Unsur-Unsur Yang Berperan Dalam Pertunjukan Wayang Kulit - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Sebuah Pertunjukan seni Wayang Kulit Purwa memerlukan kolaborasi antar unsur-unsur yang berperan didalamnya mudah-mudahan prosesi pertunjukan wayang kulit ini sanggup berlangsung dengan tanpa gangguan , kompak dan dinamis dalam setiap tahapan pertunjukannya. Unsur-unsur pokok dalam pertunjukan wayang kulit merupakan pemain (manusia) yang berisikan dalang , niyaga , dan waranggana. Setiap unsur/ pemain dalam pertunjukan wayang memiliki kiprah masing-masing yang keseluruhannya memerlukan kekompakan dan koordinasi yang dinamis mudah-mudahan pertunjukan wayang kulit sanggup berlangsung sesuai pakem/ ketentuan.

Berikut ini ulasan wacana Unsur-unsur yang berperan dalam pertunjukan wayang kulit purwa berikut kiprah dan kiprahnya masing-masing.

1. Dalang
Pertunjukan wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang. Banyak sekali dalang yang sungguh kondang di Jawa baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup. Dalang-dalang yang tersohor itu antara lain Ki Narto Sabdo , Ki Anom Suroto , Ki Manteb , Ki Enthus Susmono. Tugas seorang dalang merupakan menertibkan jalannya pertunjukan wayang secara menyeluruh. Seorang dalang selain mesti piawai memainkan antara wacana juga jago dalam gending-gending Jawa , dan sekaligus jago wacana gamelan. Keahlian dalang sanggup diperoleh lewat proses menimba ilmu tetapi kadangkala diperoleh lewat talenta turun temurun. Seorang anak dalang umumnya senantiasa mengikuti kemana pun orang tuanya mendalang. Anak itu akan menjadi ajun bapaknya dikala mengadakan pertunjukan wayang sehingga lama-kelamaan juga menguasai wacana seluk beluk pedalangan.

Kata dalang ada yang mengartikan selaku orang yang jago ’ngudal piwulang’. Maksudnya seorang yang sanggup menerangkan dan menguraikan majemuk ilmu. Namun , ada pula yang menyampaikan kata dalang berasal dari kata ’dahyang’ yang bermakna seorang tabib atau juru penyembuh bagi orang yang menyandang sakit , baik sakit fisik maupun psykis. Dalang mengisyaratkan seseorang yang keahlian dalam penciptaan dan seseorang yang bijaksana. Dalang memperoleh istilah Ki yakni kependekan dari kiai atau yang patut dimuliakan dan dihormati. Seorang dalang memiliki kiprah dan tanggungjawab yang sungguh besar , sehingga pantaslah jikalau dalang itu sungguh dihormati. Dalang merupakan pemain moral atau abjad , penata pertunjukan , penata musik , penata gending , penyanyi , lagu atau suluk , pemimpin instrumen gamelan , sutradara , dan pemimpin suatu grup wayang kulit. Dalang merupakan tokoh utama dalam semua bentuk teater wayang. Dia mesti sanggup menirukan bunyi semua tokoh dan mendialogkan semua ucapan tokoh.

Suluk
Suluk sungguh erat dengan seni pedalangan. Suluk merupakan lagu-lagu yang diucapkan dalang dikala mengadakan pertunjukan wayang. Diucapkan pada waktu gamelan suwuk dan dikala dalang menceritakan sesuatu , dan dikala nyandra para peraga.
1) Suluk Jingking Wetah
Tunjung bang trate kumambang satengahing wengi ,
Kembang sruni cundhuke para bangsawan ,
Kembang sana , kembang sana , cundhuke para kusuma ,
Kembang druju , kembang druju , darejet datanpa ambu ,
Kembang waru asri megare tan dangu ,
Tunjung biru , kembang tengahing ranu ,
Kudhupe asri dinulu.

2) Suluk Plencung
Sri tinon langening pamyat ,
Busana maneka warna ,
Renggeng kancana retnabra ,
Bandera layu kumitir ,
Sinrang pandresing wiyat ,
Mantyan kumlebeting dwaja ,
Syuh brastha kayu kaprapal , puspita anjrah ing siti ,
Ron sumawur katyup ing angin ,
Kukila ambyar sumebar.

(Arintaka. Sulukan , 1956: 13) 

3) Ada-ada
Raksasa krura kagiri-giri ,
Gengnya lir prabata ,
Abang kawelagar ,
Manguwuh ing mungsuh ,
Aminta musuh ,
Anggro sru singa nabda ,
Kadyenggal yun manubruka , 
O..................................!
(M. Ng. Nojowirongko , 1954: 19) 

Dalang dalam melaksanakan aksinya menggunakan dua alat , yakni cempala dan kepyak. Cempala senantiasa dipegang tangan kiri dalang , berfungsi selaku alat pemukul , yang dibikin dari kayu dan dipukul-pukulkan pada kotak sesuai dengan irama. Kepyak yang dibikin dari beberapa kepingan logam yang digantungkan pada belahan luar kotak dekat telapak kaki kanan dalang dikala bersila.

Wayang berfungsi selaku gambar pelaku yang dimainkan oleh dalang pada kain yang dibentang yang disebut kelir. Wayang satu kotak berisikan sekitar 200 hingga 300 wayang , dibagi menjadi 4 bagian. Wayang-wayang yang memiliki abjad yang bagus sebagian dijajarkan pada kelir di sebelah kanan dalang. Wayang-wayang yang karakternya kurang baik , sebagian dijajarkan di sebelah kiri dalang. Sebagian wayang ditaruh di atas tutup kotak yang ditaruh di sebelah kanan dalang , ditumpuk secara teratur. Sebagian lagi ada yang ditaruh di dalam kotak.

Di tengah-tengah kelir antara simpingan kanan dan kiri ditancapkan wayang yang disebut Gunungan atau Kayon , yakni wayang yang berupa menyerupai gunung yang menggambarkan pohon dan hutan. Pakeliran dilengkapi dengan dua perangkat gamelan , yakni gamelan slendro dan gamelan pelog , juga diikuti para penabuhnya. Di atas dalang tergantung suatu lampu minyak selaku penerangan yang disebut blencong.

2. Niyaga
Selain dalang , unsur yang ke-dua yang berhubungan dengan wayang , yakni niyaga atau pengrawit atau penabuh gamelan. Penabuh gamelan sanggup juga disebut pengrawit atau niyaga. Pada zaman dulu niyaga umumnya dimainkan oleh pria , tetapi kini alasannya perkembangan zaman niyaga dimainkan juga oleh perempuan. Gamelan merupakan seperangkat alat musik Jawa antara lain kendang , gender , saron , demung , kethuk , kenong , rebab , gambang , gong , dan bonang. Seorang niyaga mesti menguasai pathet dan wilet. Peranan niyaga dalam pertunjukan wayang merupakan menolong dalang dalam mengiringi pertunjukan wayang , sehingga jalannya pertunjukan serasa lebih hidup. Penggendang senantiasa menjadi pimpinan karawitan.

3. Waranggana
Unsur yang berperan dalam pertunjukan wayang yang ke-tiga merupakan waranggana. Nama lain waranggana merupakan presiden atau swarawati , ada juga yang menyebutnya ledhek. Waranggana berasal dari kata ’wara’ dan ’anggana’. Wara merupakan istilah untuk wanita sedangkan anggana merupakan sendiri. Pada zaman dulu pertunjukan wayang semua pemainnya merupakan pria kecuali waranggananya. Adapun gending-gending yang lazim ditembangkan oleh waranggana yakni gending Clunthang , gending Grompol , gending Pangkur gending Puspawarno , gending Srikaton , dan gending Sinom Parijatha. 

waranggana
Peran Waranggono dalam Pertunjukan Wayang Kulit

Peranan waranggana pada pertunjukan wayang kulit sangatlah penting alasannya Waranggana melantunkan tembang-tembang yang diadaptasi dengan jalan kisah atau lakon wayang. Peranan lainnya merupakan selaku pengisi situasi mudah-mudahan lebih meriah , bersahabat , dan menawan , serta mengirimkan situasi pagelaran yang komprehensif. Tembang-tembang yang dilantunkan waranggana sanggup juga bikin situasi riang bangga misalkan pada adegan Cangik Limbuk dikala adegan Gara-Gara. Bisa juga bikin situasi sulit , trenyuh , dan mencekam pada dikala adegan perang. 

Suasana yang mencekam , situasi yang sarat suka Cita , situasi yang sarat keagungan sanggup menjinjing kesuksesan suatu pertunjukan wayang. Sebuah pertunjukan wayang akan berhasil apabila antara dalang , waranggana , dan pangrawit sanggup kolaborasi secara mendalam dikala pagelaran dilaksanakan. Dalang selaku pamurba , waranggana selaku pengisi jiwa , dan niyaga selaku pamangku irama mesti selaras dalam suatu pertunjukan. 

Seorang waranggana tidak hanya memiliki bunyi yang merdu , tetapi mesti menguasai beberapa hal , antara lain:
a. Paham wacana irama , tujuannya dalam menyindhen mesti sanggup menyesuaikan dengan irama yang ditabuh pangrawit.
b. Paham wacana laras , tujuannya dengan mengetahui wacana laras baik laras barang maupun slendro seorang waranggana dalam menyanyikan tembang tidak akan fals atau blero.
c. Paham bentuk-bentuk gending , antara lain: ketawang , gending ladrang , gending lancaran , dan gending kethuk kalih.

Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon