Kisah Misreri - Cinta Yang Terbawa Mati

Share:

Penulis : MUHAMMAD SYAHRIAL

-Kisah mistis ini benar-benar sudah menimpa seorang sobat saya (Penulis-Red). Demi mempertahankan privacy mereka , nama-nama tokoh sengaja sudah disamarkan....


Kehilangan sesuatu yang kita cintai sungguh ialah hal yang sungguh menyakitkan. Apalagi kehilangan seorang pujaan hati , dambaan kalbu. Sungguh , ini realita yang sungguh pahit. Setidaknya , begitulah yang dialami Anita. Sejak kehilangan Andi , hidupnya serasa tak berarti. Hari-harinya sarat dengan kesedihan. Batinnya senantiasa dilanda gemuruh tak menentu yang menjadikannya kembali menangis , menangis , dan menangis.
"Sudahlah , lupakanlah Andi , Nita! Sepanjang waktu pun kamu menangis , ia tidak akan sanggup kembali bareng kita ," bujuk Siska , sobat setianya yang senantiasa menjajal menghibur dan memberi harapan-harapan baru.
Siska boleh saja bicara menyerupai itu , lantaran ia memang tidak mencicipi apa yang dialami oleh Anita. Kematian Andi baginya ialah realita pahit yang sungguh sukar dipercaya. Bagaimana mungkin ia sanggup memperacayainya. Hanya sekitar satu jam sebelum malaikat maut merenggut nyawa Andi , Anita gres saja bersamannya. Bahkan mereka gres saja menjalankan hal yang serupa sekali terlarang bagi keduanya.
Ya , malam ahad itu sejak sore hingga malam hari mereka mencicipinya berdua saja. Mulanya mereka memadu kasih di tepi pantai sambil membicarakan wacana masa depan yang mau mereka jalani bersama. Entah setan mana yang karenanya menuntun mereka melangkah ke kamar suatu losmen sederhana. Di sanalah cinta mereka saling berlabuh. Andi memacu keinginan cintanya , dan Anita cuma sanggup mendesah dan menjerit kecil dalam kepasrahan sorgawi. Lalu semuanya berubah begitu cepat. Kenikmatan itu kelihatannya cuma sesaat saja mereka reguk. Di di saat peluh belum lagi mengering , mereka sudah terjerambab ke dalam jurang penyesalan. Anita cuma sanggup menangisi sesuatu yang hilang dari dirinya. Miliknya yang paling berharga.
"Maafkan saya , Nita. Tidak sebaiknya kita menjalankan perbuatan ini , Sayang!" bisik Andi dengan mata nanar dan muka pucat.
Anita menggeleng pelan sambil menggigit bibirnya yang indah. Dia pun coba mendustai dirinya , "Tidak , Sayang! Aku menangis begini justeru lantaran saya bahagia."
Mereka pun berpelukan mesra. Dan mereka menjajal untuk tidak menyesalinya.
Malam itu mereka pergi meninggalkan kamar losmen dengan hati yang menjajal benar-benar senang dengan kenistaan yang sudah mereka lakukan. Dengan pelukan erat tangan Anita yang duduk di jok belakang , Andi memacu Kawasaki Ninja-nya menembus kegelapan malam. Andi yang senang ngebut tentu tak pernah mau kompromi dengan sepeda motornya. Dia memacu kendaraan itu nyaris menyerupai lesatan anak panah dari busurnya. Begitu cepat , hingga berulang kali Anita mesti mencubit pinggangnya biar sang kekasih meminimalisir laju kendaraannya. Tapi Andi cuma mau mengetahui sedikit saja. Hanya sesekali ia meminimalisir laju sepeda motor ber-CC besar itu. Setelah itu ia kembali ngebut , hingga cuma sepuluh menit kemudian mereka tiba di rumah Anita.
Waktu itu jarum jam sudah menampilkan pukul 24 WIB melalui beberapa menit. Karena malam sudah cukup larut , Andi terpaksa tidak mampir lagi di rumah Anita. Setelah mengirim gadis kelas 3 Sekolah Menengan Atas itu hingga depan pintu rumahnya , Andi pun secepatnya berpamitan. Anita pun tidak memaksanya untuk singgah lantaran malam memang sudah nyaris larut.
"Hati-hati , jangan ngebut ya , Sayang!" pesan Anita. Aneh , tak menyerupai lazimnya ia berpesan menyerupai ini , lantaran ia sudah tahu kegemaran berat pacarnya itu. Dipesan seribu kali pun Andi niscaya akan tetap ngebut.
Entah mengapa , Anita mengucapkan pesan tersebut malam itu. Mungkin hal ini semata-mata lantaran didorong oleh nalurinya yang memberitahu bahwa akan terjadi sesuatu pada diri Andi , pacarnya. Dan kenyataannya memang menyerupai itulah. Satu jam sehabis kepergian Andi , Anita yang sedang melamunkan sensasi mesra yang gres saja dilakukannya bareng Andi , tiba-tiba dikejutkan oleh suara ponselnya. Dan keterkejutannya semakin tepat di saat ia mendengar kabar dari seseorang nun jauh di sana.
"Andi gres saja tabrakan. Kalau sempat , lekaslah kamu ke tempat tinggal sakit , Nita!"
Demikianlah kabar yang menghasilkan Anita sekali lagi mesti menumpahkan air matanya....
***

Anita jatuh tak sadarkan diri di saat malam itu tiba di rumah sakit dan mendapat informasi bahwa Andi sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Dia sukar yakin dengan realita yang kelihatannya begitu cepat terjadi ini.
Tapi , memang begitulah yang sudah telah terjadi. Andi mesti mati lantaran kecerobohannya sendiri. Malam itu di jalanan ia mendapat lawan pengendara sepeda motor lainnya , yang mengajaknya balapan. Bagi Andi , pantang didahului oleh siapa saja di saat sedang ngebut. Namun sepeda motor itu tiba-tiba saja menyalipnya. Andi tentunya panas hatinya. Dia secepatnya memburu sepeda motor itu. Kejar-kejaran pun terjadi. Dengan sepeda motor yang ber-CC besar Andi tentunya sukses menyalip. Namun ia rupanya lengah. Saat jalanan menikung , di sana ada suatu mesin perata jalan yang tengah terparkir. Andi tak menduga sama sekali. Dia telat mengantispasi. Dengan kecepatan 150 Km. perjam sepeda motornya memukul roda besi mesin itu. Andi terpental beberapa puluh meter. Kawasaki Ninja-nya ringsek dan patah menjadi dua bagian. Sementara itu badan Andi yang cuma yang dibikin dari tulang dan daging itu mengalami kondisi yang lebih parah. Tubuh itu remuk dengan kepala pecah. Andi pun meninggal di daerah kejadian.
Betapa tragis maut Andi. Kenyataan inilah yang menyibukkan diterima oleh Anita. Namun sesungguhnya bukan semata kepergian Andi yang tragis itu yang terus menjadikannya bersedih. Kesedihan Anita juga ditambahi oleh apa yang sudah dijalankan oleh Andi malam itu atas dirinya. Ya , tiba-tiba saja Anita menilai betapa tidak adilnya kehidupan ini. Mengapa kehidupan mesti berlalu dari diri Andi di saat pemuda itu sudah menanamkan noda di tubuhnya?
Sesungguhnya hal itulah yang menghasilkan air mata Anita senantiasa mengalir deras , sehingga Siska yang paling bersahabat dengannya pun sukar untuk menghiburnya dari kesedihan.
"Sampai kapan kamu akan terus menangisi kepergian Andi , Nita? Relakanlah ia berpulang ke sisiNya. Jangan bebani ia dengan tangismu!" bujuk Siska menyerupai seorang ibu yang berupaya meminumkan obat terhadap anaknya yang masih balita.
Anita cuma menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berupaya menghentikan tangisnya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya , kendati bahwasanya ia sungguh ingin menceritakan hal yang bahwasanya terhadap Siska. Namun ia takut Siska bukannya bersimpati , terlebih menampilkan jalan keluar untuk dirinya , malahan Siska akan tidak suka dan mencemoohnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan Siska yang alim itu akan berubah benci dan menilai dirinya selaku gadis murahan.
***

Karena pukulan batin yang teramat berat , Anita yang selama ini dipahami selaku primadona di SMA-nya itu karenanya mengalami banyak perubahan. Hari-harinya tak lagi ceria. Kecantikannya pun mulai pudar. Lihatlah , rambutnya yang dahulu indah tergerai sekarang berubah kusut masai tak terawat lagi. Kulitnya yang halus pun sekarang mulai berkembang bintik-bintik merah dan kehitaman lantaran ia sudah malas mandi. Sehari-hari kerjanya cuma mengurung diri di dalam kamar. Dia bahkan sudah melalaikan sekolahnya.
Pada malam 40 hari maut Andi , Anita tiba-tiba berteriak-teriak histeris dan memohon biar Andi membawanya pergi bersamanya.
"Bawalah saya , Andi…! Aku ikut…aku ikut , Sayang!"
Begitulah kata-kata yang diucapkan Anita dalam rintih , tangis dan jeritannya. Ayah dan ibunya berupaya menenangkannya , tergolong juga abang dan adiknya , serta pembantu yang melakukan pekerjaan di rumah itu.
"Sadarkah , Nak! Lupakanlah , Andi. Relakanlah ia pergi!" bujuk ayahnya.
Keluarga itu berupaya menenangkan Anita tidak cuma dengan bujuk rayu. Mereka juga berupaya menenangkan dengan kekuatan tenaga lantaran Anita senantiasa memberontak dan ingin berlari menyusul Andi.
"Andi saya ikut! Tunggu saya , Andi!" pekik Anita berulang-ulang.
Apa yang sesungguhnya terjadi? Malam itu , tanpa seorang pun tahu bahwasanya Anita benar-benar mencicipi kehadiran Andi. Cowok itu tiba kepadanya dengan busana serba putih. Dan ia senantiasa melambai-lambaikan tangannya , mengajak Anita pergi bersamanya. Karena itulah kemudian Anita memanggil-manggil Andi , hingga karenanya mengkhawatirkan seluruh penghuni rumah itu.
Setelah lepas 40 hari maut Andi , Anita memang senantiasa mencicipi kehadiran Andi di dalam kamarnya. Bayangan laki-laki itu kerap timbul dengan busana serba putihnya , sehingga Andi nampak sungguh ganteng dan mempesona. Namun di waktu lain Andi justeru timbul dalam wujud yang menyeramkan. Ya , seringkali ia hadir dalam bayangan sosok badan yang hancur dan kepala remuk , sehingga tampaklah cairan otaknya yang meleleh.
Dalam realita lain , respon menyaksikan penampakan-penampakan menyerupai itu Anita kerap merengek-rengek minta ikut bareng Andi. Namun di di saat lainnya Anita pun kerap menjerit-jerit ketakutan. Keluarganya pun nyaris setiap malam senantiasa sibuk menenangkannya. Mereka juga sudah mendatang dokter , psikiater , bahkan dukun untuk coba membujuk Anita biar melalaikan Andi. Namun seluruhnya menyerupai sia-sia. Bahkan , paranomal yang diminta tolong menyampaikan bahwa Anita takkan pernah sanggup terlepas dari bayangan arwah Andi. Alasannya? "Mereka satu sama lain sudah terikat pada sumpah sehidup semati ," kata si paranormal.
Memang , malam itu selepas melakukukan hubungan yang sungguh terlarang itu , mereka sudah mengikrarkan sumpah untuk saling mencinta sehidup semati. Sumpah ini ternyata sudah menjadi semacam ikatan mistik antara Anita dan Andi , sehingga sehabis mati pun Andi senantiasa mendatangi Anita , di di saat malam dan di di saat gadis itu sunyi dalam kesendirian.
Arwah Andi terus mendatangi Anita , hingga karenanya Anita pun tak kuasa menahan kerinduan. Dia menderita sakit. Dalam sakitnya ia senantiasa menyebut-nyebut nama Andi. Seminggu sehabis terbaring sakit , di suatu malam gelap berselimut hujan , Anita menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang menangisi kepergiannya. Namun , Anita sudah pergi bareng cinta dan dan kerinduannya. Juga bareng dosa yang hitam.


Sumber
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon