Mengenal Suku Bangka Belitung : Suku Orisinil Dan Pendatang - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki bermacam-macam suku bangsa. Salah satu suku bangsa itu yakni suku bangsa Melayu. Suku bangsa Melayu ialah suku bangsa orisinil provinsi tersebut.

Masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yakni penduduk yang beragama. Ada banyak sekali macam agama yang dipeluk oleh penduduk di provinsi ini , menyerupai agama Islam , Kristen , Kristen , Hindu , dan Buddha. Namun , mereka tetap menjunjung tinggi kerukunan beragama.

Provinsi yang masih tergolong muda ini memiliki beberapa kegiatan untuk bikin sumber daya insan yang bermutu , menyerupai Babel Cerdas 2011 dan Babel Sehat. Untuk merealisasikan program-program itu , pasti provinsi ini mesti terus berjuang sehingga sanggup menangani segala tantangan dan persoalan yang menghadang.

Suku Bangsa di Kepulauan Bangka Belitung

Di provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat beberapa suku bangsa. Suku-suku bangsa tersebut antara lain suku bangsa Melayu , suku bangsa Jawa , suku bangsa Sunda , suku bangsa Bugis , suku bangsa Banten , suku bangsa Banjar , suku bangsa Madura , suku bangsa Palembang , suku bangsa Minang , suku bangsa Aceh , suku bangsa Flores , suku bangsa Maluku , suku bangsa Manado , dan etnis Cina. Namun , sebagian besar penduduk di provinsi ini yakni beretnis Melayu (60%). Adapun sebagian kecil penduduk yang lain yakni etnis Cina (30%) dan etnis-etnis lainnya.

suku-bangsa-melayu-di-bangka-belitung
Suku Melayu Bangka Belitung
Selain suku-suku bangsa di atas , di provinsi ini juga terdapat suku bangsa Ameng Sewang. Berdasarkan catatan kolonial Belanda , mereka pernah menjaga Pulau Belitung dari invansi VOC pada tahun 1668. Mereka menjaga daerahnya alasannya yakni VOC hendak mengeksplorasi timah di Pulau Belitung. Hal itu dianggap sanggup merubah atau menghancurkan tatanan alam kelautan yang menjadi basis sosio-kulturalnya.

Konon asal usul suku ini yakni sekelompok orang suku Laut yang berasal dari wilayah Asia Tenggara bab utara-wilayah perairan Thailand Selatan , Indocina , dan Filipina Utara yang hijrah ke selatan. Kemudian , mereka berlabuh dan mendiami pesisir perairan timur Pulau Sumatra. Suku maritim ini sudah berabad-abad lamanya menghuni maritim dan pulau-pulau kecil di Pulau Bangka dan Pulau Belitung.

Suku bangsa ini nyaris 90% dari populasinya memeluk agama Islam. Pola hidupnya tidak tetap atau berpindah-pindah dari satu pulau kecil ke pulau kecil yang lain di sekeliling Pulau Belitung dengan perahu-perahu selaku tempat tinggalnya. Mata pencahariannya mencari ikan atau mencari hasil maritim lainnya. Alat yang digunakan cukup sederhana , menyerupai tombak dan pancing.

Menurut Junus Melalatoa , populasi suku bangsa ini pada tahun 1950 an meraih ribuan kepala keluarga. Namun , jumlah itu terus berkurang alasannya yakni aspek kesehatan. Angka impian hidup generasi yang dilahirkannya sungguh minim alasannya yakni tingkat mortalitas yang tinggi. Hanya dua dari enam anak dalam satu keluarga sanggup bertahan hidup hingga dewasa. Pada tahun 1980 suku bangsa ini tinggal di empat kecamatan di Pulau Belitung , yakni kecamatan Tanjungpandan , Membalong , Manggar , dan Gantung. Diperkirakan mereka berjumlah 500 jiwa yang tergabung dalam 150 kepala keluarga. Pada tahun 1988 jumlah mereka berkurang menjadi 182-189 jiwa.

Sebenarnya pada tahun 1954 suku bangsa ini sudah membangun kampung berjulukan "Kampung Laut”. Kampung Laut ini tergolong wilayah Kelurahan Paal 1 , Kecamatan Tanjungpandan , Kabupaten Belitung. Akibatnya , lambat laun kehidupan mereka di daratan mengikis kebudayaan maritim mereka yang khas. Mereka mulai berbaur dengan suku bangsa lain dan terjadilah perkawinan silang. Dalam pertumbuhan berikutnya , referensi hidup mereka menjadi lebih terbaru yakni mencari duit untuk menyanggupi keperluan harian. Selain itu , berkembang pula kesadaran para orang bau tanah akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Kini bawah umur mereka ada yang menjadi pegawai negeri , pekerja atau karyawan tambang timah , pedagang , dan profesi-profesi lainnya.

Selain suku bangsa Ameng Sewang , di provinsi ini terdapat pula suku bangsa Lom. Ketua Lembaga Adat Provinsi Bangka Belitung , Suhaimi Sulaiman , memperkirakan suku bangsa Lom ialah keturunan dari darah biru Majapahit di Mojokerto , Jawa Timur , yang lari alasannya yakni tidak mau memeluk Islam , sekitar era ke-16 Masehi. Kaum pelarian itu menyeberangi maritim untuk mencari penghidupan gres dan terdampar di Tanjung Tuing.

Suku bangsa itu pun masuk ke pedalaman wilayah Gunung Muda dan bikin perkampungan di tengah hutan yang tersembunyi. Karakter selaku pelarian bikin suku bangsa itu hidup dengan menutup diri dari dunia luar. Suku bangsa itu sering juga disebut selaku suku bangsa Mapur alasannya yakni tinggal di bersahabat wilayah Mapur.

Terlepas dari semua fikiran itu , sebagian besar penduduk Kepulauan Bangka Belitung percaya bahwa suku bangsa Lom ialah suku bangsa tertua di wilayah tersebut. Budayawan muda yang tinggal di Pangkalpinang , Willy Siswanto , memperhitungkan , suku bangsa Lom berasal dari komunitas Vietnam yang mendarat dan menetap di wilayah Gunung Muda , Belinyu. sekitar era ke 5 Masehi. Makara , suku bangsa itu sudah ada jauh sebelum Kerajaan Sriwijaya yang meningkat pada era ke-7 Masehi dan kuli persetujuan timah dari Cina berdatangan sekitar era ke-18 Masehi. Orang-orang Lom ialah komunitas yang pertama kali mendiami wilayah Bangka Belitung.

Sekitar tahun 1973 pemerintah Orde Baru menggiatkan Proyek Perkampungan Masyarakat Terasing (PKMT) dengan membangun sekitar 75 rumah semipermanen di wilayah Dusun Air Abik. Rumah tersebut gres ditempati sekitar tahun 1977. Sekarang dusun tersebut sudah menjadi kampung yang dihuni sekitar 139 keluarga. Mereka ini sering disebut selaku "Lom Luar”. Hal ini alasannya yakni mereka sudah hidup menetap di satu tempat dan sanggup dijumpai oleh orang luar sewaktu-waktu. Di luar kampung itu masih ada sekitar 40 keluarga yang tetap memutuskan hidup berpindah-pindah dan mengandalkan hidup dari ladang berpindah. Mereka disebut ”Lom Dalam”. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil atau sendiri di tengah hutan yang lebat dengan jarak antarkelompok sekitar dua hingga lima kilometer.

:
Pakaian Adat Kepulauan Bangka Belitung Lengkap , Gambar dan Penjelasannya
Bahasa Daerah Bangka Belitung Lengkap Penjelasannya
Rumah Adat Bangka Belitung Lengkap , Gambar dan Penjelasannya
Upacara Adat Bangka Belitung Lengkap Penjelasannya
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon