Upacara Sopan Santun Betawi Lengkap Penjelasannya - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]

Upacara Adat Betawi

Masyarakat Betawi memiliki ciri yang besar lengan berkuasa dalam memegang budpekerti dan aliran agama Islam. Ada beberapa upacara budpekerti penduduk Betawi. Upacara budpekerti tersebut terbagi menjadi dua cuilan , yakni upacara yang menyangkut perjalanan hidup dan upacara yang menyangkut kemasyarakatan atau lingkungan. 

Upacara yang menyangkut perjalanan hidup seseorang merupakan selaku berikut.

A. Upacara Masa Kehamilan

Masyarakat Betawi kebanyakan mengenal upacara nujuh bulan. Upacara ini berencana untuk mendapat rasa kondusif , mensyukuri lezat Tuhan , dan memohon berkat pada Yang Maha kuasa serta selaku pemberitahuan tentang akan datangnya seorang anggota gres di tengah-tengah mereka. Selain itu , upacara ini juga mengandung cita-cita mudah-mudahan anak yang sedang dikandung akan lahir selamat.

Waktu upacara biasanya diputuskan menurut perkiraan bulan Arab dengan berpatokan pada bilangan tujuh , yakni di bulan ketujuh kehamilan. Tanggal yang diputuskan diseleksi antara tanggal 7 , 17 , atau 27. Upacara ini ditangani pada pagi hari dan cuma dilaksanakan pada kehamilan anak yang pertama saja.

Masyarakat Tanjung Barat mengenal tiga tahap upacara keba , yakni pembacaan surat Yusuf , mandi nujuh bulan , dan ngorog atau ngirag. Selain itu ada rujak yang yang dibikin dari tujuh macam buah-buahan. Untuk kebutuhan mandi disiapkan kawasan air , air kembang tujuh rupa , baju , tujuh helai kain , telur ayam mentah , dan minyak wangi. 

Setelah pembacaan surat Yusuf dan pembacaan doa selamat , perempuan hamil yang akan dimandikan dibimbing oleh seorang dukun perempuan ke kawasan mandi. Dengan mengucapkan Salawat Nabi Muhammad saw , air kembang disiramkan mulai dari atas kepala hingga ke ujung kaki. Pada siraman ketujuh , telur di dalam air kembang turut disiramkan sehingga menggelinding lewat badan dan perut sang kandidat ibu tersebut.

Acara berikutnya merupakan program ngorog atau ngirag yang tidak disaksikan oleh umum. Acara tersebut ditangani di suatu kamar dengan tujuan perempuan hamil tersebut mencicipi apakah ada kelainan dengan bayi yang dikandungnya. Jika ia mencicipi kelainan pada letak bayi maka dukun akan membetulkannya dengan mengusap berulang kali perut perempuan tersebut selaku syarat.

Kemudian perempuan hamil yang selesai diurut tersebut bersujud didampingi oleh dukun wanita. Dengan mengucapkan Bismillah dan Salawat , dukun perempuan dibarengi perempuan hamil mengambil gulungan kain putih yang berisi duit dan kembang. Kain tersebut dililitkan ke badan perempuan hamil tersebut hingga tujuh kali. Gerakan ini disebut mengorog. Sementara duit logam yang berada di dalamnya saling beradu dan memunculkan bunyi. Bunyi tersebut dibutuhkan didengar oleh bayi yang di dalam perut. Tujuannya mudah-mudahan bayi tersebut kelak senantiasa patuh terhadap orang renta , menuruti nasihat , menjadi anak soleh , hidup bahagia. harum namanya dan digemari masyarakat. Adapun kain , kembang , dan duit yang digunakan melambangkan kesejahteraan hidup.

B. Upacara Kelahiran

Salah satu upacara yang ditangani oleh penduduk Betawi merupakan kerik tangan dengan maksud selaku serah terima kiprah perawatan bayi beserta ibunya dan dukun terhadap pihak keluarga. Upacara biasanya ditangani sehabis bayi puput pusar. Upacara tersebut dimulai dengan pembacaan salawat dan dilanjutkan dengan pembersihan tangan emak dukun yang dibarengi oleh ibu dari si bayi. Selanjutnya , emak dukun mengambil duit logam dari dalam air dan mengerik-ngerik tangan perempuan yang gres melahirkan tersebut hingga pembacaan salawat ketujuh selesai.

Kemudian , keduanya mengeringkan tangan dengan handuk dan saling membedaki. Upacara tersebut diakhiri dengan program makan bersama. Pada waktu emak dukun pulang , ia akan dikirim hingga halaman dan diberi sajen yang berisi sama dengan sajen nujuh bulan dan duit kebobok (uang yang berada dalam kawasan air).

C. Upacara Sunatan

Anak lelaki yang sudah beranjak arif balig cukup akal wajib disunat. Anak yang disunat disebut pengantin sunat. Upacara ini terbagi dalam tiga tahap , yakni mangarak , menyunat , dan selamatan.

Tahap pertama merupakan mengarak pengantin sunat mengelilingi kampung dengan urutan pembuka jalan , pengantin sunat yang mengendarai kuda atau ditandu , diiringi oleh barisan rebana atau pencak silat. Acara ini ditangani pada sore hari.

Keesokan harinya , pagi-pagi anak yang akan disunat dimandikan dan direndam air beberapa saat. Setelah itu program sunatan ditangani dengan derma dukun sunat yang disebut bengkong. Tahap terakhir merupakan selamatan. Bagi keluarga yang dapat biasanya program syukuran ini dilengkapi dengan banyak sekali hiburan kesenian rakyat.

D. Upacara Adat Perkawinan

Pada biasanya penduduk Betawi menikah dengan orang yang masih memiliki kekerabatan keluarga. Pada penduduk Marunda kebiasaan tersebut bertahan sebab adanya keyakinan penduduk bahwa perkawinan dengan orang luar kurang dibenarkan dan sanggup memunculkan malapetaka. Akan tapi , kebiasaan tersebut sudah mulai terkikis seiring dengan kemajuan zaman.

Adapun mekanisme sebelum terlaksananya perkawinan merupakan dengan perkenalan pribadi antara cowok dan pemudi. Jika sudah ada kecocokan. Orang renta cowok melamar ke orang renta si gadis. Jika kedua belah pihak baiklah , mereka menyeleksi hari untuk mengirimkan duit belanja-kawin yang biasanya diwakilkan terhadap orang lain , yakni saudara kedua belah pihak. Pada hari yang sudah diputuskan , ditangani upacara perkawinan. Setelah pernikahan , cowok kembali ke orang tuanya , demikian pula dengan si gadis.

upacara palang pintu perkawinan budpekerti betawi

Beberapa waktu kemudian diadakan upacara besanan. Pengantin lelaki diarak ke tempat tinggal pengantin wanita. Melalui upacara kenal jawab dengan irama pantun , diiringi dengan irama rebana dan lagu-lagu marhaban , pengantin lelaki diperkenankan masuk rumah untuk menemui pengantin perempuan dan duduk bersanding. Sesudah upacara ini maka pengantin perempuan sanggup mengikuti suaminya kembali ke rumahnya.

Adu silat merupakan salah satu adegan yang senantiasa timbul pada palang pintu perkawinan. Palang pintu perkawinan merupakan salah satu prosesi yang mesti dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya. Upacara pernikahan diawali dengan arak—arakan kandidat pengantin lelaki menuju rumah kandidat istrinya. Dalam arak-arakan itu , selain iringan rebana ketimpring juga dibarengi barisan sejumlah saudara yang menenteng sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi , sayur-mayur , duit , kue khas Betawi , dan pakaian.

Tradisi palang pintu ini merupakan embel-embel dikala pengantin lelaki yang disebut "tuan raja mude” hendak mernasuki rumah pengantin perempuan atau ”tuan putri". Awalnya kedua belah pihak saling bertukar salam. Lama kelamaan suasana memanas sebab pihak pengantin perempuan ingin menguji keampuhan dan juga kepandaian pihak pengantin lelaki dalam berilmu silat dan mengaji. Dengan demikian niscaya terjadi adu tinju dan pihak lelaki niscaya menang. Usai mengungguli pertandingan , pengantin perempuan meminta pihak 1aki-laki untuk menginformasikan kebolehannya dalam membaca Alquran. 

E. Upacara Adat Kematian

Upacara maut dari perawatan orang meninggal hingga penguburannya diadaptasi dengan aliran agama Islam. Setelah dimandikan , dikafani , dan disalatkan , mayat dikebumikan di pekuburan yang ditangani oleh kaum pria. Kaum perempuan tinggal di rumah dan mempersiapkan sedekahan untuk program tahlil yang diadakan pada malam pertama hingga malam ketujuh , dan dilanjutkan Dada malam keempat puluh.

Upacara-upacara yang berhubungan dengan penduduk atau lingkungan sekitar merupakan selaku berikut.

F. Upacara Baritan atau Bebarit

Upacara ini berencana selaku fasilitas penyampaian ucapan terima kasih terhadap Yang Mahakuasa atas berkah yang sudah dilimpahkan , utamanya yang menyangkut hasil panen.

G. Upacara Mangkeng

Upacara ini ditangani oleh penduduk Betawi dengan tujuan untuk memengaruhi alam , yakni untuk menolak hujan , khususnya pada dikala hajatan , perkawinan maupun sunatan.
  

H. Upacara Sedekah laut

Upacara ini ditangani selaku persembahan terhadap penguasa maritim mudah-mudahan pada dikala para nelayan turun ke maritim mencari ikan tidak mendapat gangguan.

upacara sedekah maritim budpekerti betawi

I. Upacara Sero

Upacara diselenggarakan oleh setiap individu yang ingin menghasilkan sero (alat penangkap ikan) baru. Tujuannya merupakan mudah-mudahan hasil ikan tangkapannya banyak.

J. Upacara Melepas Perahu Baru

Upacara ini berencana untuk meminta mudah-mudahan bahtera yang gres dibentuk besar lengan berkuasa dan awet , menenteng rezeki serta senantiasa selamat dari gangguan makhluk-makhluk jahat di laut.

K. Upacara Waktu Bertani

Upacara ini ditangani di saat akan mengawali pekerjaan di sawah menyerupai menanam , menuai hingga menyimpan padi di lumbung. Upacara tersebut berencana untuk memohon berkah dan keamanan mudah-mudahan hasil panen padi berlimpah.

Demikian pembahasan tentang "Upacara Adat Betawi Lengkap Penjelasannya" yang sanggup kami sampaikan. postingan kebudayaan Betawi menawan yang lain di situs .
Sumber : Selayang Pandang DKI Jakarta : Moh. Rofii Adji Sayekti
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon