Konten [Tampil]
Dalam musik vokal Jawa , ada tiga bentuk komposisi , yakni sekar ageng (tembang gedhe) , sekar media (tembang tengahan) , dan sekar alit (tembang macapat). Macapat dipahami juga dengan istilah tembang cilik atau sekar alit. Jika diamati , asal undangan bahasa (kerata basa) kata macapat berarti maca papat-papat (membaca empat-empat) artinya cara membaca terjalin tiap empat suku kata.
Macapat merupakan bentuk komposisi lagu dan puisi dalam suatu pola penyusunan tertentu yang terkenal di kelompok penduduk di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Macapat diperkirakan timbul pada simpulan Kerajaan Majapahit dan dimulainya imbas Walisongo di Jawa. Tetapi , anggapan tersebut masih belum niscaya , sebab tidak ada bukti tertulis yang sanggup memastikan.
Macapat sanggup didapatkan dalam kebudayaan Bali , Madura , dan Sunda. Macapat banyak digunakan di dalam beberapa sastra Jawa Tengahan dan sastra Jawa Baru. Aturan-aturan dalam macapat terlihat lebih gampang kalau daripada serat kekawin. Kitab-kitab zaman Mataram Baru , menyerupai Serat Wedhatama , Serat Wirid Hidayat Jati , Serat Wulangreh , Serat Kalatidha , dan yang lain banyak disusun menggunakan lagu ini. Aturan-aturan tersebut ada pada guru gatra (jumlah gatra atau baris tiap bait) , guru wilangan (jumlah suku kata) , dan guru lagu (jatuhnya bunyi suku kata tiap gatra atau baris).
Di Jawa Tengah banyak karya pujangga usang yang dituangkan dalam bentuk macapat. Karya-karya tersebut sanggup ditembangkan secara tunggal maupun bergantian , misalnya dalam suatu pertemuan. Karena sering ditembangkan , penduduk menjadi hafal akan bait puisi karya itu , sehingga muncullah bentuk umumnya.
: Tembang Macapat: Sejarah , Struktur dan Contohnya
Di Jawa Tengah banyak karya pujangga usang yang dituangkan dalam bentuk macapat. Karya-karya tersebut sanggup ditembangkan secara tunggal maupun bergantian , misalnya dalam suatu pertemuan. Karena sering ditembangkan , penduduk menjadi hafal akan bait puisi karya itu , sehingga muncullah bentuk umumnya.
: Tembang Macapat: Sejarah , Struktur dan Contohnya
Bait puisi yang dinyanyikan mengikuti hukum bentuk puisi yang ketat. Aturan tersebut menyangkut jumlah baris dalam bait-bait tunggal , jumlah kata pada setiap baris , dan penggunaan abjad hidup dalam suku kata terakhir.
Guru Gatra , Guru Lagu dan Guru Wilangan dalam Tembang Macapat
- Pengertian Guru Gatra merupakan jumlah larik (baris) kalimat dalam satu bait.
- Pengertian Guru Lagu merupakan jatuhnya persamaan bunyi sajak disetiap larik pada akhiran kata.
- Pengertian Guru Wilangan jumlah suku kata dalam setiap larik (baris) kalimat.
Untuk mengenali dan membedakan jumlah guru gatra , guru lagu , dan guru wilangan setiap tembang macapat berikut ini urutan jumlah guru gatra , guru lagu , dan guru wilangan tembang-tembang macapat.
No | Nama Tembang | Guru Gatra , Guru Lagu , Guru Wilangan |
1 | Tembang Maskumambang | 12i - 6a - 8i - 8o |
2 | Tembang Mijil | 10i - 6o - 10e - 10i - 6i - 6o |
3 | Tembang Sinom | 8a - 8i - 8a - 8i - 7i - 8u - 7a - 8i - 12a |
4 | Tembang Kinanthi | 8u - 8i - 8a - 8i - 8a - 8i |
5 | Tembang Asmarandana | 8i - 8a - 8e - 7a - 8a - 8u - 8a |
6 | Tembang Gambuh | 7u - 10u - 12i - 8u - 8o |
7 | Tembang Dhandanggula | 10i - 10a - 8e - 7u - 9i - 7a - 6u - 8a - 12i - 7a |
8 | Tembang Durma | 12a - 7i - 6a - 7a - 8i - 5a - 7i |
9 | Tembang Pangkur | 8a - 11i - 8u - 7a - 8i - 5a - 7i |
10 | Tembang Megatruh | 12u - 8i - 8u - 8i - 8o |
11 | Tembang Pocung | 12u - 6a - 8i - 12a |
Urutan Tembang Macapat Berikut Makna dan Contohnya
Macapat Jawa Tengah memiliki sebelas bentuk menurut jumlah baris dan suku kata setiap baris. Urutan tembang Macapat tersebut sama dengan perjalanan hidup insan dari mulai bayi hingga meninggal. Urutan tersebut merupakan maskumambang , mijil , sinom , kinanthi , asmaradana , gambuh , dandanggula , durma , pangkur , megatruh , dan pocung. Makna , Watak atau Sifat serta Contoh Tembang-tembang Macapat tersebut antara lain selaku berikut.
Tembang Maskumambang memiliki watak/ arti menggambarkan perasaan murung atau sedih , serta situasi hati yang sedang dalam kondisi nelangsa.
Contoh Tembang Maskumambang
"Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi
Ha nemu duraka
Ing donya tumekeng akhir
Tan wurung kasurang-surang"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Maskumambang yaitu : ( 12i - 6a - 8i - 8o ).
Artinya:
a. Tembang maskumambang ini memiliki 4 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 4).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 12 , 6 , 8 , 8).
c. Akhiran suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , a , i , o (Guru lagu = i , a , i , o).
Pandangan lain mengartikan mijil artinya keluar. Selain itu kata wijil (dalam bahasa Jawa) memiliki arti lawang atau pintu. Lawang juga berarti nama sejenis tumbuhan yang harum bunganya.
Tembang Mijil memiliki watak/ arti menggambarkan keterbukaan yang tepat untuk mengeluarkan rekomendasi , cerita-cerita dan juga asmara.
Contoh Tembang Mijil
Wani ngalah dhuwur wekasane
Tumungkula yen dipundukanni
Ruruh sarwa wasis
Samubarangipun"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Mijil yakni : (10i - 6o - 10e - 10i - 6i - 6o).
b. Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 6 suku kata. Kalimat ke enam 6 suku kata (Guru wilangan = 10 , 6 , 10 , 10 , 6 , 6).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , o , e , i , i , o (Guru lagu = i , o , e , i , i , o).
Di di saat remaja masih memiliki banyak waktu luang , kiprah mereka merupakan berguru sebaik-baiknya dan setinggi-tingginya biar kelak sanggup menjadi bekal kehidupannya.
Pandangan lain mengartikan Sinom berarti sinoman yang artinya asosiasi para perjaka untuk menolong orang yang sedang punya hajat. Sinom dalam bahasa Jawa juga sanggup merujuk pada perumpamaan daun yang masih muda (kuncup) , hingga sering kali diisyaratkan dengan suatu lukisan daun muda.
Tembang Sinom memiliki watak/ sifat yang menggambarkan semangat (ethes) dan kebijaksanaan (prasaja). Tembang Sinom digunakan untuk menyodorkan suatu pesan/ piwulang yang berisi semangat dan kebijaksanaan.
Contoh Tembang Sinom
"Punika serat kawula
Katura sira wong kuning
Sapisan salam pandonga
Kapindo takon pawarti
Jare sirarsa laki
Ingsun mung sewu jumurung
Amung ta wekasi wang
Gelang alit mungging driji
Lamun sida aja lali kalih kula"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Sinom yakni : (8a - 8i - 8a - 8i - 7i - 8u - 7a - 8i - 12a).
Artinya:
a. Tembang Sinom memiliki 9 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 9).
b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 7 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata (Guru wilangan = 8 , 8 , 8 , 8 , 7 , 8 , 7 , 8 , 12).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal a , i , a , i , i , u , a , i , a (Guru lagu = a , i , a , i , i , u , a , i , a).
Seorang anak tidak hanya memerlukan permintaan pada di saat mencar ilmu berlangsung , tetapi juga tuntunan dalam hal sikap dan perilaku. Tuntunan tersebut termasuk tuntunan dalam banyak sekali hal berhubungan dengan sikap dan sikap sesuai dengan norma dan budpekerti yang berlaku dalam kehidupan penduduk yang lebih baik.
Tembang Kinathi memiliki watak/ sifat menggambarkan perasaan senang , teladan yang bagus , rekomendasi serta kasih sayang. Tembang Kinanthi digunakan untuk menyodorkan dongeng atau kisah yang berisi rekomendasi baik dan tentang kasih sayang.
Contoh Tembang Kinanthi
"Kukusing dupa kumelun
Ngeningken tyas kang apekik
Kawengku sagung jajahan
Nanging saget angikipi
Sang resi kaneka putra
Kang anjog saking wiyati"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Kinanthi yakni : (8u - 8i - 8a - 8i - 8a - 8i).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal u , i , a , i , a , i (Guru lagu = u , i , a , i , a , i).
Pandang lain menyebutkan Asmaradana berasal dari kata asmara dan dhana. Asmara merupakan nama yang kuasa percintaan dan dhana berasal dari kata "dahana" yang berarti api. Makara Asmaradhana sanggup diartikan cinta yang berapi-api.
Tembang Asmarandana memiliki watak/ sifat yang menggambarkan cinta kasih , asmara serta juga sanggup berarti rasa pilu atau rasa sedih.
Contoh Tembang Asmarandana
"Lumrah tumrap wong ngaurip
Dumunung sadhengah papan
Tan ngrasa cukup butuhe
Ngenteni rejeki tiba
Lamun tanpa makarya
Sengara sanggup kepthuk
Kang mangkono bundhelana"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Asmarandana yakni : (8i - 8a - 8e - 7a - 8a - 8u - 8a).
Artinya:
a. Tembang Asmarandana memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7).
b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata , Kalimat ke tujuh berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 8 , 8 , 8 , 7 , 8 , 8 , 8).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , a , e , a , a , u , a (Guru lagu = i , a , e , a , a , u , a).
Tembang Gambuh memiliki watak/ sifat yang menggambarkan keramahtamahan dan tentang persahabatan. Tembang Gambuh biasanya juga digunakan untuk menyodorkan wejangan luhur pada penggemar budaya jawa dalam situasi yang aga santai , bercanda ria , dan bangga , tetapi tetap bernilai tinggi.
Contoh Tembang Gambuh
"Lan sembah sungkem ipun
Mring Hyang Sukma elinga sireku
Apan titah sadaya amung sadermi
Tan welangsira andhaku
Kabeh kagungan Hyang Manon"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Gambuh yakni : (7u - 10u - 12i - 8u - 8o).
Artinya:
a. Tembang Gambuh memiliki 5 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 5).
b. Kalimat pertama berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata (Guru wilangan = 7 , 10 , 12 , 8 , 8).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal u , u , i , u , o (Guru lagu = u , u , i , u , o).
Kehidupan yang senang merupakan sesuatu yang dicita-citakan dalam setiap keluraga. Bisa memiliki keluarga , memiliki keturunan , hidup berkecukupan merupakan suatu anugerah dan kebahagiaan yang sungguh indah dalam suatu keluarga. Oleh sebab itu lagu ini menggambarkan perasaan dan kondisi yang membahagiakan tersebut.
Tembang Dhandhanggula memiliki watak/ sifat yang lebih universal atau luwes dan merasuk ke dalam hati. Tembang Dhandhanggula sanggup digunakan untuk menuturkan kisah dalam banyak sekali hal serta banyak sekali kondisi.
Contoh tembang dhandanggula
"Sinengkuyung sagunging prawali
Janma tuhu sekti mandra guna
Wali sanga nggih arane
Dhihin Syeh Magrib tuhu
Sunan ngampel kang kaping kalih
Tri sunan bonang ika
Sunan giri catur
Syarifudin sunan drajat
Anglenggahi urutan gangsal sayekti
Iku ta warnanira"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Dhandanggula yakni : (10i - 10a - 8e - 7u - 9i - 7a - 6u - 8a - 12i - 7a).
Artinya:
a. Tembang Dhandhanggula memiliki 10 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 10).
b. Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 9 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke sepuluh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 10 , 10 , 8 , 7 , 9 , 7 , 6 , 8 , 12 , 7).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , a , e , u , i , a , u , a , i , a (Guru lagu = i , a , e , u , i , a , u , a , i , a).
Tembang Durma mengajarkan biar insan sanggup saling memberi dan melengkapi satu sama lain sehingga sanggup saling melengkapi. Saling tolong menolong , welas asih , dan rela menampilkan proteksi terhadap semua orang di saat memerlukan dengan hati yang nrimo merupakan nilai kehidupan yang mesti senantiasa dijaga.
Pandangan lain mengartikan kata Durma (kata Jawa klasik) yang berarti harimau. Dengan begitu Durma berwatak nafsu (amarah) , dan greget.
Tembang Durma memilki watak/ sifat yang tegas , keras dan sarat dengan amarah yang membara.
Contoh Tembang Durma
"Ayo kanca gugur gunung bebarengan
Aja ana kang mangkir
Amrih kasembadan
Tujuan pembangunan
Pager apik dalan resik
Latar gumelar
Wisma asri kaeksi"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Durma yakni : (12a - 7i - 6a - 7a - 8i - 5a - 7i).
Artinya:
a. Tembang Durma memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 12 , 7 , 6 , 7 , 8 , 5 , 7).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal a , i , a , a , i , a , i (Guru lagu = a , i , a , a , i , a , i).
Pandang lain mengartikan Pangkur mempunyai arti buntut atau ekor. Oleh sebab itu Pangkur sering kali diberi sasmita tut pungkur yang berarti mengekor.
Tembang Pangkur memiliki watak/ sifat yang menggambarkan karakter gagah , memiliki efek , perkasa dan hati yang besar.
Contoh Tembang Pangkur
"Muwah ing sabarang karya
Ingprakara gedhe kalawan cilik
Papat iku datan kantun
Kanggo sadina-dina
Lan ing wengi nagara miwah ing dhusun
Kabeh kang padha ambegan
Papat iku nora lali"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Pangkur yakni : (8a - 11i - 8u - 7a - 8i - 5a - 7i).
Artinya:
a. Tembang Pangkur memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7).
b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 11 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 8 , 11 , 8 , 7 , 8 , 5 , 7).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal a , i , u , a , i , a , i (Guru lagu = a , i , u , a , i , a , i).
Pandang lain mengartikan Megatruh berasal dari kata dengan awalan am , pegat dan ruh. Dalam serat Purwaukara , Megatruh artinya mbucalke sing sarwa ala (membuang apa yang sifatnya jelek).
Tembang Megatruh memiliki watak/ sifat tentang kesedihan dan kedukaan. Biasanya digunakan untuk menceritakan tentang rasa stress dan kehilangan harapan.
Contoh Tembang Megatruh
"Kabeh iku mung manungsa kang pinujul
Marga duwe lahir batin
Jroning urip iku mau
Isi ati klawan budi
Iku pirantine ewong"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Megatruh yakni : (12u - 8i - 8u - 8i -8o).
Artinya:
a. Tembang Megatruh ini memiliki 5 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 5).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 12 , 8 , 8 , 8 , 8).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal u , i , u , i , o (Guru lagu = u , i , u , i , o).
Tembang Pocung memiliki watak/ sifat yang condong mengarah pada hal-hal yang sifatnya lucu , guyon , santai , dan menghibur.
Contoh Tembang Pocung
"Ngelmu iku kelakone kanthi laku
Lekase musuh kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pengekesing dur angkara"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Pocung yakni : (12u - 6a - 8i - 12a).
Artinya:
a. Tembang Pocung memiliki 4 larik kalimat (Guru gatra = 4).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 12 suku kata (Guru wilangan = 12 , 6 , 8 , 12).
:
Pengertian dan Peran Pathet dalam Musik Gamelan Jawa
Tembang Dolanan Sebagai Karya Sastra Jawa , Pengertian , Karakteristik dan Contohnya
Kumpulan Lagu Daerah dan Asalnya 34 Provinsi Beserta Penciptanya
1. Tembang Maskumambang
Makna Tembang Maskumambang merupakan menggambarkan dimulainya perjalanan hidup insan yang bermula dari dalam perut ibunya. Sosok kandidat insan tersebut masih berupa embrio di dalam kandungan ibunya dan belum dimengerti jati dirinya , serta belum dimengerti secara terperinci jenis kelaminnya (laki-laki atau perempuan). Kumambang berarti hidupnya mengambang di dalam perut ibunya.Tembang macapat Maskumambang |
Contoh Tembang Maskumambang
"Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi
Ha nemu duraka
Ing donya tumekeng akhir
Tan wurung kasurang-surang"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Maskumambang yaitu : ( 12i - 6a - 8i - 8o ).
Artinya:
a. Tembang maskumambang ini memiliki 4 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 4).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 12 , 6 , 8 , 8).
c. Akhiran suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , a , i , o (Guru lagu = i , a , i , o).
2. Tembang Mijil
Makna Tembang Mijil merupakan melambangkan suatu benih atau biji yang lahir ke dunia. Mijil artinya suatu kelahiran seorang bayi dari dalam perut ibunya dan sudah dimengerti dan terlihat jenis kelaminnya perempuan atau laki-laki.Pandangan lain mengartikan mijil artinya keluar. Selain itu kata wijil (dalam bahasa Jawa) memiliki arti lawang atau pintu. Lawang juga berarti nama sejenis tumbuhan yang harum bunganya.
Tembang macapat Mijil |
Contoh Tembang Mijil
"Dedalanne guna musuh sekti
Kudu andhap asorWani ngalah dhuwur wekasane
Tumungkula yen dipundukanni
Ruruh sarwa wasis
Samubarangipun"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Mijil yakni : (10i - 6o - 10e - 10i - 6i - 6o).
Artinya:
a. Tembang Mijil memiliki 6 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 6).b. Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 6 suku kata. Kalimat ke enam 6 suku kata (Guru wilangan = 10 , 6 , 10 , 10 , 6 , 6).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , o , e , i , i , o (Guru lagu = i , o , e , i , i , o).
3. Tembang Sinom
Makna Tembang Sinom merupakan pucuk yang gres berkembang dan bersemi , dari kata sinom yang berarti "kanoman" (kemudaan/ usia muda). Filosofi tembang Sinom menggambarkan seorang insan yang mulai beranjak cukup umur atau remaja yang mulai tumbuh.Di di saat remaja masih memiliki banyak waktu luang , kiprah mereka merupakan berguru sebaik-baiknya dan setinggi-tingginya biar kelak sanggup menjadi bekal kehidupannya.
Pandangan lain mengartikan Sinom berarti sinoman yang artinya asosiasi para perjaka untuk menolong orang yang sedang punya hajat. Sinom dalam bahasa Jawa juga sanggup merujuk pada perumpamaan daun yang masih muda (kuncup) , hingga sering kali diisyaratkan dengan suatu lukisan daun muda.
Tembang Sinom memiliki watak/ sifat yang menggambarkan semangat (ethes) dan kebijaksanaan (prasaja). Tembang Sinom digunakan untuk menyodorkan suatu pesan/ piwulang yang berisi semangat dan kebijaksanaan.
Contoh Tembang Sinom
"Punika serat kawula
Katura sira wong kuning
Sapisan salam pandonga
Kapindo takon pawarti
Jare sirarsa laki
Ingsun mung sewu jumurung
Amung ta wekasi wang
Gelang alit mungging driji
Lamun sida aja lali kalih kula"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Sinom yakni : (8a - 8i - 8a - 8i - 7i - 8u - 7a - 8i - 12a).
Artinya:
a. Tembang Sinom memiliki 9 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 9).
b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 7 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata (Guru wilangan = 8 , 8 , 8 , 8 , 7 , 8 , 7 , 8 , 12).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal a , i , a , i , i , u , a , i , a (Guru lagu = a , i , a , i , i , u , a , i , a).
4. Tembang Kinanthi
Makna Tembang Kinanthi merupakan tuntunan supaya sanggup berlangsung menuju kehidupan yang lebih baik di alam dunia , berasal dari kata "kanthi"yang berarti menuntun/ menggandeng. Filosofi Tembang Kinanthi merupakan mengisahkan kehidupan seorang anak yang masih memerlukan tuntunan biar sanggup berlangsung dengan baik di dunia ini.Seorang anak tidak hanya memerlukan permintaan pada di saat mencar ilmu berlangsung , tetapi juga tuntunan dalam hal sikap dan perilaku. Tuntunan tersebut termasuk tuntunan dalam banyak sekali hal berhubungan dengan sikap dan sikap sesuai dengan norma dan budpekerti yang berlaku dalam kehidupan penduduk yang lebih baik.
Tembang macapat Kinathi |
Contoh Tembang Kinanthi
"Kukusing dupa kumelun
Ngeningken tyas kang apekik
Kawengku sagung jajahan
Nanging saget angikipi
Sang resi kaneka putra
Kang anjog saking wiyati"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Kinanthi yakni : (8u - 8i - 8a - 8i - 8a - 8i).
Artinya:
a. Tembang Kinanthi memiliki 6 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 6).
b. Kalimat pertama , ke dua , ke tiga , hingga kalimat ke enam masing-masing berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 8 , 8 , 8 , 8 , 8 , 8).c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal u , i , a , i , a , i (Guru lagu = u , i , a , i , a , i).
5. Tembang Asmaradana
Makna Tembang Asmarandana merupakan perasaan asmara atau cinta , berasal dari kata "asmara" yang berarti cinta kasih. Filosofi tembang Asmarandana merupakan perasaan saling menggemari terhadap musuh jenisnya yang sudah menjadi kodrat ilahi (perasaan lelaki dan perempuan).Pandang lain menyebutkan Asmaradana berasal dari kata asmara dan dhana. Asmara merupakan nama yang kuasa percintaan dan dhana berasal dari kata "dahana" yang berarti api. Makara Asmaradhana sanggup diartikan cinta yang berapi-api.
Tembang macapat Asmarandana |
Contoh Tembang Asmarandana
"Lumrah tumrap wong ngaurip
Dumunung sadhengah papan
Tan ngrasa cukup butuhe
Ngenteni rejeki tiba
Lamun tanpa makarya
Sengara sanggup kepthuk
Kang mangkono bundhelana"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Asmarandana yakni : (8i - 8a - 8e - 7a - 8a - 8u - 8a).
Artinya:
a. Tembang Asmarandana memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7).
b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 8 suku kata , Kalimat ke tujuh berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 8 , 8 , 8 , 7 , 8 , 8 , 8).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , a , e , a , a , u , a (Guru lagu = i , a , e , a , a , u , a).
6. Tembang Gambuh
Makna Tembang Gambuh merupakan sudah memiliki kecocokan , berasal dari kata "jumbuh/ sarujuk" (cocok) yang berarti cocok yang kemudian dipertemukan antara lelaki dan perempuan yang sudah terjalin asmara biar terjadi suatu pernikahan.Tembang macapat Gambuh |
Contoh Tembang Gambuh
"Lan sembah sungkem ipun
Mring Hyang Sukma elinga sireku
Apan titah sadaya amung sadermi
Tan welangsira andhaku
Kabeh kagungan Hyang Manon"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Gambuh yakni : (7u - 10u - 12i - 8u - 8o).
Artinya:
a. Tembang Gambuh memiliki 5 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 5).
b. Kalimat pertama berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata (Guru wilangan = 7 , 10 , 12 , 8 , 8).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal u , u , i , u , o (Guru lagu = u , u , i , u , o).
7. Tembang Dandanggula
Makna Tembang Dhandhanggula merupakan menggambarkan seseorang yang sedang merasa senang-senangnya dalam hidup , berasal dari kata "dandang" dan 'gula' yang berarti sesuatu yang manis. Filosofi tembang Dhandhanggula merupakan menggambarkan kehidupan pasangan gres yang sedang berbahagia sebab apa yang dicita-citakan sudah tercapai.Kehidupan yang senang merupakan sesuatu yang dicita-citakan dalam setiap keluraga. Bisa memiliki keluarga , memiliki keturunan , hidup berkecukupan merupakan suatu anugerah dan kebahagiaan yang sungguh indah dalam suatu keluarga. Oleh sebab itu lagu ini menggambarkan perasaan dan kondisi yang membahagiakan tersebut.
Tembang macapat Dhandhanggula |
Contoh tembang dhandanggula
"Sinengkuyung sagunging prawali
Janma tuhu sekti mandra guna
Wali sanga nggih arane
Dhihin Syeh Magrib tuhu
Sunan ngampel kang kaping kalih
Tri sunan bonang ika
Sunan giri catur
Syarifudin sunan drajat
Anglenggahi urutan gangsal sayekti
Iku ta warnanira"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Dhandanggula yakni : (10i - 10a - 8e - 7u - 9i - 7a - 6u - 8a - 12i - 7a).
Artinya:
a. Tembang Dhandhanggula memiliki 10 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 10).
b. Kalimat pertama berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 10 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 9 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke delapan berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke sembilan berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke sepuluh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 10 , 10 , 8 , 7 , 9 , 7 , 6 , 8 , 12 , 7).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal i , a , e , u , i , a , u , a , i , a (Guru lagu = i , a , e , u , i , a , u , a , i , a).
8. Tembang Durma
Makna Tembang Durma merupakan memberi atau berderma , dari kata "darma/ weweh" yang artinya berderma atau menampilkan sumbangan. Filosofi tembang Durma merupakan tentang roda kehidupan yang suatu di saat sanggup mencicipi kecukupan tetapi juga sebaliknya niscaya mengalami kekurangan. Untuk itu dengan senantiasa memupuk perasaan welas asih saling memberi kehidupan akan saling melengkapi.Tembang Durma mengajarkan biar insan sanggup saling memberi dan melengkapi satu sama lain sehingga sanggup saling melengkapi. Saling tolong menolong , welas asih , dan rela menampilkan proteksi terhadap semua orang di saat memerlukan dengan hati yang nrimo merupakan nilai kehidupan yang mesti senantiasa dijaga.
Pandangan lain mengartikan kata Durma (kata Jawa klasik) yang berarti harimau. Dengan begitu Durma berwatak nafsu (amarah) , dan greget.
Tembang macapat Durma |
Contoh Tembang Durma
"Ayo kanca gugur gunung bebarengan
Aja ana kang mangkir
Amrih kasembadan
Tujuan pembangunan
Pager apik dalan resik
Latar gumelar
Wisma asri kaeksi"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Durma yakni : (12a - 7i - 6a - 7a - 8i - 5a - 7i).
Artinya:
a. Tembang Durma memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 6 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 12 , 7 , 6 , 7 , 8 , 5 , 7).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal a , i , a , a , i , a , i (Guru lagu = a , i , a , a , i , a , i).
9. Tembang Pangkur
Makna Tembang Pangkur merupakan sudah memundurkan semua hawa nafsunya , berasal dari kata "mungkur" yang berarti mundur. Filosofi tembang Pangkur merupakan menggambarkan masa disaat sudah mesti meninggalkan banyak sekali hawa nafsu dunia dan lebih mendekatkan diri terhadap yang Maha Pencipta.Pandang lain mengartikan Pangkur mempunyai arti buntut atau ekor. Oleh sebab itu Pangkur sering kali diberi sasmita tut pungkur yang berarti mengekor.
Tembang macapat Pangkur |
Contoh Tembang Pangkur
"Muwah ing sabarang karya
Ingprakara gedhe kalawan cilik
Papat iku datan kantun
Kanggo sadina-dina
Lan ing wengi nagara miwah ing dhusun
Kabeh kang padha ambegan
Papat iku nora lali"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Pangkur yakni : (8a - 11i - 8u - 7a - 8i - 5a - 7i).
Artinya:
a. Tembang Pangkur memiliki 7 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 7).
b. Kalimat pertama berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke dua berjumlah 11 suku kata. Kalimat ke tiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke empat berjumlah 7 suku kata. Kalimat ke lima berjumlaj 8 suku kata. Kalimat ke enam berjumlah 5 suku kata. Kalimat ke tujuh berjumlah 7 suku kata (Guru wilangan = 8 , 11 , 8 , 7 , 8 , 5 , 7).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal a , i , u , a , i , a , i (Guru lagu = a , i , u , a , i , a , i).
10. Tembang Megatruh
Makna Tembang Megatruh merupakan roh atau nyawa yang sudah lepas dari jasadnya dikarenakan sudah waktunya kembali ke tempat yang digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Megatruh berasal dari kata "megat" dan "roh" (melepas roh) tujuannya terlepasnya roh dari dalam tubuh yakni kematian. Filosofi tembang Megatruh merupakan tentang perjalanan hidup insan yang sudah selesai di dunia.Pandang lain mengartikan Megatruh berasal dari kata dengan awalan am , pegat dan ruh. Dalam serat Purwaukara , Megatruh artinya mbucalke sing sarwa ala (membuang apa yang sifatnya jelek).
Tembang macapat Megatruh |
Contoh Tembang Megatruh
"Kabeh iku mung manungsa kang pinujul
Marga duwe lahir batin
Jroning urip iku mau
Isi ati klawan budi
Iku pirantine ewong"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Megatruh yakni : (12u - 8i - 8u - 8i -8o).
Artinya:
a. Tembang Megatruh ini memiliki 5 larik atau baris kalimat (Guru gatra = 5).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 8 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 8 suku kata. Kalimat ke lima berjumlah 8 suku kata (Guru wilangan = 12 , 8 , 8 , 8 , 8).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal u , i , u , i , o (Guru lagu = u , i , u , i , o).
11. Tembang Pocung
Makna Tembang Pocung merupakan kondisi di saat seseorang yang sudah meninggal akan dikafani atau dipocong sebelum dikuburkan. Berasal dari kata "pocong" yang menggambarkan kondisi setelah janjkematian yakni di kemasan dengan kain kafan dan diikat. Filosofi tembang pocung menampilkan tentang suatu ritual di saat melepaskan kepergian seseorang.Tembang macapat Pocung |
Contoh Tembang Pocung
"Ngelmu iku kelakone kanthi laku
Lekase musuh kas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pengekesing dur angkara"
Aturan guru gatra , guru lagu dan guru wilangan dari Tembang Pocung yakni : (12u - 6a - 8i - 12a).
Artinya:
a. Tembang Pocung memiliki 4 larik kalimat (Guru gatra = 4).
b. Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata. Kalimat kedua berjumlah 6 suku kata. Kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata. Kalimat keempat berjumlah 12 suku kata (Guru wilangan = 12 , 6 , 8 , 12).
c. Akhir suku kata dari setiap kalimatnya mesti bervokal u , a , i , a (Guru lagu = u , a , i , a).
Pengertian dan Peran Pathet dalam Musik Gamelan Jawa
Tembang Dolanan Sebagai Karya Sastra Jawa , Pengertian , Karakteristik dan Contohnya
Kumpulan Lagu Daerah dan Asalnya 34 Provinsi Beserta Penciptanya
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon