Pengertian Filsafat (Secara Umum| Etimologi| Terminologi| Dan Radix) - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Pengertian Filsafat - Berpuluh batas-batas mengenai filsafat yang sanggup didapatkan dalam banyak sekali buku tetapi dalam bahasan kali ini membicarakan batas-batas filsafat mesti bersifat filsafati/mendalam/radix. Karena , filsafat memiliki artian yang multidimensi. Artinya , filsafat mesti diartikan secara multidimensi-maupun secara mendalam. Berikut ini ulasan mengenai pemahaman filsafat baik secara biasa , secara etimologi , terminologi , maupun pemahaman filsafat secara radix.

pengertian-filsafat

Pengertian Filsafat Secara Umum

Secara biasa , pemahaman filsafat merupakan selaku suatu filosofi (kebijaksanaan hidup) untuk menampilkan suatu persepsi hidup secara menyeluruh menurut refleksi atas pengalaman hidup insan maupun pengalaman ilmiah seseorang.

Filsafat sanggup diartikan selaku ilmu yang mencari sebab-sebab secara mendalam bagi segala sesuatu menurut pikiran atau rasio. Filsafat merupakan persepsi hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai tujuan hidup yang dikehendaki atau dicita-citakan.

Filsafat juga merupakan studi mengenai seluruh fenomena dalam kehidupan dan fatwa insan secara kritis serta dijabarkan dalam konsep dasar dan mendalam. Pendalaman filsafat dijalankan lewat pembahasan problem secara persis menerima penyelesaian dan menampilkan alasan berikut alasan yang sempurna untuk penyelesaian tersebut.

Beberapa hal tersebut memicu filsafat selaku suatu ilmu yang memiliki ciri eksak pada sisi-sisi tertentu disamping bernuansa khas filsafat , yakni spekulasi , rasa ingin tau , keraguan , dan ketertarikan.

Dari pembahasan mengenai definisi filsafat di atas , maka sanggup ditarik kesimpulan bahwa kajian filsafat bermitra dengan kerja keras untuk menerima suatu kebenaran mengenai hakikat sesuatu yang ada lewat penggunaan nalar kesanggupan secara optimal. Pemikiran filsafat menciptakan kebenaran berupa respon dalam bentuk inspirasi atau gagasan.

Tujuan filsafat merupakan untuk menerima kebenaran yang bersifat fundamental dan menyeluruh dalam metode yang konseptual. Filsafat juga menciptakan kebenaran yang bersifat ajaib , spekulatif tetapi tidak dapat mengenali cara mengadakannya.

Berbicara mengenai pemahaman filsafat , tidak cuma sanggup diartikan secara biasa , tetapi pemahaman filsafat juga sanggup diartikan selaku artian sempit (etimologi) , artian secara luas (terminologi) , dan artian secara radix (filsafati). Secara multidimensi filsafat sanggup diartikan: filsafat selaku ilmu , filsafat selaku cara berpikir dan filsafat selaku persepsi hidup.

Pengertian Filsafat secara Etimologi (Sempit)

Secara etimologi filsafat berasal dari kata "filo" dan "sophia" yang artinya “cinta kebijaksanaan". Tentang kata “cinta kebijaksanaan” ini antara pemahaman tradisi fatwa Barat dan tradisi fatwa Timur berbeda. Bedanya pemahaman di barat menampilkan bahwa "cinta kebijaksanaan" tidak menuntut subjek yang menyampaikan dan cuma menekankan pada penguasaan keilmuan saja. Sedangkan , menurut tradisi fatwa Timur menampilkan bahwa "cinta kebijaksanaan" menuntut subjek yang menyampaikan sekaligus menguasai secara keilmuan. Sehingga , seseorang yang memiliki suatu ilmu dituntut untuk menguasai sekaligus mengamalkan. Artinya , seseorang memiliki suatu ilmu dituntut bertanggung jawab (secara moral) atas kepemilikan ilmunya. Misalnya , seorang pengajar , disamping mesti menguasai ilmu yang diajarkan juga sekaligus mengamalkan ilmunya.

Pengertian Filsafat secara Terminologi (luas)

Secara terminologi , misalnya pendapat. Cicero filsuf Romawi menyampaikan bahwa filsafat selaku "ibu dari semua seni" (the mother of all the arts) , dan ia mendefinisikan filsafat selaku art vitae atau seni kehidupan. Dalam Abad Pertengahan , filsafat dianggapnya selaku pramusaji teologi. Artinya , filsafat selaku fasilitas untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang sanggup diraih lewat nalar manusia. Hingga pemahaman filsafat yang disampaikan pada zaman terbaru menyerupai Ernest Nagel yang menyampaikan filsafat merupakan suatu komentar kritis mengenai keberadaan dan tuntutan-tuntutan bahwa kita memiliki wawasan mengenai hal itu , dan filsafat dianggap menolong apa yang kabur dalam pengalaman dan objeknya.

Pengertian Filsafat secara Radix (Mendalam)

Secara mendalam atau radix , filsafat diartikan selaku ilmu yang memiliki artian multidimensional. Yaitu , filsafat selaku ilmu , filsafat selaku cara berpikir , dan filsafat selaku persepsi hidup.

Filsafat selaku ilmu , disamping memiliki ciri-ciri keilmuan , menyerupai metode , memiliki kebenaran , bermetode , juga berfaedah bagi kenaikan kemakmuran umat. Juga , memiliki objek materia maupun objek forma. Filsafat juga dianggap selaku , meta ilmu , lantaran sasaran penyelidikannya tidak sebatas pada jangkauan ilmu-ilmu yang ada (sosiologi , antropologi , dll) , tetapi melebihinya yakni hingga hakikat atau sesuatu yang terdalam. Pengetahuan mengenai hakikat ini cuma sanggup diperoleh lewat kerja nalar atau perenungan. Sehingga setiap ilmu memiliki meta ilmunya , menyerupai ilmu agama memiliki filsafat agama , ilmu sosial memiliki sosial , dan sebagainya.

Filsafat selaku cara berpikir menampilkan bahwa filsafat sanggup memiliki artian apabila dikaitkan suatu budaya , menyerupai : filsafat Barat , filsafat Tiongkok , filsafat Islam , filsafat Jawa , dll. Kesemuanya itu sanggup diartikan selaku cara berpikir menurut tradisi Barat , cara berpikir menurut tradisi Tiongkok , cara berpikir menurut tradisi Islam , dan cara berpikir menurut tradisi Jawa , dan sebagainya. Makara , setiap suku bangsa memiliki tradisi berpikirnya sendiri-sendiri sesuai dengan kebiasaan budaya setempat. Misalnya , orang barat memiliki tradisi berpikir rasionalis (menekankan rasio/akal). Orang Islam memiliki tradisi berpikir religius. Orang Jawa memiliki tradisi emotif (menekankan perasaan). Cara berpikir sendiri memiliki banyak ragamnya , seperti: berpikir induktif atau dedukatif , berpikir inovatif , berpikir analisis , berpikir sintesis , berpikir adiakali , dan sebagainya.

Filsafat selaku persepsi hidup (way of life) menampilkan bahwa setiap etnis/suku bangsa pastinya memiliki persepsi hidupnya masing-masing dan berbeda-beda yang sifatnya reflektif. Orang Jawa persepsi hidupnya berlawanan dengan persepsi hidup orang Sunda atau Madura atau orang Dayak , dll. Demikian juga , sama-sama orang Jawa , antara orang Jawa Tengah dengan orang Jawa Timur memiliki perbedaan persepsi hidupnya. Pandangan hidup suatu etnis/suku bangsa (biasanya) ditulis dan dikembangkan oleh para pujangga/filsuf-nya. Misalnya , orang Barat memiliki persepsi hidup liberalisme. Orang-orang Cina/ Tiongkok memiliki persepsi hidup Kongfusionisme. Orang-orang Jawa memiliki persepsi hidup Javanisme (seperti alon-alon waton kelakon , dsb).

Berbicara mengenai filsafat pasti tidak terlepas dari acara berpikir , dan berpikir itu sendiri selaku serpihan primer dari acara berfilsafat. Artinya , mutu acara berpikir akan memutuskan hasil dari acara filsafatnya.

Salah satu kritik dalam pelaksanaan metode pendidikan nasional kita merupakan masih lemahnya output pendidikan , terutama dalam hal kesanggupan berpikir logis. Dari banyak sekali pengalaman kehidupan sehari-hari terutama di dunia kerja keras (industri) banyak sarjana S-1 yang mereka rekrut masih memiliki kelemahan dalam mengidentifikasi , merumuskan , mencari alternatif , mencari penyelesaian terutama untuk diri sendiri. Salah satu hal penyebab yang fundamental merupakan konsep kurikulum yang ada belum mengalokasikan secara proporsional mengenai pengembangan kesanggupan berpikir. Padahal , kesanggupan berpikir yang logis , runtut , dan sistematis merupakan salah satu permintaan pokok dalam menghadapi era global/abad 21. Misalnya , bagaimana si anak mulai mengalami proses kesanggupan berpikirnya (mulanya tidak sanggup membedakan antara sandal yang kiri maupun kanan) , hingga di saat sehabis cukup umur seseorang berinteraksi dengan sesama/lingkungannya.

Di era global di sekarang ini , biar seseorang memiliki kesanggupan diri mencukupi , maka tidak cuma menyebarkan kesanggupan IQ (kecerdasan intelektual) saja , tetapi perlu diupayakan menyebarkan kesanggupan banyak sekali kecerdasan sepenti: EQ (kecerdasan emosi) , SQ (kecerdasan spiritual) , CQ (kecerdasan kreatif) , AQ (kecerdasan sikap). Karena , semua kesanggupan kecerdasan dalam diri insan mesti dikembangkan , sejalan dengan tantangan dan rintangan yang dihadapi di era global kian kompleks. Sayangnya , metode pendidikan kita selama ini cuma menekankan pada kesanggupan kecerdasan intelektual (IQ).

Pertingnya berpikir inovatif , kritis , positif. Berpikir inovatif (creative thinking) merupakan suatu acara membentuk , membangun , bikin model-model tertentu dari suatu rangsangan/ stimulus , dengan maksud biar lebih kaya , lebih bermacam-macam , dan hal yang baru. Biasanya , anak yang berkategori inovatif memiliki inisiatif untuk senantiasa memperbaiki sesuatu biar menjadi lebih baik.

Ciri orang yang memiliki pikiran inovatif adalah:

  1. Sangat tanpa kendala dalam menjabarkan atau mengurai inspirasi biasa ke dalam ide-ide yang lebih spesifik , serta fleksibel dalam mengkaji inspirasi dari banyak sekali sisi. Daya imajinasinya sungguh besar lengan berkuasa dan cendekia bikin konsep.
  2. Terampil dalam memperkaya inspirasi , sehingga menjadi lebih menawan dan terang , serta ide-ide yang dipersiapkan biasanya orisinil.
  3. Pola berpikirnya runtut , logis , dan dalam menyelesaikan problem menggemari cara-cara brainstorming , suka berdiskusi hingga ke hal detail.
  4. Berani dan suka mengambil resiko dari apa yang dilakukan.
  5. Pribadinya kebanyakan terbuka/ekstrovert.

Sedangkan berpikir kritis (critical thinking) merupakan kesanggupan atau acara berpikir yang lebih ferfokus pada upaya menganalisis , menerangkan , menyebarkan , memilih ide/gagasan , tanda-tanda , fakta ke arah yang lebih spesifiknya dan detail. Anak yang kritis , tergolong klasifikasi kritis memiliki kesanggupan menganalisis , membedakan secara tajam kepada gejala/fakta , cermat dalam hal memutuskan , mengidentifikasi , mengkaji , menyebarkan dari setiap stimulus yang diterima.

Ciri orang yang dapat berpikir kritis adalah:

  1. Suka dan paham pada hal-hal yang spesiflk/detail.
  2. Mampu membedakan antara inspirasi yang berkaitan dengan inspirasi yang tidak berkaitan , serta membedakan antara fakta dan fiksi.
  3. Memiliki alasan yang besar lengan berkuasa dalam mengemukakan permasalahan.
  4. Lebih menggemari fakta dari pada inspirasi dan suka menjalankan kritik membangun.
  5. Memiliki kesanggupan predikasi yang anggun , setiap problem selaIu dihubungkan dengan lantaran akhir , serta cendekia menyimpulkan suatu gejala/fakta.
  6. Mampu menganalisis isi , komponen , kecenderungan , contoh , kekerabatan , prinsip , penawaran khusus , dan bias.

Beda antara berpikir inovatif dan berpikir kritis. Berpikir inovatif merupakan menunjuk pada keluasan pandangan. Berpikir kritis merupakan menunjuk pada ke detail. Kemampuan berpikir merupakan bentuk kesanggupan berpikir seorang yang lebih diarahkan untuk memecahkan banyak sekali macam masalah. Berpikir sintetis merupakan berpikir yang memadukan kedua contoh atau lebih untuk mencari sintetisnya.

Untuk meraih contoh berpikir inovatif , kritis ataupun sintetis diperlukan berpikir kasatmata yakni berpikir yang menekankan pada faktor positifnya , meskipun terdapat faktor negatifnya akan tetapi faktor positifnyalah yang dijadikan prioritas.

Berpikir Positif sanggup dijalankan dengan cara:
1. Hentikan cara berpikir menuju kegagalan , yaitu:

  • mulailah berpikir ke arah berhasil ,
  • berpikirlah , bekerjalah , dan berdoalah.
  • tentukan rencana dengan terang ,
  • jangan mau depresi dan mulailah dengan hidup sarat berhasil dan menjadi individu yang kreatif-dinamis.

2. Bila anda memiliki pikiran yang jujur , sarat kasih sayang , bersedia melayani penduduk dengan sasaran keberhasilan.
3. Pikiran kasatmata perlu latihan dan menimba ilmu dengan daya tahan lama. Cara berpikir kasatmata yakni sanggup mengganti diri dari pengecut menjadi satria , langsung yang lemah menjadi langsung yang bergairah , langsung yang berpikiran negatif dan depresi menjadi insan yang memiliki kekuatan positif.

Disamping berpikir inovatif berpikir kritis , berpikir sintetis , berpikir kasatmata berpikir masa depan/future thinking , ada juga berpikir untuk mencari makna/nilai yakni berpikir filsafati , artinya suatu kesanggupan berpikir insan biar lebih mendalam , lebih cukup umur , dan kompromistik.

Kebalikan berpikir kasatmata merupakan berpikir negatif. Berpikir negatif ini apabila dibiarkan atau tidak dikendalikan akan menjadi pikiran destruktif (merusak).

Catatan dari Charles Robert Darwin (1809-1892) , apabila anda ingin sukses: beriman , berdoa , berpikir , dan bekerja. “Hidup pada hakikatnya merupakan kompetitif , yang menang dalam persaingan itulah yang bakal survise dalam hidup.

Demikian ulasan mengenai "Pengertian Filsafat (Secara Umum , Etimologi , Terminologi , dan Radix)" yang sanggup kami sampaikan. postingan Ilmu budaya menawan yang lain cuma di situs .
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon