1. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat fitrah biasa disebut juga zakat jiwa. Zakat fitrah adalah zakat berupa masakan pokok yang dikeluarkan oleh muzakki zakat fitrah sebelum berangkat salat Idul Fitri. (EnsiklopediIslam 5. 1994: halaman 224) Zakat fitrah disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Tepatnya dua hari sebelum berakhir bulan bulan ampunan tahun tersebut. Terdapat aneka macam ketentuan zakat fitrah yang telah dituntunkan oleh Rasulullah Muhammad saw.
Ketentuan tersebut terdapat dalam dua hadis berikut ini.
Artinya: Rasulullah saw. sudah mewajibkan zakat fitrah itu yaitu dengan mengeluarkan satu gantang kurma atau satu gantang sya’ir (jewawut) atas budak dan orang merdeka, pria dan perempuan, kecil maupun besar dari semua orang Islam dan Rasulullah saw. menyuruh membayarkan zakat fitrah itu sebelum orang-orang pergi menunaikan salat Idul Fitrah. (H.R. Mutafaq ‘alaih).
Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata: ”Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah, yang berfungsi untuk menyucikan orang yang berpuasa dari (kotoran-kotoran yang disebabkan oleh) omong kosong, dan ucapanucapan keji, dan untuk (memberi) masakan bagi orangorang
miskin. Barang siapa menunaikannya sebelum salat Idul Fitrah, maka dia ialah zakat fitrah yang
diterima. Barang siapa menunaikannya setelah salat Idul Fitrah, maka diterima sebagai sedekah sunah saja.” (H.R. Abu- Da-ud dan Ibnu Majah)
Dari kedua hadis tersebut kita sanggup mengetahui aneka macam ketentuan zakat fitrah. Ketentuan-ketentuan itu mencakup rupa zakat fitrah, waktu pengeluaran, orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, dan orang yang berhak menerimanya.
2. Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
Dalam hadis di atas, Rasulullah menyatakan waktu pengeluaran zakat ialah sebelum berangkat salat Idul Fitri. Waktu ini merupakan waktu terbaik dan paling utama dalam melakukan zakat fitrah. Para ulama memperinci waktu mengeluarkan zakat sebagai berikut.
a. Mulai awal bulan bulan ampunan sampai hari terakhir bulan
Ramadan. Hal ini berarti kita boleh mengeluarkan zakat fitrah semenjak awal bulan Ramadan. Hanya saja, mengeluarkan zakat pada waktu ini dipandang kurang baik lantaran terlalu jauh dari waktu yang ditentukan oleh Rasulullah saw.
b. Mulai magrib selesai bulan ampunan sampai pagi hari Idul Fitri.
Waktu ini lebih baik dari waktu pertama. Meskipun demikian, pada praktiknya, sebagian besar umat Islam melakukan zakat fitrah pada waktu ini.
c. Mulai Subuh hari Idul Fitri sampai sesaat sebelum salat.
Inilah waktu terbaik sebagaimana perintah Rasulullah saw.
d. Setelah salat Idul fitrah. Adapun masakan pokok yang dikeluarkan setelah salat Idul Fitri tidak lagi termasuk zakat fitrah.
Terlepas dari pembagian waktu berdasarkan para ulama tersebut, dua hal penting terkait waktu mengeluarkan zakat harus kita pegang. Pertama, zakat fitrah dikeluarkan sebelum salat Idul Fitri.
Kedua, diusahakan mendekati hari Idul Fitri lantaran terkait dengan tujuan dikeluarkannya zakat fitrah, yaitu memberi makan fakir miskin sampai mereka sanggup bergembira pada hari Idul Fitri.
3. Bentuk / Rupa Zakat Fitrah
Zakat fitrah dikeluarkan berupa masakan pokok yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Hal ini terlihat dari ketentuan kurma atau jewawut yang diperintahkan oleh
Rasulullah kepada kaum muslimin Madinah waktu itu. Dengan ketentuan ini kita sanggup melakukan zakat fitrah dengan materi masakan pokok yang sering kita makan. Bagi mereka yang memakai beras sebagai masakan pokok, zakat yang dikeluarkan berupa beras. Bagi mereka yang memakai sagu sebagai masakan pokok, sagu dikeluarkan sebagai zakat fitrah. (PAI Karwadi dkk)
Sebagian ulama beropini bahwa zakat fitrah dikeluarkan berdasarkan materi masakan pokok mereka yang akan menerimanya. Misal, muzakki ialah orang Maluku yang biasa makan sagu.
Adapun mustahiq yang akan diberi ialah perantauan berasal dari tanah Jawa yang terbiasa makan beras. Dalam keadaan ini, meskipun muzakki biasa makan sagu, zakat fitrah yang dikeluarkan sebaiknya ialah beras lantaran yang akan mendapatkan ialah orang Jawa yang terbiasa makan beras.