Pakaian Sopan Santun Nusa Tenggara Barat Lengkap| Gambar Dan Penjelasannya - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap , Gambar dan PenjelasannyaProvinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas dua pulau besar , yakni pulau Lombok dan pulau Sumbawa dihuni oleh beberapa suku bangsa. Suku bangsa mayoritas yang mendiami kawasan tersebut merupakan suku bangsa Sasak di pulau Lombok , suku bangsa Sumbawa (Semawa) , dan Bima di pulau Sumbawa. Berikut ini ulasan busana adab dari beberapa suku yang mewakili busana adab kawasan Nusa Tenggara Barat.

Pakaian Adat Suku Sasak , Nusa Tenggara Barat

Sebagian besar busana adab suku Sasak berasal dari kain tenun. Hal ini dikarenakan penduduk Sasak telah mengenal teknik menenun sejak kurun ke-14 an. Corak hias pada kain tenun bermacam-macam. Corak hiasnya kebanyakan merupakan eksplorasi dari kehidupan alam sekitar dan mitologi , seumpama pohon mawar , burung , ular naga , dan tokoh pewayangan. Corak hias pada kain untuk perempuan berlainan dengan ragam hias pada kain untuk laki-laki.

Pakaian adab belahan atas untuk kaum perempuan berupa lamung (baju) berwarna hitam. Modelnya sederhana , yakni selembar kain dilipat  sehingga berupa sisi empat lalu diberi "lubang leher" berupa segitiga. Pertemuan kedua sisinya dijahit sehingga hasil kesannya menjadi semacam kebaya longgar berlengan pendek. Panjang kebaya sebatas pinggang. Untuk belahan bawah , perempuan Sasak memakai kemben (sarung) yang juga berwarna hitam dan pada belahan tertentu diberi dekorasi motif tanaman. Untuk memperkuat kemben dipakai sabuk anteng (ikat pinggang). Kemudian dipakai aksesoris selaku pelengkap performa berupa sengkong (anting-anting) , teken ima (gelang tangan) , dan teken nae (gelang kaki).

Pakaian adab lelaki berupa klambi (baju) versi kemeja berlengan pendek atau panjang yang dililitkan seputar pinggang , memanjang hingga sebatas betis. Pada belahan wajah ujung kain dibikin berlipat-lipat menjuntai hingga nyaris menjamah tanah. Untuk penahan kereng (kain panjang) dipakai lilitan kain , yang berfungsi seumpama ikat pinggang , yang disebut bebet. Dibagian kepala dikenakan ikat kepala , yang disebut sapu , yang biasanya berwarna hitam , dan seringkali memakai kain batik.

gambar busana adab suku sasak , ntb
Sumber : Selayang Pandang Nusa Tenggara Barat : Erna Dwi P , S. Pd

Untuk gaun pengantin , dipakai busana yang lebih banyak hiasannya. Pengantin perempuan memakai tangkong (baju) semacam kebaya yang biasanya berwarna hitam polos , tetapi kadang diberi dekorasi pinggiran bajunya. Untuk belahan bawah dikenakan kereng (kain panjang) , yang biasanya dibikin dari kain songket. Sebagai pelengkap performa dipakai kancing baju (buak tongkong) emas , kalung emas , ikat pinggang (gendit/ pending) emas , gelang tangan (teken) , cincin (ali-ali) , dan gelang kaki (teken nae).

Pengantin lelaki mengenakan klambi yang bahannya sama dengan pengantin wanita. Bagian atas berupa jas tertutup dengan potongan agak meruncing pada belahan bawah belakangnya untuk membuat lebih mudah menyelipkan keris. Bagian bawah memakai kereng (kain panjang) , yang yang dibikin dari kain songket yang bermotif khas lombok. Kemudian ditambah dodot (kampuh) , kain yang biasanya bercorak sama dengan yang dipakai pengantin wanita. Bagian kepala memakai sapu (ikat kepala atau destar) yang juga yang dibikin dari kain songket dan sering diberi dekorasi keemasan yang sering diselipkan pada ikat sapu belahan depan. Dibagian punggung diselipkan keris panjang.

Pakaian Adat Suku Sumawa (Sumbawa) , Nusa Tenggara Barat

Masyarakat orisinil pulau Sumbawa kondang dengan kain songketnya. Pada biasanya kain singket tersebut memakai benang emas , benang perak , juga benang katun. Kain selungka misalnya , merupakan songket yang memakai benang emas dan perak. Selain kain selungka , ada juga mbalipida , yakni kain tenun yang bermotif kotak-kotak. Ciri khasnya bentuk stilasi motif fllora untuk kain perempuan dan motif fauna atau insan untuk kain laki-laki.

Pakaian adab perempuan Sumbawa berupa lamung pene untuk belahan atas dan tembe lompa untuk belahan bawah. Lamung pene merupakan baju sejenis kebaya berlengan pendek dari kain halus , sedangkan tembelompa merupakan kain sarung bermotif kotak-kotak yang biasanya berupa kain songket yang dipakai sebatas mata kaki , yang disebut krealang. Sebagai pelengkap busana dipakai ikat pinggang (pending) perak , sapu to'a (sejenis sapu tangan) yang disampirkan pada pundak kiri , kalung , bengkor troweh (hiasan telinga) dan gelang tangan. Para gadis yang belum menikah biasanya memakai kerudung.

Sementara itu , kaum lelaki Sumbawa mengenakan lamung , semacam jas tutup berlengan panjang dan saluar belo (celana panjang) polos tanpa hiasan. Kemudian dihiasi dengan pabasa alang , semacam selendang songket , berskala agak lebar dibanding selendang biasa yang berfungsi selaku dodot. Di belahan kepala memakai ikat kepala (sapu) yang yang dibikin dari tenunan benang katun bermotif kotak-kotak. Bihul ikata sapu pada kening ada di belahan belakang kepala dan sudut sapu dipasang tegak di belahan depan kepala hingga depan kepala sehingga terlihat tegak meruncing.

gambar busana adab suku sumbawa , ntb
Sumber : Mbojonet

Pakaian pengantin suku Sumbawa agak berlainan dengan busana adatnya. Untuk busana atas , pengantin perempuan kelompok ningrat memakai lamung (naju) lengan pendek bermodel baju bodo Sulawesi. Baju tersebut yang dibikin dari kain halus dan berhias sulaman emas yang berupa cepa (bunga) nyaris di seluruh bidang baju. Kemudian di pundak sebelah kiri disampirkan kida sanging , semacam sapu tangan yang dihiasi motif dedaunan dari benang perak atau emas. Untuk busana bawahnya , dikenakan tope belo (rok panjang) dan tope pene (rok pendek) yang juga dihiasi cepa yang dipakai secara bertumpu.

Di belahan kepala dipakai sua , yakni dekorasi kepala yang dilengkapi kembang goyang. Sanggul rambutnya disebut puyung lakang. Perhiasan yang dipakai berupa gelang kanan (ponto atau kelaru) , kalung , anting-anting , dan dekorasi kuku ibu jari dari emas yang dibikin seumpama kuku panjang yang disebut sisin kuku , selaku ganjal kaki dipakai selop.

Pengantin lelaki mengenakan gadu , yakni baju berlengan panjang warna hitam dan berhiaskan cepa emas. Selempang kain yang yang dibikin dari kain merah diberi dekorasi motif bunga disilangkan di atas baju. Kain ini disebut simbangan. Untuk busana bawah , dikenakan saluar celana panjang berwarna hitam yang dihias pada pinggir kaki celananya. Kemudian celana dipadu dengan tope , semacam rok dari kain halus berwarna merah yang dihiasi dengan cepa emas yang agak besar. Untuk menahan tope dipakai ikat pinggang  (pending) emas.

Bagian kepala ditutup dengan mahkota yang yang dibikin dari kain yang dilipat-lipat dan dibikin seumpama kipas serta dihiasi cepa emas. Mahkota tersebut dinamakan pasigar. Kemudian sebilah keris diselipkan pada ikat pinggang belahan depan badan.

Pakaian Adat Suku Bima , Nusa Tenggara Barat

Pakaian adab suku Bima berupa baju poro , yakni baju yang yang dibikin dari kain tipis , tidak tembus pandang. Baju ini biasanya berwarna hitam , biru renta , cokelat renta , dan ungu. Pakaian bawahnya berupa sarung pelekat , tembe kafa , corak mbali pida hingga menutup mata kaki. Sebagai aksesorisnya antara lain gelang tangan dan anting-anting.

Kaum lelaki mengenakan kemeja lengan pendek atau versi jas tutup berlengan panjang. Kemeja tersebut biasanya berwarna hitam , putih atau warna-warna cerah yang lain. Kemeja tersebut dipadu dengan sarung pelekat , tembem kafa , mbali pida. Di pinggangnya dililitkan salampe berwarna dasar putih , kuning , merah , atau hijau. Khusus lelaki sampaumur biasanya menyelipkan pisau mone (pisau khas bima) pada salampe di belahan depan badan.

gambar busana adab suku bima , ntb
Sumber : Mbojonet

Pakaian pengantin suku Bima nyaris sama dengan busana adatnya. Mempelai perempuan memakai bjau poro rante yang yang dibikin dari kain halus warna merah dan dihiasi dengan cepa benang emas diseluruh permukaan baju. Kemudian baju tersebut dipadu dengan sarung songket (tembe songke) dan ikat pinggang (slepe) yang berwarna keemasan. Pasapu (sapu tangan) dari kain sutra bersulam benang perak dipegang di tangan kanan. Rambutnya disanggul dan dihiasi dengan keraba. Keraba yang yang dibikin dari gabah (bulir padi yang belum dikupas kulitnya) yang digoreng tanpa minyak hingga mekar dan terlihat warna putih berasnya secara dominan. Keraba tersebut ditempel pada rambut dengan perekat malam atau lilin hingga warna putihnya menonjol di atas rambut. Tatanan rambut yang dihiasi keraba tersebut disebut wange. Aksesoris lain seumpama bangka dondo (anting-anting panjang) dan ponto (gelang tangan) juga berwarna keemasan.

Sementara itu , mempelai lelaki mengenakan pasagi , yakni baju dan celana yang yang dibikin dari kain yang sama. Kain tersebut dihiasi dengan cepa dan sulaman benang emas. Siki (kain songket atau tembe songke) dikenakan sebatas lutut , seumpama memakai sarung. Untuk menakar siki dipakai baba , yakni kain yang berskala lebih lebar dari ikat pinggang biasa. Baba berfungsi untuk menyelipkan keris. Di atas baba diselipkan selepe mone , yakni ikat pinggang yang yang dibikin dari logam keemasan. Sebuah keris , yang pada hulunya diikatkan pada baba. Pakaian pengantin lelaki ini juga dilengkapi dengan karoro , yakni semacam jubah hitam yang berhais cepa berwarna keemasan dan mahkota yang disebut siga.

:

Demikian pembahasan mengenai "Pakaian Adat Nusa Tenggara Barat Lengkap , Gambar dan Penjelasannya" yang sanggup kami sampaikan. Artikel ini dikutip dari buku "Selayang Pandang Nusa Tenggara Barat : Erna Dwi P , S. Pd". postingan kebudayaan Indonesia menawan yang lain di situs .
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon