1. Pengertian Frase
Frase yaitu campuran kata yang tidak melampaui batas fungsi. Frase hanya berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan saja.
Mari kita coba mengidentifikasi kalimat-kalimat berikut.
a) Hingga sekarang alat deteksi gempa masih sangat minim.
b) Berbagai tragedi secara beruntun menimpa negeri kita.
c) Ketika masyarakat sedang was-was, Yogyakarta diguncang gempa dahsyat.
Ditinjau dari lafal dan maknanya, kalimat pertama terjadi dari tiga kelompok kata, yaitu sampai kini, alat deteksi gempa, dan masih sangat minim. Masing-masing menduduki fungsi keterangan (K), subjek (S), dan predikat (P). Kalimat kedua terjadi dari empat kelompok kata, yaitu banyak sekali bencana, secara beruntun, menimpa, dan negeri kita. Masing-masing menduduki fungsi subjek (S), keterangan (K), predikat (P), dan objek (O).
– Hingga kini alat deteksi gempa masih sangat minim.
K S P
– Berbagai bencana secara beruntun menimpa negeri kita.
S K P O
Setiap kelompok kata yang mempunyai fungsi ibarat pada kalimat (a) dan (b) di atas disebut frase.
Kalau dianalisis, kalimat (c) pun terdiri atas empat frase, yaitu saat masyarakat sedang was-was, Yogyakarta, diguncang, dan gempa dahsyat. Masing-masing sebagai keterangan (K), subjek (S), predikat (P), dan pemanis (Pel).
Frase pada kalimat (a), (b), dan (c) umumnya tampak sebagai (a) campuran kata + kata (berbagai bencana, secara beruntun, Yogyakarta dan sekitarnya), (b) kata + frase (alat deteksi gempa, masih sangat minim), (c) campuran kata + klausa (ketika masyarakat sedang was-was terhadap bahaya letusan Gunung Merapi).
2. Jenis dan Makna Frase
Perhatikanlah referensi frase (a) negeri kita, (b) masih sangat minim, (c) sampai kini, (d) secara beruntun. Ditinjau dari distribusi (penempatan; perilaku) unsur pembentuknya (a) dan (b) dikelompokkan sebagai frase endosentrik, sedangkan (c) dan (d) frase eksosentrik.
Sebuah frase disebut endosentrik jika mempunyai unsur inti, baik satu maupun dua. Frase negeri kita dan masih sangat minim, misalnya, termasuk frase endosentrik berinti satu. Masing-masing berintikan negeri dan kita. Lain halnya dengan frase Yogyakarta dan sekitarnya. Frase ini berinti dua, yaitu Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak satu kata pun pada frase sampai sekarang dan secara beruntun yang menjadi inti. Frase serupa itu disebut frase eksosentrik. Frase ini biasanya diawali kata depan (preposisi).
Berdasarkan kategorinya (kelasnya, jenisnya, golongannya), frase yang dibuat dengan cara memperluas kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan disebut frase benda (frase nominal), frase kerja (frase verbal), frase sifat (frase ajektival), dan frase keterangan (frase adverbial). Frase yang dimulai kata depan disebut frase berkata depan atau frase preposisional.
Berdasarkan maknanya, frase yang maknanya relevan dengan makna unsurunsurnya, ibarat banyak sekali bencana, secara beruntun, Yogyakarta dan sekitarnya, alat deteksi gempa, masih sangat minim disebut frase biasa. Frase biasa dipertentangkan dengan frase idiomatik Makna frase idiomatik selalu tidak relevan dengan makna unsurunsurnya. Frase ajun (yang dipercaya) dan kambing hitam (yang dipersalahkan), kaki lima (trotoar) yaitu contohnya.
Frase yaitu campuran kata yang tidak melampaui batas fungsi. Frase hanya berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan saja.
Mari kita coba mengidentifikasi kalimat-kalimat berikut.
a) Hingga sekarang alat deteksi gempa masih sangat minim.
b) Berbagai tragedi secara beruntun menimpa negeri kita.
c) Ketika masyarakat sedang was-was, Yogyakarta diguncang gempa dahsyat.
Ditinjau dari lafal dan maknanya, kalimat pertama terjadi dari tiga kelompok kata, yaitu sampai kini, alat deteksi gempa, dan masih sangat minim. Masing-masing menduduki fungsi keterangan (K), subjek (S), dan predikat (P). Kalimat kedua terjadi dari empat kelompok kata, yaitu banyak sekali bencana, secara beruntun, menimpa, dan negeri kita. Masing-masing menduduki fungsi subjek (S), keterangan (K), predikat (P), dan objek (O).
– Hingga kini alat deteksi gempa masih sangat minim.
K S P
– Berbagai bencana secara beruntun menimpa negeri kita.
S K P O
Setiap kelompok kata yang mempunyai fungsi ibarat pada kalimat (a) dan (b) di atas disebut frase.
Kalau dianalisis, kalimat (c) pun terdiri atas empat frase, yaitu saat masyarakat sedang was-was, Yogyakarta, diguncang, dan gempa dahsyat. Masing-masing sebagai keterangan (K), subjek (S), predikat (P), dan pemanis (Pel).
Frase pada kalimat (a), (b), dan (c) umumnya tampak sebagai (a) campuran kata + kata (berbagai bencana, secara beruntun, Yogyakarta dan sekitarnya), (b) kata + frase (alat deteksi gempa, masih sangat minim), (c) campuran kata + klausa (ketika masyarakat sedang was-was terhadap bahaya letusan Gunung Merapi).
2. Jenis dan Makna Frase
Perhatikanlah referensi frase (a) negeri kita, (b) masih sangat minim, (c) sampai kini, (d) secara beruntun. Ditinjau dari distribusi (penempatan; perilaku) unsur pembentuknya (a) dan (b) dikelompokkan sebagai frase endosentrik, sedangkan (c) dan (d) frase eksosentrik.
Sebuah frase disebut endosentrik jika mempunyai unsur inti, baik satu maupun dua. Frase negeri kita dan masih sangat minim, misalnya, termasuk frase endosentrik berinti satu. Masing-masing berintikan negeri dan kita. Lain halnya dengan frase Yogyakarta dan sekitarnya. Frase ini berinti dua, yaitu Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak satu kata pun pada frase sampai sekarang dan secara beruntun yang menjadi inti. Frase serupa itu disebut frase eksosentrik. Frase ini biasanya diawali kata depan (preposisi).
Berdasarkan kategorinya (kelasnya, jenisnya, golongannya), frase yang dibuat dengan cara memperluas kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan disebut frase benda (frase nominal), frase kerja (frase verbal), frase sifat (frase ajektival), dan frase keterangan (frase adverbial). Frase yang dimulai kata depan disebut frase berkata depan atau frase preposisional.
Berdasarkan maknanya, frase yang maknanya relevan dengan makna unsurunsurnya, ibarat banyak sekali bencana, secara beruntun, Yogyakarta dan sekitarnya, alat deteksi gempa, masih sangat minim disebut frase biasa. Frase biasa dipertentangkan dengan frase idiomatik Makna frase idiomatik selalu tidak relevan dengan makna unsurunsurnya. Frase ajun (yang dipercaya) dan kambing hitam (yang dipersalahkan), kaki lima (trotoar) yaitu contohnya.
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon