Fungsi| Kedudukan| Dan Struktur Naskah Drama/ Teater - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Naskah teater merupakan salah satu hasil karya sastra. Naskah merupakan hal yang penting dalam pementasan drama/ teater , khususnya teater modern. Naskah berfungsi selaku sumber dongeng yang hendak dipentaskan. Sebelum dipentaskan , naskah mesti ditafsirkan oleh semua unsur penunjang pementasan. Proses penafsiran naskah dipimpin oleh sutradara. Dalam mempelajari naskah , beberapa hal yang mesti diamati antara lain :
Nada dasar naskah (apakah dongeng dalam naskah itu merupakan dongeng sedih atau gembira) 
  1. Durasi waktu pementasan 
  2. Lamanya waktu latihan atau antisipasi pementasan 
  3. Kesanggupan kalangan mementaskan naskah tersebut 
  4. Tingkat kesusahan naskah 
  5. Teknik penggarapan naskah 
  6. Alasan memutuskan naskah 
  7. Biaya yang diinginkan untuk mementaskan naskah tersebut. 

Naskah merupakan hal yang penting selama proses latihan dan pementasan drama/ teater. Oleh karenya , pengertian yang menyeluruh ihwal naskah sungguh diperlukan. Naskah juga bermitra akrab dengan para penunjang pementasan seumpama tergambar di bawah ini. 
1. Hubungan naskah dengan produser
Produser sanggup menampilkan opsi naskah terhadap sutradara. Selanjutnya , produser bikin fikiran keperluan dana sesuai naskah yang diseleksi oleh sutradara. Berdasarkan fikiran tersebut produser berupaya menggalang dana dari banyak sekali sumber , salah satunya dari tiket masuk. 

2. Hubungan naskah dengan sutradara
Sutradara merupakan unsur teater yang mesti mengerti naskah dengan sungguh bagus lantaran ia bertugas menafsirkan isi naskah. Sutradara yang inovatif bisa merealisasikan dongeng dalam naskah menjadi dongeng yang hidup di atas panggung. Melalui kerja sutradara , maksud pengarang sanggup disampaikan terhadap penonton. 

3 . Hubungan naskah dengan para pemain
Pemain bertugas mengerti tokoh dongeng dalam naskah. Dengan diarahkan oleh sutradara , pemain berupaya merealisasikan tokoh dalam naskah menjadi tokoh kasatmata di atas panggung. 

4. Hubungan naskah dengan para saudara panggung
Kerabat panggung (penata pertunjukan , penata cahaya , penata properti , penata musik , penata pakaian , dan penata rias) melakukan kiprah masing-masing menurut naskah. Para saudara panggung merealisasikan permintaan yang diminta dalam naskah dengan instruksi sutradara. 

Naskah sungguh penting selaku sumber dongeng , utamanya dalam pementasan teater modern. Bagaimana dengan teater tradisional? Teater tradisional umumnya menggelar pementasan tanpa naskah. Teater tradisional mengambil dongeng dari : 
  • dongeng
  • cerita kepahlawanan setempat 
  • sejarah kerajaan kuno
  • riwayat , asal-usul dan legenda
  • cerita pewayangan
  • cerita rakyat dari luar Indonesia 
  • cerita terjemahan yang disadur.

Sebelum pementasan teater tradisional , para pemain dan sutradara serta saudara panggung berkumpul untuk melakukan diskusi penuangan. Dalam diskusi ini dibahas dongeng yang hendak dipentaskan , urutan adegan serta obrolan yang hendak dibawakan di atas panggung. Kelompok teater tradisional tidak menemui kesusahan meskipun menyelenggarakan pementasan tanpa naskah. Hal ini disebabkan lantaran alur dongeng , tokoh dongeng , serta bentuk penyuguhan dalam teater tradisional condong bersifat tetap atau statis.

Di manakah kita bisa memperoleh naskah teater? Terdapat ribuan naskah teater di Indonesia , kita bisa menerimanya di: 
1. Pusat Dokumentasi HB. Jassin di Jakarta 
2. Taman Ismail Marzuki , Jakarta 
3. Kelompok-kelompok teater di banyak sekali kota 
4. Membuat naskah sendiri. 

Beberapa naskah teater dan penciptanya yang ada di Indonesia antara lain : 
  • Usmar Ismail (Citra , Liburan Seniman , mekar melati , Sedih dan Gembira) 
  • Idrus (Kejahatan Membalas Dendam , Keluarga Soerono , Dokter Bisma , Jibaku Aceh)
  • Utuy Tatang Sontani (Suling , Bunga Rumah Makan , Awal dan Mira , Sayang Ada Orang lain)
  • Motinggo Busye (Malam Jahanam , Sejuta Matahari , Barabah , Langit Kedelapan)
  • Arifin C. Noor (Kapai-Kapai , Dalam Bayangan Tuhan , Mega-Mega)
  • Putu Wijaya (Aduh , Dag Dig Dug , Bom , Tai , Sssst)
  • Iwan Simatupang (Taman , Bulan Bujur Sangkar , Buah Delima , Sang Tamu) 
  • WS Rendra (Bunga Semerah Darah , Orang-Orang di Tikungan Jalan , Cinta Dalam Luka)
  • Name Riantiarno (Opera Kecoak , Opera Julini). 

Di samping naskah orisinil Indonesia , terdapat ,banyak naskah teater terjemahan dari para penulis abnormal , antara lain Paman Tercinta (Charles Lee) , Kebun Chery (Anton Chekov) , Pembunuhan di Katedral (TS Elliot) dan masih banyak lagi.

Struktur Naskah Drama/ Teater.
Naskah drama/ teater merupakan salah satu bentuk karya sastra di samping prosa dan puisi. Sebuah naskah teater tersusun atas unsur-unsur yang saling menjalin tidak sanggup dipisahkan satu dengan yang lain. 

Unsur-unsur tersebut adalah: 
  1. Konflik 
  2. Tema 
  3. Amanat
  4. Penokohan 
  5. Alur (plot)
  6. Latar (setting) 
  7. Cakapan (dialog dan monolog) 
  8. Petunjuk teknis (teks samping).

Masing-masing unsur tersebut di atas mesti diketahui dengan baik agar bisa menafsirkan naskah teater dengan baik pula. Begitu pentingnya penafsiran naskah lantaran bermitra akrab dengan kesuksesan pementasannya dalam panggung sesuai dengan apa yang diharapkan. 

a. Konflik
Konflik merupakan hakikat dari drama. Konflik merupakan pertengkaran yang dialami oleh tokoh-tokoh di dalam cerita. Konflik sanggup diketahui dari percakapan dan akting para tokoh di panggung. Konflik sanggup terjadi antar insan , insan dengan alam semesta , dan insan dengan Tuhannya. 

Konflik dalam drama sanggup terjadi antara individu , individu dengan kalangan , atau antar kelompok. Manusia dalam kehidupannya merupakan sumber dari segala konflik. 

b. Tema
Tema merupakan ilham , ide , atau pikiran utama suatu naskah teater. 

c. Amanat 
Seorang penulis naskah tidak semata-mata bikin naskah teater. Penulis pasti menyodorkan sesuatu terhadap masyarakat. Secara sempit , penduduk ini merupakan para penonton yang melihat pementasan , Secara luas merupakan seluruh umat manusia. 

Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap masyarakat. Sejumlah pesan bisa disampaikan secara tersurat maupun tersirat. Pesan yang disampaikan pribadi merupakan pesan yang tersurat. Pesan yang disampaikan dengan simbolik atau lewat perlambangan merupakan pesan tersirat.

d. Penokohan
Cerita dalam teater diperankan oleh para tokoh cerita. Susunan atau daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam suatu drama disebut dramatic personae. Dalam dramatic personae diterangkan nama , umur , jenis kelamin , tipe fisik tokoh dan kondisi kejiwaannya. Sedangkan tabiat atau karakter tokoh akan terbaca dengan terang di dalam obrolan dalam naskah drama.

Berdasarkan peranan tokoh dalam suatu dongeng , kita bisa membedakan tiga macam tokoh , yakni : 
  • Tokoh protagonis , merupakan tokoh yang mendukung cerita
  • Tokoh antagonis , merupakan tokoh yang menentang cerita
  • Tokoh tritagonis , merupakan tokoh pembantu , baik pembantu untuk tokoh protagonis maupun tokoh antagonis

Berdasarkan fungsinya dalam dongeng , terdapat tiga macam tokoh , yaitu: 
  • Tokoh sentral , yakni tokoh yang memutuskan gerak atau jalan dongeng , ia merupakan biang keladi timbulnya suatu pertentangan atau pertikaian
  • Tokoh utama , yakni tokoh yang mendukung atau menentang tokoh sentral Tokoh pembantu , yakni tokoh-tokoh yang memegang peranan selaku suplemen atau extra dalam cerita 
  • Tokoh-tokoh dalam drama mempunyai tabiat atau karakter tertentu. Watak tokoh tersebut terbagi dalam tiga dimensi , yakni dimensi fisiologis , pisikologis dan sosiologis. 

Dimensi fisiologis
Dimensi fisiologis merupakan kondisi fisik tokoh; antara lain usia , jenis kelamin , tinggi tubuh , bentuk rambut , warna kulit , cacat tubuh , ciri-ciri wajah dan ciri tubuh yang lain
Dimensi sosiologis
Dimensi sosiologis merupakan ciri kehidupan sosial tokoh , yang termasuk status sosial , pekerjaan , jabatan , tingkat pendidikan , persepsi hidup , agama , dan ideologi.
Dimensi psikologis
Dimensi psikologis merupakan kondisi psikis atau kejiwaan tokoh yang termasuk tabiat , kecerdasan , emosi , dan moral. 

Ketiga dimensi tersebut dihentikan diabaikan oleh bintang film atau aktris. Seorang bintang film atau aktris mesti mempelajari semua dimensi tersebut dari naskah agar sanggup merealisasikan tokoh dalam naskah menjadi tokoh kasatmata di atas panggung. 

e. Alur (Plot) 
Plot merupakan jalinan dongeng atau kerangka dongeng dari permulaan hingga akhir. Plot tidak datar , namun mengalami pertumbuhan dalam tahapan-tahapan tertentu. Plot meningkat dalam lima tahap , yaitu:
1. Tahap eksposisi atau pelukisan awal
Pada tahap eksposisi pembaca mulai diperkenalkan dengan tokoh-tokoh drama dengan karakter masing-masing.
2. Tahap komplikasi atau pertengkaran awal 
Pada tahap eksposisi mulai diperlihatkan adanya pertengkaran antar pelaku.
3. Tahap titik puncak atau titik puncak 
Pertikaian atau pertentangan akan terus memuncak dan memuncak hingga meraih titik puncak atau pancak cerita.
4. Tahap resolusi atau penyelesaian 
Dalam tahap resolusi , pertentangan mulai menurun. Tokoh-tokoh yang meruncingkan kotlik sudah menemukanjalan keluar dan pemecahan dari pertentangan yang dihadapi.
5. Tahap katastrop atau keputusan
Beberapa bentuk naskah drama berhenti pada tahapan klimaks. Tetapi ada beberapa naskah drama memerlukan klarifikasi akhir. Dalam tahap katastrop diraih kesadaran-kesadaran atas pertentangan yang terjadi. Tidak ada lagi konflik. 

Komposisi atau perpaduan bagian-bagian plot mesti sesuai. Harus ada pembagian yang berimbang antara belahan pelukisan permulaan , pertengkaran permulaan , puncak pertengkaran , tahap penyelesaian dan tahap keputusan. 

Berdasarkan kualitasnya , alur dibedakan menjadi alur rapat dan alur renggang.
  • Alur rapat merupakan alur yang mempunyai jalinan insiden yang sungguh padu. Jika salah satu insiden dihilangkan , keutuhan dongeng akan terganggu.
  • Alur longgar merupakan alur yang mempunyai jalinan dongeng yang kurang padu , Alur longgar sering disisipi alur bawahan ke dalam alur utama. Hal ini terkadang memunculkan penyimpangan alur (regresi)

Berdasarkan urutan insiden yang terjadi , terdapat berbagai macam alur , yaitu:
Alur menanjak (rising plot)
Jalinan dongeng atau insiden yang kian usang kian menanjak 
Alur menurun (falling plot)
Jalinan dongeng yang kian usang kian menurun.

f. Latar (setting)
Latar merupakan ruang , kawasan dan waktu terjadinya dongeng dalam teater. Latar atau setting mempunyai tiga unsur , yakni :
  • Unsur ruang , menggambarkan kawasan terjadinya peristiwa. 
  • Unsur waktu , menggambarkan waktu terjadinya insiden , umpamanya zaman tertentu , siang , atau malam 
  • Unsur suasana , menggambarkan situasi yang terjadi dalam cerita 

g. Percakapan
Ciri utama naskah drama/ teater merupakan adanya cakapan atau obrolan di dalamnya. Percakapan dalam drama sanggup dijalankan seorang tokoh dengan tokoh yang lain. Percakapan antara dua orang tokoh atau lebih disebut dialog. Sedangkan percakapan yang dijalankan tokoh seorang diri disebut monolog 

h. Petunjuk teknis (teks samping)
Dalam naskah drama/ teater diinginkan juga isyarat teknis yang terkadang disebut teks samping. Teks samping menampilkan isyarat teknis ihwal tokoh , waktu , situasi , pertunjukan , bunyi , musik , keluar masuknya bintang film atau aktris , warna bunyi , perasaan atau emosi obrolan , dan sebagainya. Teks samping umumnya ditulis berlawanan dengan obrolan (misalnya dengan karakter miring atau karakter besar).

Unsur-unsur yang membangun naskah drama ini tidak sanggup dipisahkan satu dengan lainnya. Memahami unsur-unsur naskah dengan baik merupakan langkah permulaan dalam proses teater. Pemahaman naskah yang bagus akan mempermudah proses-proses selanjutnya hingga datang pada di saat pementasan drama di atas panggung.

:
Persiapan Pementasan Teater Bagi Pemula Secara Lengkap
Pengertian Teater , Fungsi Teater , dan Jenis-Jenis Teater di Indonesia
Ciri-Ciri Teater Tradisional dan Jenis-Jenis Teater Tradisional Nusantara
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon