Penataan wayang simpingan kecuali mempertimbangkann besar kecilnya ukuran serta pengelompokan wayang , juga memperhatikan bentuk keseimbangan. Seperti yang dikemukakan A.A.M. Djelatik , bahwa sudah menjadi sifat alami insan dalam menempatkan dirinya terhadap alam sekitarnya atau lingkungan hidupnya yang mengharapkan keseimbangan.
Manusia lahir , menuntut ilmu bangkit hinga berlangsung memerlukan keseimbangan. Rasa sebanding dirinya sendiri maupun seimbangn dengan lingkungannya suadah menjadi naluriah yang abadi dalam jiwa manusia. Naluriah keseimbangan itu juga berepengaruh pada proses penciptaan karyaseni tergolong ilmu wawasan dan teknologi.
Manusia lahir , menuntut ilmu bangkit hinga berlangsung memerlukan keseimbangan. Rasa sebanding dirinya sendiri maupun seimbangn dengan lingkungannya suadah menjadi naluriah yang abadi dalam jiwa manusia. Naluriah keseimbangan itu juga berepengaruh pada proses penciptaan karyaseni tergolong ilmu wawasan dan teknologi.
Rasa keseimbangan yang paling gampang sanggup diraih yakni simetri , seumpama yang ada di Candi Bentar , Garuda Pancasila , daun-daun , kembang-kembang , kupu-kupu dll semua ada disekitar kita. Kehadiran rasa keseimbangan diinginkan alasannya yakni akan memamerkan rasa ketenangan.
Begitu pula dalam wayang , teladan rancangan keseimbangan itu ada pada wayang Gunungan atau kayon. Penataan simpingan kanan dan kiri pada pergelaran wayang juga memiliki bobot keseimbangan yang sama. Menurut M. Sayid , bahwa dalam penataan wayang simpingan diinginkan keseimbangan yang dikemukakan selaku berikut:
Anyumping tegese saka tembung sumping , umpamane asemsumping sekar melathi , yaiku sepasang kembang mlathi klatlesepake ing kuping. Iya kudu milih kembang kang padha kanggo rerengganing kuping. Iku mau tegese tembung sumping , Gawe sesawangan kang katon timbang yen sinawang saka tengah-tengah. Semono uga nyumping wayang.
“sumpingan kiwa lan tengen carane ngatur kudu digawe padha , agar yen disawang sanggup katon timbang aja nganti katon botsih.”
Walau demikian simpingan wayang kanan dan kiri tidak akan sama persis , dikarenakan ukuran dan jenis wayangnya berlainan , wayang kanan kanan lebih ramping (di dominasi kesatriya) sedangkan wayang kiri lebih gemuk (di dominasi raksasa).
Keseimbangan dalam pergelaran wayang tidaklah diartikan sama persis antara segi kanan dan kiri , tetapi hendaknya lebih terhadap harmonisasi penantaan panggung secara keseluruhan baik penataan wayang , gamelan , sajen , sounsistem , ubarampe dsb.
MAKNA SIMPINGAN DAN DIKOTOMIK JAWA
Makna atau lambang pada simpingan tidak lepas dari kehidupan penduduk jawa yang mengenal pembagian dikotomik antara kanan dan kiri , baik dan jelek , kawula dan gusti , terang-gelap , hitam-putih dan sebagainnya.
Bagi orang jawa , perbuatan yang mengarah ke kanan atau ditangani dengan ajun dianggap baik dan perbuatan yang mengarah ke kiri atau ditangani dengan tangan kiri dianggap jelek yakni tidak mutlak alasannya yakni ajun sering juga dipakai dalam tindak kejahatan seumpama mencuri dan dan membunuh). Halus menandakan kekuatan batin , dan sanggup mengatur diri , adapun garang sebaliknya.
Kaprikornus penglihatan simpingan yang menilai bahwa simpingan kanan itu lambang kebaikan sedangkan simpingan kiri lambang angkara murka tidaklah benar.
KOMPONEN PERGELARAN WAYANG KULIT
Sebuah pertunjukan wayang kulit berisikan bebrapa komponen yang satu sama yang lain saling mendukung. Komponen- komponen itu berupa perangkat keras dan lunak. perangkat keras termasuk semua perlengkapan penunjang pergelaran seperti; gamelan , wayang. layar , sounsistem , kotak , keprak , cempolo , sounsistem dsb. Sedangkan perangkat lunak lebih terhadap SDMnya seumpama Dalang , nayaga dan pesinden.
Boneka wayang yanng dikelola berjajar pada kanan -kiri dalang dinamakan simpingngan yang juga salah satu unsur pergelaran wayang kulit.Yang ditata sedemikian rupa. Keberadaan simpingan dalam wayang memiliki beberapa fungsi antara lain:sebuah pertunjukan wayang kulit berisikan bebrapa komponen yang satu sama yang lain saling mendukung. Komponen- komponen itu berupa perangkat keras dan lunak. perangkat keras termasuk semua perlengkapan penunjang pergelaran seperti; gamelan , wayang. layar , sounsistem , kotak , keprak , cempolo , sounsistem dsb. Sedangkan perangkat lunak lebih terhadap SDMnya seumpama Dalang , nayaga dan pesinden.
suatu pertunjukan wayang kulit berisikan bebrapa komponen yang satu sama yang lain saling mendukung. Komponen- komponen itu berupa perangkat keras dan lunak. perangkat keras termasuk semua perlengkapan penunjang pergelaran seperti; gamelan , wayang. layar , sounsistem , kotak , keprak , cempolo , sounsistem dsb. Sedangkan perangkat lunak lebih terhadap SDMnya seumpama Dalang , nayaga dan pesinden.
Boneka wayang yanng dikelola berjajar pada kanan -kiri dalang dinamakan simpingngan yang juga salah satu unsur pergelaran wayang kulit.Yang ditata sedemikian rupa. Keberadaan simpingan dalam wayang memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Simpingan selaku hiasan (pajangan) mudah-mudahan sanggup dicicipi oleh penonton.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
Pada jaman dahulu simpingan cuma berisikan puluhan wayang. Karena memang jumlah wayang satu kotak berkisar antara 180-250 wayang. tetapi kini khususnya dikota-kota besar , jumlah simpingan sungguh banyak antara 250 -500 wayang. Hal ini alasannya yakni permintaan pasar dan lazimnya pergelaran di kota besar diposisikan pada lapangan terbuka. Sehingga diinginkan penataan simpingan yang panjang. Boneka wayang yanng dikelola berjajar pada kanan -kiri dalang dinamakan simpingngan yang juga salah satu unsur pergelaran wayang kulit.Yang ditata sedemikian rupa. Keberadaan simpingan dalam wayang memiliki beberapa fungsi antara lain:sebuah pertunjukan wayang kulit berisikan bebrapa komponen yang satu sama yang lain saling mendukung. Komponen- komponen itu berupa perangkat keras dan lunak. perangkat keras termasuk semua perlengkapan penunjang pergelaran seperti; gamelan , wayang. layar , sounsistem , kotak , keprak , cempolo , sounsistem dsb. Sedangkan perangkat lunak lebih terhadap SDMnya seumpama Dalang , nayaga dan pesinden.
Boneka wayang yanng dikelola berjajar pada kanan -kiri dalang dinamakan simpingngan yang juga salah satu unsur pergelaran wayang kulit.Yang ditata sedemikian rupa. Keberadaan simpingan dalam wayang memiliki beberapa fungsi antara lain:
1. Simpingan selaku hiasan (pajangan) mudah-mudahan sanggup dicicipi oleh penonton.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
Pada jaman dahulu simpingan cuma berisikan puluhan wayang. Karena memang jumlah wayang satu kotak berkisar antara 180-250 wayang. tetapi kini khususnya dikota-kota besar , jumlah simpingan sungguh banyak antara 250 -500 wayang. Hal ini alasannya yakni permintaan pasar dan lazimnya pergelaran di kota besar diposisikan pada lapangan terbuka. Sehingga diinginkan penataan simpingan yang panjang.
1. Simpingan selaku hiasan (pajangan) mudah-mudahan sanggup dicicipi oleh penonton.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
Pada jaman dahulu simpingan cuma berisikan puluhan wayang. Karena memang jumlah wayang satu kotak berkisar antara 180-250 wayang. tetapi kini khususnya dikota-kota besar , jumlah simpingan sungguh banyak antara 250 -500 wayang. Hal ini alasannya yakni permintaan pasar dan lazimnya pergelaran di kota besar diposisikan pada lapangan terbuka. Sehingga diinginkan penataan simpingan yang panjang.
1. Simpingan selaku hiasan (pajangan) mudah-mudahan sanggup dicicipi oleh penonton.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
2. Untuk membuat lebih gampang dalang dalam mencari dan mengambil wayang
3. Sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit.
4. Simpingan untuk menandakan mutu dan kuantitas wayang.
5. Simpingan memiliki makna simbolik bagi penduduk pendukungnya.
Pada jaman dahulu simpingan cuma berisikan puluhan wayang. Karena memang jumlah wayang satu kotak berkisar antara 180-250 wayang. tetapi kini khususnya dikota-kota besar , jumlah simpingan sungguh banyak antara 250 -500 wayang. Hal ini alasannya yakni permintaan pasar dan lazimnya pergelaran di kota besar diposisikan pada lapangan terbuka. Sehingga diinginkan penataan simpingan yang panjang.
SIMBOL PEWARNAAN PADA WAYANG
Warna-warna pada wajah (muka) boneka wayang yang disimping (diatur berjajar) seumpama merah , hitam , kuning dan putih juga memiliki makna simbolik. Keempat warna itu bagi orang jawa melambangkan nafsu amarah , aluamah , sufiah dan mutmainah. Warna-warna itu tidak mengandung satu makna saja tetapi memiliki makna ganda. Warna merah pada wajah Rahwana berlainan artinya dengan warna merah pada Baladewa. Demikian juga setiap daerah memiliki penafsiran sendiri-sendiri sesuai dengan persepsinya.
Susunan wayang simpingan di dalamnya terdapat unsur kanan-kiri , baik-buruk , halus –kasar. Pewarnaan wajah wayang merupakan satu kesatuan. Simpingan kanan dan kiri selaku lambang baik jelek tidaklah tepat alasannya yakni di simpingan kanan juga terdapat beberapa wayang yang berkarakter jelek sedangkan di simpingan kiri juga ada beberapa tokoh wayang yang berkarakter baik.
Demikian juga perihal makna simpingan kanan dan simpingan kiri tidak sanggup dibilang selaku kejahatan (kiri) dan kebaikan (kanan). Simpingan kanan dan kiri merupakan makna symbol kesatuan yang tidak sanggup dipisahkan , keduannya saling mengisi dan melengkapi. Tidak sanggup ditarik suatu garis yang tegas antara baik dan jelek atau jahat , alasannya yakni keduannya untuk mencari kompromi atau keseimbangan dari dua kutub yang saling berlawanan. (Rusmadi: Makna Simpingan Dalam Pertunjukan wayang kulit)
NAMA-NAMA SIMPINGAN WAYANG
Berdasarkan penelitian simpingan wayang diera kini sudah meningkat mejadi hiasan dan ajang pamer wayang. Simpingan wayang panjangnya menyesuaikan kelir (layar ) yang dipakai. Pajang kelir kurang lebih 8 sampai 12 m bahkan ada yang menghasilkan sampai 35 m seumpama yang pernah digelar di Monas dan TMII. Dibawah ini anggapan urutan simpingan untuk pergelaran kriteria di luar gedung (out door) dengan memakai tenda.
Simpingan Kanan
1. Brahala (Putih)
2. Anoman (besar)
3. Thong-thongsot (petruk ratu)
4. Werkudara (dengan banyak sekali wanda dan ukuran 8 wy)
5. Tugu Wasesa
6. Jagal Bilawa
7. Bratasena (dengan banyak sekali wanda dan ukuran 4 wy)
8. Duryudaya (4 wy)
9. Setija (jangkah)
10. Gathutkaca Ratu
11. Gandamana
12. Antareja
13. Gathutkaca (berbagai wanda 10 wy)
14. Antasena
15. Anoman (berbagai wanda 4 wy)
16. Trigangga
17. B. Guru
18. Bt.Durga
19. Watugunung
20. Rama jangkah
21. Srimahapungung
22. Harjunasasra
23. Kalithi (janaka ratu)
24. Kresna (bebrbagai wandha 8 wy)
25. Janaka (berbagai wanda 10 wy)
26. Ciptoning
27. Puntadewa
28. Dwijakangka
29. Pandhu
30. Premadi (berbagai wanda , 8 wy)
31. Sumantri
32. Suryatmaja
33. Bambangan jangkah (berbagai wanda , 4 wy)
34. Sh.Tunggal
35. Dewaruci
36. Putren (berbagai tokoh , 12)
37. Bayen
2. Anoman (besar)
3. Thong-thongsot (petruk ratu)
4. Werkudara (dengan banyak sekali wanda dan ukuran 8 wy)
5. Tugu Wasesa
6. Jagal Bilawa
7. Bratasena (dengan banyak sekali wanda dan ukuran 4 wy)
8. Duryudaya (4 wy)
9. Setija (jangkah)
10. Gathutkaca Ratu
11. Gandamana
12. Antareja
13. Gathutkaca (berbagai wanda 10 wy)
14. Antasena
15. Anoman (berbagai wanda 4 wy)
16. Trigangga
17. B. Guru
18. Bt.Durga
19. Watugunung
20. Rama jangkah
21. Srimahapungung
22. Harjunasasra
23. Kalithi (janaka ratu)
24. Kresna (bebrbagai wandha 8 wy)
25. Janaka (berbagai wanda 10 wy)
26. Ciptoning
27. Puntadewa
28. Dwijakangka
29. Pandhu
30. Premadi (berbagai wanda , 8 wy)
31. Sumantri
32. Suryatmaja
33. Bambangan jangkah (berbagai wanda , 4 wy)
34. Sh.Tunggal
35. Dewaruci
36. Putren (berbagai tokoh , 12)
37. Bayen
Jumlah sekitar 100 sampai 130 wayang. Tergantung tempat dan undangan penanggap.
Simpingan Kiri
1. Brahala (hitam)
2. Kumbakarna (tangan loro)
3. Buta raton (rambahan 3 )
4. Gorawansa
5. Newatakawaca
6. Buta raton ore (3)
7. Buta patihan (4)
8. Prahastha
9. Jambumangli
10. Rajamala (3)
11. Burisrawa
12. Sumali
13. Ratu
14. Rahwana (4)
15. Kangsa
16. Kangsa mangap
17. Inrajit
18. Trisirah
19. Baladewa 5
20. Kencaka
21. Rupakenca
22. Kakrasana (5)
23. Setyaki (5)
24. Ugrasena
25. Setyajit
26. Madswapati
27. Dipati karna (4)
28. Sasra alus
29. Sasra wok
30. Dewasrani
31. Wibisana
32. Bisawarna
33. Kumbina
34. Aryaprabu
35. Sanjaya
36. Samba (4)
37. Abimanyu (4)
38. Wisanggeni
39. Nakula
40. Sadewa
2. Kumbakarna (tangan loro)
3. Buta raton (rambahan 3 )
4. Gorawansa
5. Newatakawaca
6. Buta raton ore (3)
7. Buta patihan (4)
8. Prahastha
9. Jambumangli
10. Rajamala (3)
11. Burisrawa
12. Sumali
13. Ratu
14. Rahwana (4)
15. Kangsa
16. Kangsa mangap
17. Inrajit
18. Trisirah
19. Baladewa 5
20. Kencaka
21. Rupakenca
22. Kakrasana (5)
23. Setyaki (5)
24. Ugrasena
25. Setyajit
26. Madswapati
27. Dipati karna (4)
28. Sasra alus
29. Sasra wok
30. Dewasrani
31. Wibisana
32. Bisawarna
33. Kumbina
34. Aryaprabu
35. Sanjaya
36. Samba (4)
37. Abimanyu (4)
38. Wisanggeni
39. Nakula
40. Sadewa
Jumlah sampai 100-130 juga
MAKNA SIMBOLIK DALANG DAN WAYANG
Peranan Dalang dan Wayang kulit dalam pergelaran wayang menurut Zoetmulder bahwa dalam Serat Centhini jilid IX teks yang berupa tembang Megatruh disebutkan simboliknya selaku berikut:
Janma tama karya lajem ing pandulu Sasmitaning Hyang sejati Dalang lan wayang dinunung Panganggone Hyang Mawarni Karyo Upameng pandulon
Kelir gumelar wayang pinanngung Asnapun makluk ing widi Gedebog bantala wegung Balencong pandoming urip Gamelan gending ing lakon (maklumlah) oleh insan tepat itu dijadikan sasmita (lambing) yang menunjuk terhadap Tuhan. Dalang dan wayang diberikan tempat (Arti) yang sejati , yakni sebagaimna cara menggambarkan bagaimana Tuhan Bertindak . Orang Bijak menghasilkan perumpamakan selaku berikut.:
Kelir itu jagat yang kelihatan , wayang-wayang yang ditancapkan di kiri dan kanan menggambarkan kalangan makluk-makluk Tuhan. Batang pisang yakni Bumi. Blencong yakni lampu kehidupan. Gamelan merupakan keharmonisan antara per peristiwa. (1991:290-291).
Pada uraian di atas terperinci digambarkan bahwa perangkat pergelaran wayang kulit merupakan simbolik yang sungguh terperinci , tetapi dalang selaku symbol Tuhan mestinya kurang tepat. Meski dalam suguhan pergelaran , wayang menjadi hidup atau mati alasannya yakni kehendak sang Dalang. Karena Tuhan tidak sanggup personifikasikan dengan bentuk apapun serta cuma sanggup dikenali melaui sifat-sifatnya.
Adhikara memaknai lain , dalang simbolik dari jiwa , wayang selaku raga dan Tuhan selaku orang yang menanggapnya. Tuhan memang tidak terlihat , ia digambarkan selaku orang yang nanggap wayang alasannya yakni waktu pergelaran tidak sanggup dilihat penonton. Boneka wayang hidup alasannya yakni jiwa yang beujud Ki Dalang. Jika pergelaran sudah jawaban wayang ditinggalkan dalang (raga ditinggalkan) , wayang dimasukkan kotak (peti) dikarenakan sudah mati sedangkan dalang masih hidup.
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon