Nih 5 Teori Pembentukan Dan Perubahan Kulit Bumi (Teori Kontraksi, Dua Benua, Pengapungan Benua, Konveksi, Lempeng Tektonik)

Share:
       Kulit bumi dari waktu ke waktu mengalami perubahan, hal ini kemudian menjadi materi aliran para hebat untuk mengungkap proses perubahan dan perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang, dan prediksi pada masa yang akan datang.
Teori-teori mengenai terbentuknya kulit bumi yang dikemukakan para hebat antara lain sebagai berikut.
a. Teori Kontraksi (Contraction Theory)
    Teori ini dikemukakan kali pertama oleh Descrates (1596–1650). Ia menyatakan bahwa bumi semakin usang semakin susut dan mengerut disebabkan terjadinya proses pendinginan sehingga di penggalan permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
Teori Kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant (1852). Keduanya beropini bahwa bumi mengalami pengerutan lantaran terjadi proses pendinginan pada penggalan dalam bumi yang menjadikan penggalan permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembah-lembah.
b. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)
    Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua yang sangat besar, yakni Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak perlahan ke arah equator bumi sehingga pada alhasil terpecah-pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa, dan Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia, dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan oleh Edward Zuess pada 1884.
c. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)
    Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua maha besar disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan terus mengalami perubahan melalui pergerakan dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentripugal, menjadikan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju ekuator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai Afrika penggalan barat dengan
Amerika Selatan penggalan timur, serta adanya kesamaan batuan dan fosil di kedua kawasan tersebut.

d. Teori Konveksi (Convection Theory)
    Menurut Teori Konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz, dikemukakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya. Ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava hingga ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah samudra), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi yang gres sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua.
    Bukti dari adanya kebenaran Teori Konveksi yakni terdapatnya mid oceanic ridge, menyerupai mid Atlantic Ridge, dan Pasific-Atlantic Ridge di permukaan bumi.
Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar bahari yang menunjukan semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan semakin tua. Artinya, terdapat gerakan yang berasal dari mid
oceanic ridge ke arah yang berlawanan disebabkan oleh adanya arus konveksi dari lapisan di bawah kulit bumi.
e. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)
    Teori Lempeng Tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilson. Berdasarkan Teori Lempeng Tektonik, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer yang berwujud cair kental. Lempenglempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak lantaran adanya imbas arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer dengan posisi berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi. (Geografi Hartono)
     Berdasarkan arahnya, gerakan lempeng-lempeng tektonik sanggup dibedakan menjadi tiga jenis, yakni sebagai berikut.
1) Konvergensi, yakni gerakan saling bertumbukan antarlempeng tektonik. Tumbukan antarlempeng tektonik sanggup berupa tumbukan antara lempeng benua dan benua, atau antara lempeng benua dan
lempeng dasar samudra. Zona atau tempat terjadinya tumbukan antara lempeng tektonik benua dan benua disebut zona konvergen. Contohnya tumbukan antara lempeng India dan lempeng benua Eurasia yang menghasilkan terbentuknya pegunungan lipatan muda Himalaya dan merupakan pegunungan tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya, Mount Everest. Contoh lainnya, tumbukan lempeng Italia dengan Eropa yang menghasilkan terbentuknya jalur Pegunungan Alpen.
Zona berupa jalur tumbukan antara lempeng benua dan lempeng dasar samudra, disebut zona subduksi (subduction zone), contohnya, tumbukan antara lempeng benua Amerika dan lempeng dasar Samudra Pasifik yang menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan Andes.
2) Divergensi, yakni gerakan saling menjauh antarlempeng tektonik, misalnya gerakan saling menjauh antara lempeng Afrika dan Amerika penggalan selatan. Zona berupa jalur tempat berpisahnya lempeng-lempeng tektonik disebut zona divergen (zona sebar pisah).
3) Sesar Mendatar (Transform), yakni gerakan saling bergesekan (berlawanan arah) antarlempeng tektonik. Contohnya goresan antara lempeng Samudra Pasifik dan lempeng daratan Amerika Utara yang menjadikan terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di utara hingga Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zona berupa jalur tempat bergesekan lempeng-lempeng tektonik disebut Zona Sesar Mendatar (zona transform).
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon