Konten [Tampil]
Upacara Adat Kalimantan Selatan
Dalam siklus kehidupan insan , banyak sekali insiden yang dialami insan dianggap sungguh penting. Oleh alasannya itu , penduduk Kalimantan Selatan , khususnya suku Banjar memiliki beberapa upacara watak yang masih dijalankan hingga kini. Keseluruhan upacara berisi doa dan tuntutan biar insan senantiasa memperoleh limpahan rahmat dan karunia Allah swt. Selanjutnya , insan dijauhkan dari banyak sekali tragedi yang tidak diinginkan. Beberapa upacara tersebut yakni mandi tian mandaring , ba’ayun mulud , perkawinan , dan upacara kematian.A. Upacara Adat Mandi Tian Mandaring
Upacara tradisional ini dijalankan selaku perumpamaan syukur dan pengharapan akan lahirnya seorang bayi. Kelahiran seorang bayi lazimnya dimaknai selaku karunia Tuhan yang amat berharga. Oleh alasannya itu , kedatangannya senantiasa dinantikan dengan sarat harap dan doa. Keluarga berharap mudah-mudahan sang bayi lahir dengan selamat , serta kelak menjadi orang yang bertakwa pada Allah swt. dan berbakti terhadap orang tua.
Sewaktu kandungan seorang ibu sudah berumur tujuh bulan , Upacara Mandi Tian Mandaring dilaksanakan. Upacara ini sering pula disebut dengan perumpamaan bapagar mayang , alasannya kawasan mandi dalam Upacara itu menggunakan pagar mayang. Pada Upacara ini dipersiapkan pagar mayang , yakni suatu pagar yang sekelilingnya digantungkan mayang-mayang pinang.
Sang kandidat ibu yang hendak mandi di Upacara itu didandani dengan busana sebagus-bagusnya. Saat berada dalam pagar mayang untuk dimandikan , busana yang dikenakan diganti kain kuning.
Selesai upacara , perempuan tian mandaring dibawa ke dalam rumah. Di hadapan pengunjung yang seluruhnya perempuan , rambutnya disisir , dirias dan digelung serta diberi busana bagus. Upacara ini diakhiri dengan bersalam-salaman sambil mendoakan perempuan tian mandaring.
Upacara seputar kelahiran dalam penduduk Kalimantan Selatan disebut Upacara watak Ba’ayun Mulud. Pelaksanaan upacaranya dengan menaruh bayi yang berusia empat puluh hari di atas ayunan. Ayunan yang dibikin dari tiga lapis kain. Hiasan bunga warna-warni digantungkan di sekeliling ayunan.
Dalam upacara ini dibacakan banyak sekali syair , menyerupai syair barzanji , syair syarafal anam , dan syair diba'i. Saat pembacaan asyarakal dikumandangkan , anak dalam ayunan diayun pelan-pelan dengan cara menawan selendang yang diikat pada ayunan. Maksud diayun pada di saat itu yakni untuk mengambil berkah atas kemuliaan Nabi Muhammad saw. Orang renta berharap anak yang diayun menjadi umat Islam yang taat , bertakwa terhadap Allah swt. dan Rasul-Nya.
Peserta baayun mulud ini tidak terbatas pada bayi yang ada di kampung yang melaksanakan saja. Peserta dari kampung lain boleh ikut meramaikan. Bahkan , tidak jarang ada orang yang sudah renta ikut baayun alasannya mereka merasa waktu kecil dahulu tidak sempat ikut upacara baayun mulud. Tradisi yang dijalankan secara massal ini selaku pencerminan rasa syukur terhadap Allah swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya atas kelahiran Nabi Muhammad saw. yang menenteng rahmat bagi sekalian alam.
Perkawinan watak Banjar dipengaruhi oleh pedoman agama Islam. Dalam perkawinan Banjar , terlihat terang besarnya penghormatan terhadap wanita. Hal itu ialah penerapan dari pedoman Islam yang meyakini bahwa ”surga ada di bawah telapak kaki ibu” dan ”wanita itu yakni tiang negara”. Acara demi program yang dilaksanakan seluruhnya berpusat di kawasan atau di rumah pihak mempelai wanita. Pihak keluarga lelaki tiba untuk menghormati keluarga mempelai wanita.
Hari batatai adalah hari di saat kedua mempelai duduk bersanding sehabis kesepakatan nikah. Karena perkawinan ialah salah satu hal penting dalam hidup , maka keluarga kedua mempelai berusaha sedapat mungkin untuk menampilkan kesan yang istimewa bagi kedua mempelai.
Adat Banjar menyampaikan bahwa perkawinan pada hakikatnya bukan saja terjadi antara dua orang insan yang berbeda jenis. Perkawinan juga menyatukan dua keluarga besar. Setelah upacara pernikahan selesai , kedua pengantin gres dan sanak keluarganya mesti saling mengunjungi.
Basarangan atau maatar kada yakni program keluarga mempelai lelaki dan perempuan saling berkunjung secara bergantian sehabis pernikahan. Pada program basarangan , kedua pihak menenteng kuliner dan kue-kue untuk disantap bersama. Tiga hari sehabis hari pernikahan , pihak keluarga mempelai perempuan berkewajiban menenteng pasangan gres tersebut berkunjung ke tempat tinggal orang renta mempelai pria. Di rumah itulah diadakan upacara sujud. Setelah itu , dua mempelai wajib berkunjung ke tempat tinggal para saudara bersahabat dan orang-orang yan dihormati (baailangan).
D. Upacara Adat Kematian
Membantu orang yang tertimpa petaka khususnya maut pada penduduk Kalimantan Selatan ialah suatu keharusan yang dijalankan dangan ikhlas. Segala keperluan biasanya ditanggung bareng secara gotong royong. Kaum perempuan menolong menyiapkan segala keperluan syukuran , sedangkan kaum lelaki menolong upacara penguburan. Kaum lelaki juga mencari kayu untuk mengolah masakan dalam rangka syukuran upacara baaruah hingga manyaratus hari.
Secara lazim metode merawat mayat orang yang sudah meninggal mangikuti aturan Islam. Para pelayat membacakan surat yasin , memandikan mayit , menyalatkan , kemudian menguburkannya. Semua busana si mati disedekahkan terhadap fakir miskin dan orang-orang yang memandikan. Khusus terhadap panalkinan , yakni orang yang mengorganisir mayat , diberikan selembar tikar dan staples berisi air yang sudah dipersiapkan dengan bacaan ayat-ayat Alquran.
Setelah upacara penguburan , biasanya masih dijalankan upacara syukuran baaruah yang dijalankan dalam beberapa tahap. Tahap pertama yakni upacara turun tanah. Ini dijalankan pada malam pertama sehabis orang yang meninggal dikuburkan. Acara didahului dengan tahlil kemudian doa selamat dipanjatkan. Jamuan khususnya yakni nasi dengan kuliner daging binatang ternak. Pada malam kedua , masih berjalan upacara baaruah. Sajiannya berupa apam surabi.
Malam-malam berikutnya juga diadakan upacara memanjatkan doa bareng bagi arwah orang yang meninggal dengan menggunakan hitungan maniga ari (3 hari) , mamitung (7 hari) , manyalawi (25 hari) , mamatang puluh (40 hari) , manyala ari (50 , 60 , 70 , 80 , 90 hari) , serta diakhiri dengan upacara manyaratus ari (100 hari).
:
Upacara Adat Kalimantan Timur Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat Tradisional Daerah Jawa Tengah dan Penjelasannya
Upacara Adat Kalimantan Tengah Lengkap Penjelasannya
Sumber : Selayang Pandang Kalimantan Selatan : Tammi Prastowo
:
Upacara Adat Kalimantan Timur Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat Tradisional Daerah Jawa Tengah dan Penjelasannya
Upacara Adat Kalimantan Tengah Lengkap Penjelasannya
Sumber : Selayang Pandang Kalimantan Selatan : Tammi Prastowo
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon