Nih Tari Gatotkaca, Tari Rahwana, & Tari Ajat Temuai Datai

Share:
A. Tari Gatotkaca
      Tari Gatotkaca termasuk ke dalam jenis tari wayang. Gambaran dari tarian ini ialah kesan yang terungkap lewat bentuk tarian dari esensi insiden yang melatarbelakanginya. Akan tetapi, tidak dibawakan secara keseluruhan peristiwa, hanya peristiwa-peristiwa tertentu. Seperti tari Gatotkaca dengan tema ngalanglang nagara. 

Karakter tokoh dalam tarian ini monggawa lungguh dengan gerak-gerak sebagai berikut:
• Gerak pokok, yaitu adeg-adeg, jangkung ilo, mincid, gedut, dan lengkahan (keupat dan gedig).
• Gerak khusus, yaitu gerakan yang umumnya terdapat pada karakter/tarian tertentu. Misalnya, pada gatotkaca yang monggawa dan ngalana, gerak khususnya ialah pakbang.
• Gerak peralihan, yaitu gerak yang dipakai sebagai sisipan, yang dipakai antara gerak pokok dan gerak pokok lainnya, atau gerak pokok dan gerak penghubung. Gerak peralihan pada tari Gatotkaca ialah gerak raras gedig.
• Gerak penghubung, yaitu gerak peralihan yang berfungsi sebagai penghubung ke koreografi yang diiringi yang embatnya berbeda, baik embat naik (naekeun) atau embat turun (nurunkeun) gerakan ini senantiasa berkaitan dengan keserasian desain gerak, ritme, tempo dan dinamika serta suasana.
       Bentuk gending yang dipakai dalam tarian ini ialah perpaduan instrumen dan vokal. Instrumen yang dipakai ialah gamelan berlaras salendro dan vokal yang dipakai ialah kakawen yang dibawakan dalang. Bentuk gending tari gatotkaca memiliki ciri khas irama sebagai berikut.
• Irama yang pertama dimainkan ialah irama cepat (grudugan)
• Perubahan bentuk irama dalam tarian ini terbagi dua, yatiu nurunkeun (grudugan (cepat) ka lagu ageung (lambat)) dan naekeun (lagu ageung ka sawilet (sedang))
      Tata rias pada tarian ini memakai garis wajah sebagai berikut. Bentuk alis cagak, godeg kampak, pasu teleng rangkap, kumis baplang, cedo dan pasu damis. Sedangkan tatabusana yang dipakai ialah makuta gelung pelengkung garuda mungkur/capit hurang bercagak, baju kutung berhiaskan bintang, celana sontog, sinjang dodot satria, epek, beubeur, tutup rasa, uncal, gelang kaki, gelang tangan, kilat pundak dan keris.


B. Tari Rahwana
       Rahwana merupakan nama lain dari Dasamuka atau Klana. Rahwana ialah tokoh antagonis yang lahir pada dongeng pewayangan Arjuna Sasrabahu. Lakon dongeng ihwal insiden kelahirannya populer dengan nama Pelajaranad Lokapala dan final hayatnya terdapat dalam dongeng Ramayana.

      Tari Rahwana menceritakan kegandrungan Rahwana yang berkarakter gagah danawa terhadap
Dewi Widayanti. Unsur wirama tari tunggal ini merupakan karawitan, yang memakai lagu Bendrong dalam bentuk lagu Gurudugan yang berpola irama cepat dan juga didukung irama lainnya yang berpola sedang dan yang berpola lambat, yaitu lagu saliwetan dan dua liwetan.
Dalam tari Rahwana tata rias terlukis pada garis-garis wajah yang mencakup alis jedig, jambang mecut kandel, pipi pasudamis, kumis baplang sangadulang, sementara pada bibir serpihan bawah terdapat sihung dan cedo janggot kandel yang menyatu dengan dagu. Adapun tata busananya dilengkapi dengan gelang kirincing, calana sontog, sinjang dodot, soder payun, soder pengker, keris, tali uncal, boro, dan samir. Bagian dada memakai baju kutung simbar dada, kilat pundak ganda, kilat pundak ganda mungkur, jubah, dan makuta sekar kelewih raja.


C. Tari Ajat Temuai Datai
       Tari Ajat Temuai Datai diangkat dari bahasa Dayak Mualang yang maknanya ialah tari yang dilakukan untuk menyambut tamu yang tiba atau tamu agung (diagungkan). Proses penyambutan ini melalui empat babak sebagai berikut.
a. Ngiring Temuai
       Ngiring Temuai ialah proses pengiringan tamu ataupun pemaduan tamu hingga ke depan Rumah Panjai (rumah panggung yang panjang). Proses ngiring temuai ini dilakukan dengan cara menari dan tarian ini dinamakan tari Ajat (penyambutan). Kemudian, kepala suku mengunsai beras kuning (menghamburkan beras yang dicampur kunir/beras kuning) dan membacakan pesan atau mantera sebagai syarat mengundang Senggalang Burong, yaitu burung keramat yang memberikan pesan kepada Petara (Tuhannya).
b. Mancung Buloh
       Mancung Buloh bermakna menebaskan mandau atau bendo guna memutuskan bambu. Bambu sengaja dibentangkan menutupi saluran ke rumah panjai dan para tamu harus menebaskan mandaunya untuk memutuskan bambu tersebut sebagai simbol bebas dari rintangan yang menghalangi perjalanan tamu itu.
c. Nijak Batu
       Nijak Batu ialah proses menginjakkan tumit dikala menyentuh sebuah kerikil yang direndam di dalam air yang telah dipersiapkan. Nijak Batu merupakan simbol kuatnya tekad dan tinginya martabat tamu itu sebagai seorang hero yang disegani. Air pada rendaman kerikil tersebut diteteskan pada kepala tamu itu sebagai simbol keras dan kuatnya semangat dari kerikil itu untuk diteladani oleh hero atau tamu yang disambut. (Seni Tari Allien Wariatunnisa)
d. Tama’ Bilik
       Tama’ Bilik bermakna memasuki rumah panjai. Ini merupakan pelajaran final dari proses penyambutan. Setelah melalui prosesi babak-babak tersebut, tamu diizinkan naik ke rumah panjang dengan maksud menyucikan diri dalam upacara yang disebut Mulai Burung (mengembalikan semangat perang atau mengusir roh jahat).
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon