Konten [Tampil]
Hikayat adalah bentuk sastra Melayu yang paling mayoritas dibandingkan dengan bentuk-bentuk sastra klasik lainnya. Tidak cuma melalui strukturnya , hikayat sanggup dipahami melalui judulnya. Apakah bentuk karya sastra itu hikayat atau bukan , dengan simpel sanggup dilihat pribadi dari judul yang diterakannya. Misalnya , Hikayat Malim Dewa , Hikayat Si Miskin , Hikayat Raja-Raja Pasai , Hikayat Nabi Bercukur , Hikayat Nur Muhammad , Hikayat Nabi Mikraj , Hikayat Iblis dan Nabi , Hikayat Seribu Masalah , Hikayat Abu Samah , Hikayat Raja Khaibar , Hikayat Raja Saif Zulyazan , Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri , dan sebagainya.
A. Pengertian Hikayat
Pengertian hikayat secara etimologis berasal dari bahasa Arab , yaitu haka , yang mempunyai arti menceritakan atau bercerita. Hikayat merupakan salah satu karya sastra usang berupa prosa yang didalamnya mengisahkan mengenai kehidupan keluarga istana , kaum darah biru maupun orang-orang terkemuka dengan segala kecanggihan dan keunggulannya.Hikayat selaku perumpamaan sastra untuk pertama kalinya didapatkan dalam suatu karya yang ditulis oleh Abu Al-Mutakhir al-azdi , yang berjudul Hikayat Abi al Qasim al-Bagdadi. Karya tersebut menggambarkan situasi hidup keseharian di Bagdad dalam bentuk kisah yang sederhana. Konon bermula dari sanalah perumpamaan hikayat itu dipergunakan , sebagaimana terlihat pada judul-judul dongeng yang di antaranya sudah disebutkan di atas.
Istilah hikayat tidak dipakai dalam karya-karya sastra yang berupa syair , sastra kitab , sejarah , dan silsilah. Pelabelan “hikayat” cuma ditemui dalam karya-karya yang berupa cerita. Istilah hikayat juga tidak dikenakan pada karya sastra kitab , menyerupai “Miratu’lmu’min , siratu’lmustaqim , khaswasu’l Qur’am , dan Tajdid. Karya-karya tersebut merupakan jenis karya prosa yang terdiri dari tafsiran Quran dan hukum-hukum Islam yang lain , yang tidak menggunakna label “hikayat” pada judulnya.
Sastra sejarah atau Silsilah tergolong ke dalam jenis karya sastra yang tidak menggunakan label “hikayat”. Hal ini sebagaiman yang terlihat pada judul-judul berikut: Sejarah Melayu , Silsilah Melayu dan Bugis , Silsilah Kutai , dan Sejarah Tambusi. Namun demikian , tolok ukur ini tidaklah konsisten. Ada beberapa di antaranya yang menggunakan label “hikayat” , menyerupai Hikayat Banjar , Hikayat Raja-raja Pasai , Hikayat Merong Mahawangsa dan Hikayat Aceh.
Telah dikemukakan di atas bahwa perumpamaan hikayat itu merupakan serapan dari bahasa Arab. Itu mempunyai arti bahwa di dalam sastra Melayu klasik , pemakaian perumpamaan tersebut sehabis Arab memengaruhi budaya Melayu. Namun yang menawan bahwa ternyata tidak cuma pada karya-karya keislaman saja perumpamaan itu digunakan. Dalam karya-karya yang notabene berasal dari Hindu dan Jawa penamaan tersebut dipakai pula. Contohnya , Hikayat Sri Rama , Hikayat Pandawa Lima , dan Hikayat Panji Semirang.
B. Ciri-Ciri Hikayat
Berdasarkan uraian terdahulu , sanggup dirumuskan ciri-ciri hikayat selaku berikut.1. Cerita Berbentuk Prosa
Jenis sastra yang “menamakan diri” selaku hikayat , merupakan karya sastra yang beralur naratif. Di dalamnya ada yang berupa:
a. cerita rakyat , menyerupai Hikayat Si Miskin dan Hikayat Malin Dewa;
b. epos dari India , menyerupai Hikayat Sri Rama;
c. dongeng-dongeng dari Jawa , menyerupai Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Panji Semirang;
d. cerita-cerita Islam , menyerupai Hikayat nabi Bercukur dan Hikayat Raja Khaibar;
e. sejarah dan biografi , misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai dan Hikayat Abdullah;
f. cerita berbingkai , misalnya Hikayat Bakhtiar dan Hikayat Maharaja Ali.
Jenis-jenis dongeng di atas , tidak satu pun yang berupa syair seluruhnya berupa prosa. Hal ini sejalan dengan pertimbangan Robson (1969) bahwa hikayat merupakan karangan prosa , selaku musuh dari karangan yang berupa syair. Ciri bahwa karya itu berupa prosa ditandai oleh struktur penyajiannya yang memiliki alur naratif , latar , serta penokohannya jelas. Hikayat sanggup disejajarkan dengan roman , selaku bentuk sastra klasik dalam kesastraan Barat.
Khusus dalam khazanah sastra Aceh , bahwa yang disebut hikayat itu justru berupa puisi; sedangkan yang berupa hikayat , disebut haba. Judul-judul menyerupai Hikayat Malem Dagang , Hikayat Pocut Muhammad , Hikayat Raja Sulaiman , dan Hikayat Indra Bangsawan , merupakan karya sastra yang berlabelkan “hikayat” , namun dihidangkan dalam bentuk puisi.
Arti hikayat selaku “cerita.” sepertinya tidak begitu pas apabila dipraktekkan pada khazanah sastra Aceh. Dalam sastra Aceh , bukan cuma kisah-kisah hidup keseharian ataupun legenda-legenda keagamaan yang disebut hikayat , namun juga pelajaran budi pekerti dan kitab-kitab pelajaran. Apabila ditulis dalam bentuk puisi , dalam sastra Aceh , justru itulah hikayat.
2. Cerita Rekaan
Rekaan merupakan ciri hikayat yang sungguh menonjol. Unsur dan komposisi yang “direka-reka” dalam hikayat sungguh dipengaruhi oleh kehidupan sosial dan budaya masyarakatnya. Dalam hikayat banyak dipenuhi oleh cerita-cerita semacam mite , legenda , dan dongeng; keyakinan kepada makhluk halus , makhluk raksasa , ajimat , dan sejenisnya.
Masuknya agama Hindu dan Islam , menenteng pergeseran yang mempunyai arti bagi “perekaan” tema hikayat. Kedatangan agama Hindu menghasilkan dongeng rekaan itu berkisah sekitar kehidupan para yang kuasa dan bidadari. Datangnya agama Islam membuat timbulnya dongeng rekaan yang bernafaskan keislaman , yaitu dengan hadirnya dongeng para nabi , dongeng hari simpulan zaman , dan sejenisnya.
3. Citra Karya Klasik
Rekaan atau pun khayalan itu merupakan unsur utama hikayat. Tetapi , tidak mempunyai arti semua karya sastra yang mengandung unsur rekaan itu sanggup dibilang selaku hikayat. Karya-karya prosa bergaya gres (modern) , tidaklah pantas kalau disebut hikayat. Istilah “hikayat” itu tidak sanggup dilepaskan dari gambaran kemasalaluan. Judul-judul karya yang berlabelkan “hikayat” cuma pantas dibubuhkan pada karya-karya yang terlahir pada zaman Melayu klasik. Hikayat tidak sanggup dilepaskan dari keseluruhan unsur kebudayaan penduduk klasik.
4. Sebagai Karya Tulis
Pengertian bahwa hikayat itu merupakan dongeng , memang masih tidak jelas. Tidak setiap karya klasik yang berupa dongeng (prosa) dibilang selaku hikayat. Sastra klasik yang masih berupa sastra mulut , yang dalam hal ini lazimnya berupa cerita-cerita rakyat , tidaklah dibilang selaku hikayat. Pengertian hikayat cuma terbatas pada sastra-sastra tulis , sudah dibukukan. Umumnya cerita-cerita tulis tersebut merupakan sastra yang berkembang dan berkembangn di lingkungan-lingkungan keraton; dan temanya pun sebagian besar berkisar tentang kehidupan istana.
C. Unsur-Unsur Hikayat
Secara garis besar hikayat mengandung unsur-unsur selaku berikut.1. Unsur dalam Hikayat Jenis Rekaan
a. Istana dan kehidupannya menduduki peranan yang sungguh penting dalam struktur penceritaan.
b. Tujuan utama penceritaan merupakan untuk menghibur , menenteng para pembaca ke alam kehendak yang serba indah dan megah.
c. Tokoh-tokoh utamanya senantiasa memperoleh kemenangan dan kebahagiaan (happy ending) , yang adakala serba tidak terduga.
d. Menekankan sisi pentingnya pedoman moral , yang dalam hal ini digambarkan oleh tumpuan selaku berikut.
- kearifan mengalahkan kelicikan;
- kesederhanaan mengalahkan keserakahan;
- keadilan mengalahkan kezaliman , dan;
- keberanian mengalahkan kepengecutan
Pola dongeng senantiasa bersifat stereotif , antara lain , pertempuran antar kerajaan , keajaiban dan kekuatan mistik , serta percintaan antara tokoh istana.
2. Unsur dalam Hikayat Jenis Sejarah
a. Penyebutan nama-nama kawasan yang memang ada dalam peta geografis sesungguhnya. Yang disebutkan lazimnya tempat-tempat yang memiliki gambaran agung dan nama besar , menyerupai Mekah , Medina , Majapahit , negeri Cina , dan sebagainya.
b. Yang diceritakan merupakan tokoh-tokoh kerajaan , yang kemudian dikait-kaitkan dengan tokoh-tokoh yang lain yang punya nama besar , menyerupai Nabi Muhammad , Ali bin Abi Thalib , Nabi Adam , Iskandar Zulkarnain , Gajah Mada , Sultan Mansur Syah , dan sebagainya.
c. Kandungan dongeng lazimnya berupa silsilah suatu dinasti. Hal ini utamanya sungguh terlihat dalam Sejarah Melayu , Hikayat Raja-raja Pasai , Hikayat Banjar , Silsilah Kutai , dan sebagainya.
d. Dipenuhi oleh unsur cerita-cerita fiktif.
3. Unsur dalam Hikayat Jenis Biografi
a. Berlatar belakang sejarah atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi.
b. Penceritaan berpusat pada keistimewaan dari tokoh yang diceritakan , misalnya dalam hal kegagahannya , moralitasnya , ilmunya , dan sebagainya.
c. Tidak lepas dari unsur-unsur fiktif.
D. Fungsi Hikayat
Mengenai fungsi hikayat sanggup dikenali melalui tuangan isi yang ada di dalamnya , yang secara garis besar fungsi-fungsi tersebut dirumuskan Sulastin Sutrisno (1983) selaku berikut.a. Untuk menumbuhkan jiwa kepahlawanan
Hal ini sebagaimana yang tersurat dalam petikan berikut.
"Apa kita buat bertunggi di balairung membisu sahaja , baik kita membaca hikayat perang , biar kita beroleh manfaat daripadanya" (Sejarah Melayu).
"...Supaya sanggup petik-petik itu mengambil manfaat daripadanya , alasannya merupakan akan melanggar esok hari" (Hikayat Muhammad Hanafiyyah).
b. Untuk kepentingan didaktis
Hal ini sebagaimana tersurat dalam petikan berikut.
"Berhikayat aneka macam dongeng yang memberi sabar hatinya , pada barang pekerjaan itu hendaklah fikir dan sabar banyak-banyak atas pria dan wanita yang bijaksana" (Hikayat Hang Tuah).
c. Sebagai hiburan
Hal ini sebagaimana yang tersurat dalam petikan berikut.
"...maka disuruh oleh raja membaca surat hikayat , alasannya merupakan ia pandai menenteng lagu dan suaranya pun baik. Maka Hang Jebat pun membaca hikayat dengan nyaring suaranya lagi merdu. Maka segala dayang-dayang dan biti-biti perwara dan gundik-gundik raja sekalian pun duduk di balik dinding pengintai akan Hang Jebat membaca hikayat itu....Maka raja pun terlalu sukacita mendengar Hang Jebat membaca hikayat itu , suaranya tertalu bagus menyerupai buluh perindu" (Hikayat Hang Tuah).
d. Untuk mengabadikan segala insiden yang dialami oleh para raja
Hal ini sebagaimana tersurat dalam petikan berikut.
" .. dan kau suratkan segala hikayat kita masuk ke dalam bahari , biar dikenali dan didengarnya oleh segala anak cucu kita kemudian" (Sejarah Melayu).
"... maukah tuan putri mendengar hikayat Raja Malaka , tatkala pergi ke Majapahit beristrikan raden Mas Ayu itu terlalu ramai.." (Hikayat Hang Tuah).
:
Pengertian Folklor , Ciri-Ciri , Bentuk , dan Contohnya
Pengertian Puisi | Unsur , Jenis-Jenis Puisi dan Contohnya Secara Lengkap
500 Peribahasa dan Artinya Secara Lengkap | A hingga Z
Demikian ulasan tentang "Pengertian Hikayat , Ciri-Ciri , Unsur , dan Fungsinya" yang sanggup kami sampaikan. postingan seni sastra menawan yang lain cuma di situs .
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon