Mengenal Jenis-Jenis Wayang

Share:
Wayang ialah bentuk kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia. Kata wayang berasal dari bahasa Jawa "wewayangan" yang memiliki arti bayangan. Disebut wayang atau wewayangan lantaran untuk menonton pertunjukkan wayang , penonton berada dibelakang layar atau kelir. Sang dhalang memainkan wayang diterangi suatu lampu sehingga mengakibatkan bayangan pada kelir. Penonton tidak sanggup menyaksikan sang dhalang melainkan cuma sanggup menyaksikan bayangan wayang yang sedang dimainkan sang dhalang.

Jenis-jenis Wayang
Wayang menjelma bermacam-macam jenis , pada biasanya memakai Ramayana dan Mahabarata selaku induk ceritanya. Sedangkan alat peraganya menjelma beberapa macam antara lain yang dibikin dari kain , kertas , kulit , kayu , dan juga orang. Perkembangan wayang ini dipengaruhi oleh kebudayaan tempat setempat. Berikut ini beberapa macam wayang yang ada di Indonesia.

Wayang Beber
Wayang beber iciptakan pada zaman Majapahit selaku hasil pertumbuhan dari relief-relief yang Terdapat pada Candi Panataran. Isi dongeng tak berlainan dengan Wayang Purwa. Wayang beber berisikan adegan-adegan yang dilukis pada kain halus. Satu gulung dongeng wayang beber berisi 16 adegan. Berbeda dengan jenis wayang lainnya , wayang beber tidak dipegang oleh sang dhalang. Pada di saat pagelaran wayang penggalan gambar yang memperlihatkan adegan lakon itu dibuka dari gulungannya , dan sang dhalang menceritakan kisah yang terlukis dalam adegan.

Wayang beber pada biasanya menceritakan kisah percintaan Raden Panji Asmara Bangun dengan Dewi Galuh Candra Kirana , yang dalam kehidupan rumah tangganya sarat kesengsaraan , tetapi alhasil mereka hidup bahagia.Wayang beber banyak dimainkan di tempat Jawa Tengah dan Jawa Timur penggalan selatan antara lain Solo , Pacitan , dan Kediri. Tehnik membentangkan kain layar inilah yang memberi nama Wayang Beber pada seni pertunjukan tersebut. (beber=bentang). Lakon dalam wayang beber antara lain : Andhe-andhe Lumut , Keong Emas , dan Panji Jaka Kembang Kuning.

Wayang Purwa
Purwa memiliki arti terdahulu atau yang pertama , oleh lantaran itu lakon wayang purwa menggambarkan kisah wacana kitab Mahabarata dengan inti dongeng perang

“Barata Yuda” Yaitu perang kerabat keturunan Barata , yakni antara keluarga Pandawa dan Astina yang memperebutkan kerajaan Amartapura yang alhasil dimenangkan oleh keluarga Pandawa. Cerita wayang Purwa ini pada mulanya berwujud lukisan yang dibikin pada daun lontar oleh Prabu Jayabaya raja Kediri.

Kemudian di masa kerajaan Majapahit hingga Demak terjadi pergantian bentuk wayang baik teknik maupun materi baku pengerjaan wayang mirip apa yang kita lihat hingga sekarang. Yaitu lewat proses pahatan , lukisan dengan bentuk pandang samping yang dibikin dari kulit hewan. Wayang yang dibikin dari kulit tipis mirip kertas kulit dan ukuranya tingginya mulai 6 inci hingga lebih dari 3 kaki. Bentuk badan , ukuran , pewarnaan , jenis hiasan kepala , dan gaya busana tiap tokoh beberda satu dengan lainya. Lakon dalam wayang purwa antara lain : Baratayuda , Bale sigala-gala , Anoman Duta , dan Dewa Ruci

Wayang Madya
Wayang zaman tengah ini hasil kreatifitas Raja Mangkunegara IV , Surakarta. Isi Ceritanya ialah kelanjutan dari dongeng wayang purwa , yakni sehabis pemerintahan Prabu Parikesit hingga zaman pemerintahan kerajaan Jenggala Kediri. Menurut Raden Samsudjin , dongeng Wayang Madya ialah saduran dari karangan Pujangga kondang Raden Ngabehi Ronggowarsito.

Wayang Golek Sunda
Wayang ini berupa boneka kecil dengan semacam cempurit untuk pegangan tangan sang dhalang. Sama dengan wayang purwa dongeng dalam wayang golek sunda juga memakai induk dongeng serial Ramayana dan Mahabarata. Wayang golek sunda juga diiringi oleh seperangkat gamelan lengkap dengan pesindennya. Bedanya wayang golek sunda tidak memakai kelir sehingga penonton sanggup eksklusif menyaksikan para tokoh wayang yang diperagakan dhalang. Selain wayang golek purwa di Jawa Barat juga terdapat wayang golek pakuan yang menceritakan aneka macam legenda tanah Pasundan.

Ada beberapa ciri khusus dalam wayang golek sunda yakni kepala wayang sanggup diputar ke kiri maupun ke kanan. Tangan juga sanggup digerakan dengan bebas untuk menari dan bahkan untuk melakukan gerakan beladiri

Wayang Golek Menak
Wayang Golek menak atau disebut juga wayang Tengul. Wayang ini memakai peraga wayang berupa boneka kecil atau golek yang yang dibikin dari kayu. Selain berupa golek wayang menak juga ada yang berupa kulit. Wayang ini diciptakan oleh Ki Trunadipa seorang dhalang dari Baturetno , Surakarta pada zaman pemerintahan Mangkungara VII.

Induk dongeng bukan diambil dari Ramayana dan Mahabarata , melainkan dari dongeng Menak yang berasal dari negeri Arab. Kisah ceritanya berkisar pada masa usaha Nabi Muhammad SAW yang berbagi agama Islam. Walaupun tokoh ceritanya orang Arab peraga wayang menak mirip dengan Wayang Golek Sunda , antara lain dengan memperlihatkan kuluk , sumping , jamang , dan sebagainya

Wayang Krucil
Sering dianggap sama dengan wayang Klitik , fikiran itu disebabkan lantaran wayang krucil yang dibikin dari kayu pipih. Yang berlainan yakni induk dongeng yang diambil lakon-lakonya. Wayang krucil mengambil lakon dari kisah dongeng Damar Wulan. Misalnya dongeng Damar Wulan Ngenger , yang menceritakan kisah Damar Wulan di saat menjadi penggembala. Adalagi dongeng Damar Wulan Menakjinggo , ayang mengisahkan peperangan antara Damar Wulan dan Menakjinggo seorang patih dari Blambangan yang memberontak.

Wayang Klitik
Wayang Klitik yang dibikin dari kayu pipih yang dibikin dan disungging seumpama wayang purwa. Hanya penggalan tangan peraga wayang yang bukan dari kayu pipih melainkan yang dibikin dari kulit , mudah-mudahan lebih kekal dan ringan menggerakannya. Pada wayang klitik cempuritnya ialah kelanjutan dari materi kayu pembuat wayangnya. Wayang ini diciptakan pada tahun 1648 , dan tidak dimengerti siapa yang menciptakannya. Pementasan wayang klitik juga diringi gamelan dan pesinden tetapi tidak memakai kelir sehingga penonon sanggup eksklusif menyaksikan tokoh wayang.

Wayang Wong / Wayang Orang
Wayang ini sudah dipahami sejak pemerintahan Mangkunegoro IV Surakarta. Isi dongeng mirip pada wayang Purwa. Tokoh-tokoh pelakunya dimainkan oleh orang. Dimainkan di atas panggung dengan hiasan mirip sandiwara. Dalang masih berperan aktif dalam wayang ini. Menurut Mulyadi , dokumen-dokumen resmi wacana asal-usul “wayang orang” tidak ada.

Orang Solo menyatakan bahwa Wayang Orang itu pertama kalinya sudah ditugaskan penyelenggaraannya oleh Mangkunegoro V. Menurut orang Yogya. Wayang Orang itu ciptaan Hamengkubuwono I. Sedangkan anjuran lain menyampaikan bahwa bekerjsama ke dua raja di Solo dan di Yogya itu bukan yang bikin melainkan cuma menyempurnakan saja dengan menyamakan bentuk busana yang digunakan oleh pelakon dengan bentuk wayang kulit baik dalam pakaiannya , maupun bentuk pemanis pakaiannya yang diadaptasi dengan gambar wayang kulit.

Awalnya Wayang Orang ini cuma dimainkan di istana oleh keluarga raja , seiring waktu Karena diminati juga oleh rakyat alhasil dipergelarkan juga untuk rakyat. Rombongan kondang dari Wayang Orang ini beberapa diantaranya yakni , Ngesti Pandowo (Semarang) , Sriwedari (Solo) , Cipta Kawedar , dan Bharata (Jakarta).

Wayang Perjuangan / Wayang Suluh
Wayang Perjuangan dinamakan juga Wayang Sandiwara. Cerita wayang ini berupa kebaikan dan kejelekan yang menggambarkan betapa kekejaman kolonialis Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia , penjajahan Jepang tiga setengah tahun , hingga zaman kemerdekaan. R.M. Sayid Sala tahun 1944 turut mencipta wayang ini. Ada juga yang memberi nama wayang Perjuangan atau wayang sandiwara ini dengan nama Wayang Suluh lantaran digunakan selaku media penerangan atau penyuluhan , mirip yang ditangani Jawatan Penerangan R.I. / RRI.

Menurut R. Samsoedjin , Wayang Perjuangan atau Wayang Suluh diciptakan oleh Badan Kongres Pemuda R.I. tahun 1946/1947 di Yogyakarta. Adapun bentuk wayangnya Realistis tidak mengalami pergantian bentuk selaku mana wayang kulit atau wayang golek bentuknya mirip insan biasa. Menceritakan wacana tokoh-tokoh usaha tanah air mirip Bung Karno , Drs. Mohammad Hatta , Sutan Syahrir , Jendral Sudirman , H.Agus Salim , dll.

Wayang Wahyu
Wayang wahyu cuma khusus untuk persebaran agama Katholik. Wayang ini digunakan untuk siar/penyebaran agama Katholik. Perkembangan wayang ini sungguh terbatas pada lingkungan penduduk beragama Katholik yang berasal dari suku Jawa. Wayang ini yang dibikin dari kulit , tetapi corak tatahan sunggingannya naturalistik , yakni yang tergambar sesungguhnya. Wayang ini memakai lakon-lakon dari dongeng yang terdapat dalam kitab Bibel , abik perjanjian Lama maupun Baru. Pagelaran wayang sama dengan wayang kulit purwa. Lakon yang diamainkan antara lain : Samson , Daud dan Goliath

Wayang Gedog
Gedog memiliki arti kedok atau topeng. Wayang Gedog diciptakan oleh salah seorang Wali Songo , yakni Sunan Giri. Wayang ini ditandai dengan candra sengkala Gegamaning Naga Kinaryeng Bathara yang artinya tahun 1485 caka atau 1568 masehi. Cerita Wayang Gedog juga ialah lanjutan dari dongeng Wayang Madya , yakni menggambarkan kerajaan Jenggala hingga kerajaan Pajajaran. Wayang Gedog ini juga menceritakan zaman Kediri (Daha). Wayang ini dibilang sudah punah , cuma sisa-sisanya saja yang masih sanggup dilihat di beberapa museum Keraton Surakarta.

Wayang Topeng
Para pemain film tokoh wayang ini masing-masing memakai topeng di wajahnya. Sandiwara seperti ini nyaris terdapat di setiap negara. Di Indonesia sandiwara topeng semacam itu terdapat pada suku-Suku yang tidak terpengaruh oleh kebudayaan Hindu. Seperti pada suku Dayak di Kalimantan.

Wayang Kancil
Wayang kancil tergolong wayang terbaru , yang diciptakan tahun 1925 oleh seorang WNI keturunan Cina berjulukan Bo Liem. Wayang kancil ini yang dibikin dari kulit , memakai tokoh peraga binatang , dibikin dan disungging oleh Lie To Hien. Wayang kancil pada mulanya dimainkan untuk menuturkan dongeng terhadap bawah umur wacana kisah binatang yang pandai dan cerdik. Cerita untuk lakon-lakon wayang kancil diambil dari Kitab serat kancil kridamarta karangan Raden Panji Natarata.

Tahun 1943 R.M Sayid memperbanyak kumpulan wayang menjadi sekitar 200 boneka , tergolong sosok-sosok gres mirip perawat dan petugas kelurahan untuk memperluas selaku wahana pendidikan dalam penduduk yang pada biasanya tidak sanggup membaca.

Wayang Potehi
Wayang potehi berasal dari kata potie yang memiliki arti kain , dan hie yang memiliki arti boneka. Pada mulanya wayang potehi diciptakan oleh 5 orang Cina yang dijatuhi eksekusi mati pada masa Dinasti Tsang Tian. Di Indonesia wayang Potehi pada biasanya menceritakan kisah-kisah dari negeri Cina , diantaranya Si Jun Kui , Sam Pek Eng Tay. Tetapi penuturanya sudah memakai bahasa Indonesia. Pertunjukan wayang Potehi tidak diiringi gamelan , melainkan alat musik yang berjulukan gubar-gubar , biola , dan tik-tok.
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon