Nih Tema, Isi, Amanat Pada Seni Teater | Cara Penyajian & Sumber Cipta Seni Teater

Share:
1. Tema
       Tema yakni kisah atau pokok pikiran yang merupakan ide dasar seseorang (penulis). Beragam ide tema sanggup didapatkan dari banyak sekali hal ibarat dengan melihat, mendengar, merasakan, berimajinasi, atau dari keadaan alam dan sosial sekitar.
Adapun tema yang terkandung dalam seni teater daerah yaitu seputar kehidupan sehari-hari, perjuangan, tradisi, petuah atau wejangan/nasihat, kisah religius, kisah kebaikan, kisah pewayangan (Mahabharata dan Ramayana), dan tema percintaan.
 
2. Isi
      Isi dalam seni teater yakni keseluruhan cakupan yang melatarbelakangi pertunjukan teater dan unsur yang terkandung di dalamnya. Isi kisah harus mempunyai beberapa unsur supaya menarik. Aspek tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Unsur Intrinsik
    Unsur intrinsik yakni unsur yang ada di dalam konteks teater. Unsur ini akan menciptakan sebuah teater mempunyai alur kisah yang baik dengan abjad tokoh dan latar yang jelas.
1) Tokoh dan karakter
    Setiap tokoh dalam teater mempunyai abjad atau sopan santun tertentu. Karakter atau sopan santun para pemain berbeda-beda sesuai dengan tugas yang dimainkan.
 Penggambaran abjad Rahwana dalam pementasan kisah Ramayana
Sumber: cyberrendesvous.sampa.com
Contohnya, tokoh Panji yang biasanya berkarakter bijaksana, lembut, dan berwibawa. Sementara itu, tokoh Rahwana biasanya berkarakter
bengis, kotor, kejam, dan menyeramkan. Untuk abjad raja, biasanya ia berwibawa, mewah, dan bijaksana.
2) Alur cerita

    Alur kisah yakni keseluruhan kejadian yang membentuk satu kesatuan. Tiap kejadian mempunyai keterkaitan dan jalinan yang tidak putus dan saling melengkapi. Alur kisah atau disebut cerita
biasanya dibagi dalam lima tahapan berikut.
a) Pengantar (tahap perkenalan) yaitu tahap perkenalan pemain dengan penonton lewat dialog, penampilan (baik kostum maupun wajah), tugas (baik tugas utama, pembantu, maupun figuran), dan tata cara berperan.
b) Penampilan problem yakni tahap pertikaian antara pemain yang satu dan pemain lain, tetapi masih dalam posisi awal dan sederhana.
c) Puncak ketegangan yakni tahap klimaks. Pada tahap ini, pertikaian sudah mengalami tingkat yang tidak terkendali. Bentrokan fisik atau  obrolan sudah memanas. Misalnya, terjadi perkelahian, langgar mulut, pengerasan kata-kata, perang hebat, kemesraan yang memuncak, atau sebuah perjalanan yang memilukan dan meletihkan.
d) Ketegangan menurun yaitu tahap peleraian (anti klimaks). Pada tahap ini, pertikaian pemain sudah menurun. Hal ini sanggup terjadi alasannya yakni peperangan telah usai, pihak yang satu telah kalah, perkelahian telah dimenangkan oleh pemain lawan, perjalanan jauh telah menemukan tujuan akhirnya, kemesraan berakhir dengan keputusan, dan sebagainya.
e) Penyelesaian yaitu tahap simpulan dari semua rangkaian cerita. Pada tahap ini, kondisi telah normal kembali dan biasanya penonton akan melihat kondisi yang lain. Misalnya, kisah percintaan yang berakhir dengan ijab kabul atau kisah peperangan yang berakibat matinya sang raja.
3) Dialog
       Dialog yakni percakapan yang dilakukan lebih dari satu orang yang dilakukan oleh para pelaku drama yang bersangkutan. Melalui dialog, orang akan mengetahui dan memahami kisah yang dipentaskan. Pada pertunjukan teater, tiap kawasan mempunyai ciri khas dalam pengucapan dialog, masing-masing mempunyai ketentuan sesuai dialek daerah. Misalnya, dialek Betawi pada pertunjukan lenong, dialek Minangkabau pada pertunjukan randai, dialek Sunda pada pertunjukan longser, dan sebagainya.
4) Latar atau setting 
       Latar atau setting yakni penempatan ruang, termasuk latar belakang pentas (background). Latar mempunyai kegunaan untuk menjelaskan penggambaran yang mencerminkan situasi/suasana/kondisi kejadian tertentu sesuai dengan adegan atau kisah yang sedang dipentaskan. Dalam teater daerah, latar biasanya dibuat dari epilog kain yang sederhana, ada juga yang dilukis sedemikian rupa ibarat dalam pementasan wayang orang. Latar juga sanggup dibuat terbuka dengan memanfaatkan tempat pentas, ibarat teater di Bali yang memanfaatkan bangunan ibarat gapura di bab latarnya.
b. Unsur Ekstrinsik
    Unsur ekstrinsik yakni unsur di luar unsur-unsur intrinsik teater yang mendukung dan turut berperan penting bagi suksesnya pementasan. Unsur ekstrinsik sanggup berupa riwayat pengarang cerita, latar belakang sosial budaya pengarang, waktu pembuatan cerita, pengalaman pengarang, dan sebagainya.

3. Amanat
      Amanat yakni pesan yang terkandung dalam sebuah pementasan teater. Pesan yang disampaikan dari pertunjukan teater biasanya berbeda-beda sesuai dengan bentuk dan jenis teater. Misalnya, pesan yang terkandung dalam kisah Mahabharata dan Ramayana yakni nasihat yang luhur, yakni perbuatan jahat akan kalah oleh perbuatan yang baik, segala bentuk usaha yang gigih akan mendapat hasil yang baik, dan sebagainya.

4. Cara Penyajian Teater Tradisi Daerah
    Penyajian teater tradisi kawasan secara garis besar mencakup hal-hal ibarat berikut.
a. Cerita
    Keseluruhan kisah mengambil kisah tradisi (klasik), legenda, hikayat, kisah Ramayana dan Mahabharata, kisah perjuangan, kisah sejarah, kisah roman (percintaan), kisah lelucon (lawak), dan kisah sosial.
b. Penampilan (akting)
    Penampilan (akting) pemain pada teater tradisi ada yang bebas dan ada yang harus sesuai hukum ibarat dalam wayang orang, improvisatoris (dialog pribadi tercetus di atas panggung). Bahasa yang dipakai yakni bahasa kawasan (Jawa, Melayu, Sunda, dan sebagainya). Kostum biasanya memakai kostum adat/ diadaptasi dengan cerita.
c. Musik Pengiring
    Musik pengiring yang biasanya dipakai yakni seperangkat gamelan dan alat musik tradisional setempat.
d. Penonton
    Penonton sebagian besar yakni rakyat biasa yang mencari hiburan alasannya yakni teater bersifat menghibur, tapi kemudian berkembang ke kalangan ningrat/ bangsawan.
e. Panggung
    Teater tradisi biasanya dipentaskan di alam terbuka, kemudian di atas panggung sederhana, kemudian beranjak ke pendopo, hingga pula di keraton dan karenanya di pentaskan di gedung-gedung khusus pertunjukan teater.

5. Sumber Cipta Teater Tradisi Daerah
      Seperti halnya karya seni cipta yang lain, seni teater tradisi bersumber dari kekayaan yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Sumber itu dijadikan landasan dan contoh ilham untuk berkarya. Sumber-sumber tersebut berupa mitos, kisah panji, legenda, saga, dan kisah lelucon. Mitos yaitu kisah yang bekerjasama dengan makhluk halus, roh nenek moyang atau doktrin tehadap dewadewi.
      Contohnya kisah Nyi Roro Kidul. Cerita panji yaitu kisah wacana orangorang bijaksana yang berasal dari kesusastraan Jawa. Contohnya Panji Semirang. Legenda yakni kisah yang bekerjasama dengan kejanggalan atau asal ajakan alam. Contohnya asal-usul Gunung Tangkuban Perahu. Saga yakni kisah yang di dalamnya terkandung unsur sejarah. Contohnya kisah Gajah Mada. Cerita
lelucon yakni kisah yang mengemukakan kisah kebodohan, kekonyolan yang disampaikan dengan banyolan/lucu. Contohnya Si Kabayan.
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon