif. Artinya, tidak sembarang hal gres kita coba. Hal-hal yang potensial membawa kerusakan kepada diri kita maupun lingkungan tidaklah layak untuk dicoba meskipun sangat menggoda. Dengan demikian, kita tidak salah dalam membuatkan diri.
Sebagai kesimpulan, husnuzan kepada diri sendiri merupakan hal yang perlu dikembangkan dalam jiwa dan pikiran kita. Saat perilaku husnuzan ini tidak ada, perilaku rendah diri, tidak kukuh, dan lemah akan segera menyerang jiwa kita. Hal menyerupai itu tidak baik. Saat jiwa kita lemah ada baiknya kita mengingat kembali pesan Allah Swt. dalam Surah Yusuf [12] ayat 87 dan Surah ar-Ra’d [13] ayat 11 berikut ini.
Artinya: . . . . dan janganlah kau berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah Swt. hanyalah orang-orang yang kafir. (Surah Yu-suf [12] ayat 87)
Artinya: Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Surah ar-Ra’d [13] ayat 11)
Artinya: . . . . dan janganlah kau berputus asa dari rahmat Allah Swt. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah Swt. hanyalah orang-orang yang kafir. (Surah Yu-suf [12] ayat 87)
Artinya: Sesungguhnya Allah Swt. tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (Surah ar-Ra’d [13] ayat 11)
Berprestasi merupakan kesempatan bagi setiap orang. Disebut kesempatan lantaran memang setiap orang mempunyai kemungkinan dan potensi untuk berprestasi dan sukses. Masalahnya ialah tidak setiap orang mengenal dirinya dengan baik. Tidak semua orang mengenal potensi besar yang terpendam dalam dirinya. Mereka merasa telah berbuat yang terbaik yang sanggup mereka lakukan padahal bergotong-royong mereka bisa melaksanakan hal-hal yang jauh lebih baik lagi. Hal ini diperparah lagi dengan rasa tidak percaya diri yang menghinggapi hanya lantaran suatu alasannya ialah yang bisa diabaikan.
Husnuzan kepada Sesama Manusia
Husnuzan kepada sesama merupakan tindakan terpuji. Sikap ini membawa kita pada pikiran positif kepada sesama. Dengan adanya pikiran positif itu, kita sanggup memandang orang lain dengan ramah tanpa syak wasangka yang tidak perlu. Sikap saling meragukan akan hilang dengan sendirinya. Apabila hubungan antarsesama dilandasi dengan baik sangka tanpa kecurigaan yang tidak perlu maka kehidupan akan berjalan dengan indah. Persahabatan akan teruntai dengan perilaku kasih sayang dan ukhuwah islamiah yang kuat. Husnuzan kepada sesama harus kita kedepankan. Meskipun demikian, perilaku husnuzan juga dihentikan menghilangkan perilaku hati-hati terhadap perilaku dan tindakan orangorang yang tidak bertanggung jawab.
Berhusnuzan kepada orang lain tidak berarti mengikuti apa pun keinginan dan kata-kata yang mereka sampaikan. Oleh lantaran itu, dikala kita mendapat informasi perihal suatu hal, sangat perlu bagi kita untuk melaksanakan tabayyun atau konfirmasi atas informasi yang kita dapatkan tersebut. Tabayyun dikala mendapat informasi merupakan tindakan bijaksana semoga kita tidak tertipu dan berbuat kesalahan dengan ketidaktahuan kita. Dengan melaksanakan konfirmasi terlebih dahulu sebelum bertindak, kita sanggup mengetahui kebenaran informasi yang kita peroleh. Selanjutnya, kita sanggup memilih tindakan yang tepat dengan informasi yang benar tersebut. Hal ini telah diperingatkan Allah Swt. dalam salah satu ayat-Nya yaitu Surah al-H.ujura - t [49] ayat 6 yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bila seseorang yang fasik tiba kepadamu dengan membawa suatu informasi maka telitilah kebenarannya semoga kau tidak mencelakakan suatu kaum lantaran kebodohan atau kecerobohan yang akan kau sesali perbuatanmu itu.
Berhusnuzan kepada orang lain tidak berarti mengikuti apa pun keinginan dan kata-kata yang mereka sampaikan. Oleh lantaran itu, dikala kita mendapat informasi perihal suatu hal, sangat perlu bagi kita untuk melaksanakan tabayyun atau konfirmasi atas informasi yang kita dapatkan tersebut. Tabayyun dikala mendapat informasi merupakan tindakan bijaksana semoga kita tidak tertipu dan berbuat kesalahan dengan ketidaktahuan kita. Dengan melaksanakan konfirmasi terlebih dahulu sebelum bertindak, kita sanggup mengetahui kebenaran informasi yang kita peroleh. Selanjutnya, kita sanggup memilih tindakan yang tepat dengan informasi yang benar tersebut. Hal ini telah diperingatkan Allah Swt. dalam salah satu ayat-Nya yaitu Surah al-H.ujura - t [49] ayat 6 yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bila seseorang yang fasik tiba kepadamu dengan membawa suatu informasi maka telitilah kebenarannya semoga kau tidak mencelakakan suatu kaum lantaran kebodohan atau kecerobohan yang akan kau sesali perbuatanmu itu.
Kebalikan husnuzan ialah suuzan kepada sesama. Sikap berprasangka buruk ini akan menghancurkan diri pelakunya. Apabila perilaku suuzan ini berkembang dalam hubungan antarsesama maka karenanya akan lebih parah. Terlebih bila ditimpali dengan rasa dengki dan sombong diri. Kedua perilaku itu akan menyuburkan suuzan lantaran tidak lagi memandang sesuatu secara objektif. Sebaik apa pun seseorang atau sesuatu bila dilihat dengan kacamata rasa dengki dan sombong yang tidak ingin merasa kalah maka akan terlihat buruk dan penuh cacat. Jangankan ada salah, tidak ada salah pun sanggup dicaricari kesalahan kemudian disebarluaskan. Saat keadaan ini terjadi hubungan antarsesama niscaya akan rusak. Suuzan juga menjadikan kerusakan dalam hubungan yang lebih luas, yaitu hubungan dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kita dengan gampang menemukan puluhan bahkan ratusan perkara kerusuhan yang terjadi lantaran adanya informasi yang tidak bertanggung jawab. Provokasi beredar dalam masyarakat menjadikan masyarakat resah. Sedikit saja pemantik memetikkan api kemarahan, kerusuhan massal tidak terhindarkan. Untuk menghindari hal-hal buruk jawaban perilaku suuzan inilah perilaku husnuzan perlu dibudayakan dalam diri kita dan selanjutnya pada orang-orang di sekitar kita.
Itulah tadi bahasan mengenai Husnuzan pada diri sendiri dan sesama manusia, baca juga husnuzan kepada Allah, semoga bermanfaat :)
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon