Pakaian Watak Sumatera Utara Lengkap| Gambar Dan Penjelasannya - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Pakaian Adat Sumatera Utara Lengkap , Gambar dan Penjelasannya - Sumatera Utara ialah Provinsi yang dihuni oleh beberapa suku bangsa yang memiliki watak dan keyakinan yang berbeda-beda. Penduduk pribumi orisinil Sumatera Utara terdiri atas banyak sekali suku bangsa , yakni suku bangsa Melayu , Batak Toba , Simalungun , Karo , Pak-Pak Dairi , Pesisir , Mandailing , dan Nias. Keragaman suku yang terdapat di kawasan Sumatera Utara tersebut masing-masing memiliki kekhasan dalam hal seni budayanya salah satunya yakni busana watak yang mereka gunakan. Berikut akan kami ulas nama dan detail atribut busana watak dari beberapa suku yang terdapat di Sumatera Utara.

Pakaian Adat Melayu Sumatera Utara

Tradisi Melayu menempatkan upacara ijab kabul selaku insiden yang penting. Pakaian watak penduduk Melayu Sumatera Utara pada upacara ini terdiri dari; Pengantin perempuan Melayu memakai kebaya panjang atau baju kurung selaku busana watak untuk tubuh bab atas yang yang dibikin dari jenis kain yang berkualitas tinggi menyerupai brokat atau sutra bersematkan peniti-peniti emas. Baju kurung ini dipadukan dengan kain songket bikinan Batubara atau tenunan Malaysia. Bagian kepala dibalut dengan selendang bersulam corak-corak emas yang menutupi rambut dalam gaya sanggul khusus yakni sanggul lipat padan atau sanggul tegang. Pada sanggul ini diposisikan hiasan-hiasan keemasan.

baju watak melayu sumatera utara
Sumber : Muhammadimin20

Sebagai atribut untuk melengkapi busana watak Melayu pada bab leher dan dada biasanya tergantung kalung bercorak rantai mentimun , sekar sukun , rantai serati , mastura , gogok rantai lilit , rantai panjang dan tanggang , meskipun sampaumur ini sudah sungguh jarang dijumpai. Gelang juga dipakai pada kaki. Pengantin perempuan juga memakai gelang kerukut yang beraneka jenis ,seperti gelang tepang , gelang kana , gelang ikal dan keroncong. Pada jari terpasang aneka ragam cincin , menyerupai cincin genta , cincin bermata , cincin patah biram , dan cincin pancaragam. Sebagai ganjal kaki dipakai selop bertekad yakni sejenis sandal bersulam corak-corak keemasan. Bagian pinggang dihiasi dengan bengkong dan pending.

Kaum lelaki watak Melayu memakai busana watak dengan atribut pelengkapnya yang berisikan , epilog kepala , yakni tengkulok yang yang dibikin dari kain songket , kain bertabur atau destar. Tengkulok adalah lambang kebesaran dan kegagahan seorang lelaki Melayu. Penutup kepala yang sejak dulu dipakai disebut destar. Destar yang dibikin dari rotan yang berupa parabola , berlapis tiga dan dibalut dengan beludru atau kain berwarna kuning. Baju watak yang dipakai kaum lelaki Melayu Sumatera Utara adalah teluk belanga yang terdiri atas baju berkrah kocak musang , berseluar (celana panjang) bersamping. Teluk belanga yang dibikin dari kain yang berkualitas menyerupai satin dan sutra.

Untuk melengkapi baju adatnya penduduk Melayu Sumatera Utara memakai ganjal kaki berupa selop sewarna dengan baju. Pada leher lelaki digantungkan beberapa dekorasi rantai. Lengan atasnya mengenakan kilat bahu dan sidat sebagai lambang ketekunan hati. Pada bab pinggang dipakai bengkong dan pending. Pada pinggang depan sebelah kanan disisipkan sebilah keris yang bergagang emas. Keris dianggap selaku lambang kegagahan dan kesanggupan menghadapi masadepan yang sarat tantangan.

rincian baju watak melayu deli sumatera utara
Sumber : Buku Selayang Pandang Sumatera Utara : Purwati

Pakaian Adat Batak Sumatera Utara

Kehidupan penduduk Sumatera Utara , khususnya di lingkungan Batak , tidak terlepas dari kerajinan tenun kain selaku materi busana mereka yang di sebut kain ulos. Ulos dipakai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam banyak sekali upacara adat. Tenunan ulos ialah kerajinan yang menawan dari Provinsi Sumatera Utara , utamanya tenunan kain ulos dan kain songket. Sebelum penduduk batak mengenal tekstil bikinan luar , ulos yakni busana sehari-hari mereka. Apabila dipakai oleh kaum lelaki selaku baju mereka , bab atasnya disebut hande-hande , sedangkan bab bawahnya disebut singkot. Sebagai epilog kepala disebut tali-tali , bulang-bulang , atau detar.

baju watak batak toba
Sumber : Tradisikita

Ada beberapa macam ulos batak yang cuma dipakai pada program tertentu , misalnya ulos jugjaragidup , sadum , ragihotang , dan runjat. Kain ulos yang dipakai orang Batak pada upacara-upacara watak , biasanya diselempangkan kepinggangnya atau juga selaku selendang. Khusus pada suku Batak Pakpak atau Dairi , ulos yang dipakai mayoritas berwarna hitam.

Pakaian watak yang dipakai suku Batak Simalungun , antara lain bulang yang yang dibikin dari kain ulos dengan motif gatip dan busana sehari-hari yang yang dibikin dari ulos yang disebut jobit. Selain bulang , ada juga ulos suri-suri selaku epilog kepala.

Sementara itu , suku Batak Toba biasanya menggaunakan baju dan celana yang dilengkapi dengan ulos maringin di kepala dan setengah badan. Kadang-kadang juga memakai ulos ragihotang yang diselempangkan dan dilengkapi dengan sarung.

Dalam upacara watak perkawinan kain ulos lebih terlihat pada busana pengantin. Pengantin lelaki memakai baju watak berupa jas tutup warna putih , sedangkan bab bawah memakai ulos ragi pane. Pakaian perempuan Batak toba bab bawahnya disebut haen yang dipakai hingga batas dada. Penutup punggung disebut hoba-hoba. Bila dipakai selaku selendang disebut ampe-ampe. Penutup bab kepala disebut saong. Sementara itu busana watak perempuan Batak karo terdiri atas baju tutup lengan panjang , sedangkan bab bawahnya mengenakan sarung sungkit yang dililit kain ulos.

Menurut watak dalam pesta perkawinan , perempuan suku Mandailing/ Angkola memakai atribut busana watak yang terdiri atas bulang yang diikatkan ke kening. Bulang tersebut yang dibikin dari emas , tapi kini sudah banyak yang yang dibikin dari logam dengan sepuhan emas. Bulang terdiri atas tiga macam , yakni bertingkat tiga (bulang harbo/ bulang kerbau) , bertingkat dua (bulang hambeng/ bulang kambing) , dan tidak bertingkat. Bulang mengandung makna selaku lambang kebesaran atau kemuliaan sekaligus selaku simbol dari struktur masyarakat.

Bagian atas tubuh perempuan tertutup oleh baju berwarna hitam yang dulu yang dibikin dari kain beludru berupa baju kurung tanpa diberi dekorasi atau sulaman. Baju pengantin ini disebut juga baju godang atau baju kebesaran. Bagian bawah tubuh tertutup kain songket dengan warna yang tidak ditentukan.

Dua lembar selendang disilangkan pada dada hingga punggung. Untuk selendang pengantin , kadang memakai kain polos tanpa warna tertentu. Selendang pengantin tersebut ialah lambang dalihana tolu , terlihat dari segitiga yang dibikin dengan selendang yang disilangkan itu. Sisi kiri melambangkan mora (kerabat pemberi anak gadis) , sisi kanan melambangkan kahanggi (kerabat satu marga) , dan bab bawah melambangkan anak boru (kerabat peserta gadis).

Pengantin lelaki memakai busana yang terdiri atas ampu atau epilog kepala dengan bentuk khas Mandailing/ Angkola yang yang dibikin dari kain dan materi lain. Ampu ialah mahkota yang biasanya dipakai raja-raja di Mandailing dan Angkola pada masa lalu. Warna hitam ampu mengandung fungsi magis , sedangkan warna emas mengandung lambang kebesaran. Bagian kanan ampu yang salah satu ujungnya menghadap ke atas dan satu lagi ke bawah mengandung arti bahwa yang paling berkuasa yakni Tuhan dan insan pada jadinya mati dan dikubur. Pada masa sekarang pengantin lelaki memakai jas biasa berwarna hitam yang dilengkapi dengan kemeja lengan panjang dan dasi.

rincian baju watak batak toba
Sumber : Buku Selayang Pandang Sumatera Utara : Purwati

Pakaian Adat Nias Sumatera Utara

Masyarakat Nias di pantai selatan Sumatera memiliki kombinasi busana tradisional yang memperbesar keragaman busana watak suku-suku bangsa di Provinsi Sumatera Utara.

Dalam Upacara watak busana watak yang dikenakan kaum lelaki Nias terdiri atas baru atau baju yang yang dibikin dari materi kulit kayu. Baju berbentu rompi tanpa kancing ini berwarna dasar coklat atau hitam dengan pernak-pernik berwarna merah , kuning , dan hitam. Salah satu jenis baru yang dipahami penduduk Nias yakni baru ni'ola'a harimao , yakni baju dengan motif kulit harimau. Selain versi rompi , ada juga baju berlengan tanpa kancing yang yang dibikin dari kulit kayu , yakni baru lema'a.

pakaian watak nias sumatera utara
Sumber : Setarapost

Laki-laki Nias pada biasanya memakai atribut pelengkap busana watak berupa kalabubu sebagai penghias leher. Kalabubu adalah kalung untuk lelaki yang yang dibikin dari kuningan dan dilapisi dengan kepingan kayu kelapa (aslinya dilapisi dengan emas). Jenis kalung yang lain yakni nifatali dan nifato-fato. Nifatali yang dibikin dari lilitan emas atau perak. Sedangkan nifato-fato yang dibikin dari lempengan kuningan , perak atau emas. Sementara itu , salah satu epilog kepala untuk perang disebut tetenaulu yang yang dibikin dari rajutan rotan yang dilengkapi daun pelem selaku epilog bab belakang. Ada juga epilog kepala yang disebut takula yang yang dibikin dari daun pelem , rotan dan pelepah kelapa.

Pakaian watak orisinil perempuan suku Nias cuma berisikan lembaran kain (blacu hitam atau kulit kayu) , tanpa busana atas(baju epilog dada). Pakaian ini dilengkapi dengan aja kola dan saro dalinga. Aja kola yakni gelang yang yang dibikin dari materi gulungan kuningan dengan berat meraih satu kilogram. Sedangkan saro delinga yakni anting logam besar yang cuma dipakai pada indera pendengaran kanan saja.

Untuk menghadiri upacara watak , biasanya dikenakan baju watak berupa jaket atau jubah berbahan katun , yang berwarna merah , berlengan kuning dihias motif sisir berwarna hijau atau kehitaman. Pakain ini dilengkapi dengan balahogo sokondra ,yaitu salah satu jenis epilog baju bab atas (seperti kalung) yang yang dibikin dari batu-batuan. Bagian bawah busana perempuan Nias disebut mukha. Untuk melengkapi busana ini terdapat pula suatu selendang yang diberi nama lembe , yakni selendang katun bermotif bunga berwarna kuning dan segitiga berbaris dilapisi pinggir dari materi berwarna kehitaman.

Sebagai kelengkapan busana upacara , perempuan Nias memakai beberapa macam aksesoris. Gela gela atau tali hu adalah jenis anting yang dipakai penduduk kebanyakan. Anting tersebut yang dibikin dari materi perunggu dengan dekorasi batu-batuan atau kerang. Fondruru ana'a yakni jenis anting yang yang dibikin dari emas yang banyak dipakai oleh kaum bangsawan. Demikian juga ra ni woli woli , salah satu jenis mahkota yang yang dibikin dari emas berupa ikat kepala dengan pernak-pernik barisan koin emas memanjang horizontal dan di tengah bab belakang terdapat kepala mahkota berupa bunga dan daun-daunan.

Secara keseluruhan busana watak pengantin Nias terlihat sederhana. Hal tersebut juga menggambarkan kehidupan masyarakatnya yang bersahaja. sebelum mengenal imbas dari luar , dulu busana tradisional Nias yang dibikin dari materi kulit kayu. Namun , kini gaun pengantin sudah memakai materi beludru. Warna hitam , merah , kuning , emas mendominasi busana watak pengantin Nias. Dalam busana watak pengantin ini terlihat adanya imbas unsur-unsur Melayu.

Rambut perempuan Nias disanggul tanpa sasak dengan memakai sunggar. Kemudian , dihiasi dengan mahkota atau rai. Baju berupa jubah hitam yang berhiaskan motif hewan dari beludru merah tersebut dipadukan dengan kabo , kain hitam dengan pernak-pernik geometris segitiga berbaris di sisi pinggirnya , yang disarungkan ke kiri. Untuk kelengkapannya mempelai perempuan mengenakan seledang (selendang) dan boba datu (ikat pinggang). Perhiasan yang dipakai yakni sialu fondreun (anting-anting) , alga kala bubu (kalung) , dan gala (gelang).

Pengantin Pria mengenakan celana hitam selutut , baju kuning berpotongan serong dari beludru yang diberi pernak-pernik berwarna merah , kuning di bab depan , separuh leher dan lengan. Bagian belakang baju ini lebih panjang dan bergambar matahari dan buaya. Selembar ondora atau selendang warna kuning dililitkan di pinggang.

rincian baju watak perang nias sumatera utara
Sumber : Buku Selayang Pandang Sumatera Utara : Purwati

:

Demikian pembahasan lengkap "Pakaian Adat Sumatera Utara Lengkap , Gambar dan Penjelasannya" yang sanggup kami sampaikan. Artikel ini dikutip dari buku "Selayang Pandang Sumatera Utara : Purwati". postingan kebudayaan menawan yang lain di situs .
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon