Dalam satu keterangan dikatakan bahwa orang yang banyak tertawa akan disiksa dengan sepuluh macam siksaan yaitu: 1). Hati akan mati
2). Tidak punya rasa malu
3). Disenangi oleh syaitan
4). Dibenci oleh Allah Yang Maha Penyayang
5). Dihisab pada hari kiamat
6). Dikutuk oleh malaikat
7). Dibenci oleh jago langit dan bumi
8). Lalai dalam banyak hal
9). Nabi akan berpaling padanya
10). Akan menerima rasa malu
Tertawanya Rasulullah SAW yaitu berupa senyuman. Kalau pun lebih dari citra senyuman, maka gusi dia kelihatan dikala tertawa, dan itu merupakan tertawa yang merupakan karisma (keperibadian), tidak mengeluarkan suara, terbahak-bahak atau sejenisnya.
Daripada Aisyah r.a., dia berkata: “Sekali pun saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW berlebih-lebihan dikala tertawa sampai saya lihat anak lidahnya. Tertawa dia hanya berupa senyuman.”
(HR Bukhari & Muslim).
Daripada Abu Dzar r.a., dia berkata: “Rasulullah SAW tidak pernah tertawa selain daripada senyuman”
(HR Muslim & Ahmad).
Daripada Abu Hurairah r.a., bersabda Rasulullah SAW: “Jangan kalian banyak tertawa, kerana banyak tertawa itu mematikan hati.”
Rasulullah SAW juga bersabda: “Jika kau tahu apa yang saya tahu pasti kau banyak menangis dan sedikit tertawa.”
Sabdanya lagi: “Siapa yang berbuat dosa dalam tertawa, akan dicampakkan ke neraka dalam keadaan menangis”.
Hassan al-Banna juga pernah berpesan: “Janganlah banyak tertawa, kerana hati yang sentiasa berhubung dengan Allah itu, selalunya hening dan tenteram.”
Pesannya lagi: “Janganlah bergurau, kerana umat yang sedang berjuang itu tidak mengerti melainkan bersungguh-sungguh dalam sembarang perkara. Tertawa yang berlebihan tanda lalai dan kejahilan. Tertawa seorang ulama dunia hilang ilmu, hilang wibawanya. Tertawa seorang jahil, semakin keras hati dan perasaannya”.
Seorang Hukama pernah bersyair: “Aku hairan dan pelik, melihat orang tertawa kerana perkara-perkara yang akan menyusahkan, lebih banyak daripada kasus yang menyenangkan.” Golongan salafussalih menangis walaupun banyak beramal, takut tidak diterima ibadahnya, Kita tertawa walaupun sadar diri kosong dari amalan.
Tanyailah orang-orang salih mengapa dia tidak berhibur: “Bagaimana hendak bergembira sedangkan mati itu di belakang kami, kubur di hadapan kami, final zaman itu janjian kami, neraka itu memburu kami dan perhentian kami ialah ALLAH”.
(image source: google.com)
(image source: google.com)
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon