Upacara Akhlak Sumatera Barat Lengkap Penjelasannya - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]

Upacara Adat Sumatera Barat

Masyarakat Minangkabau Sumatera Barat mengenal bentuk upacara sopan santun yang bermitra dengan daur hidup dan upacara sopan santun yang bermitra dengan keyakinan mereka. Upacara sopan santun tersebut antara lain selaku berikut.

Upacara Daur Hidup penduduk Sumatera Barat yang terdiri atas beberapa bentuk upacara , antara lain selaku berikut.

A. Upacara Adat Kelahiran

Dalam penduduk Minangkabu pada dikala seorang ibu hamil enam bulan , ditangani upacara membubur. Bubur tersebut yang dibikin dari tepung beras , labu , gula saka , dan kelapa muda. Bubur itu dibagikan terhadap seluruh kerabat dan keluarga akrab suaminya. Kerabat yang diberi bubur tersebut kemudian memanggil perempuan yang hamil itu untuk makan di rumahnya. Peristiwa ini disebut manjapuik pinggan.

Pada dikala kelahiran bayi , keluarga penduduk Minangkabau mengadakan pertunjukan talempong selaku pernyataan kegembiraan dan rasa syukur keluarga yang bersangkutan. Setelah bayi lahir , plasentanya dimasukkan ke dalam periuk tanah dan ditutup dengan kain putih. Penguburan plasenta (batanam uri) ditangani oleh salah seorang yang dianggap terpandang dalam lingkungan keluarga.

Pada dikala bayi berumur empat puluh hari diadakan upacara turun mandi di tepian sungai. Upacara tersebut dilanjutkan dengan pemotongan rambut bayi , yang disebut memotong gombak. Potongan rambut tersebut ditimbang untuk diganti dengan emas seberat rambut tersebut. Emas tersebut dibayarkan terhadap orang yang memotong rambut bayi.

Ketika bayi berumur tiga bulan , bayi dan ibunya dijemput oleh kerabatnya untuk bermalam (bako-bakonya) untuk beberapa hari. Kemudian , mereka dikirim pulang dengan dibekali majemuk bawaan , menyerupai suplemen , duit , atau hewan ternak.

B. Upacara Adat Masa Dewasa

Menurut tradisi setempat , seorang anak pria yang sedang menginjak sampaumur mesti dikhitan dan mencar ilmu mengaji. Seorang anak pria yang sudah dikhitan dianggap sudah dewasa. Bagi anak perempuan yang menjelang sampaumur diadakan upacara merias rambut (menata kondai). Upacara ini dilaksanakan dikala anak memperoleh haid pertama kali.

C. Upacara Adat Perkawinan

Di Sumatera Barat , nagari merupakan suatu wilayah otonom yang sanggup saja mempunyai sopan santun yang berlainan dari nagari lain. Apabila terjadi ijab kabul antarnagari Minangkabau , maka jalan yang ditempuh merupakan melakukan kompromi untuk menyeleksi ijab kabul sopan santun Minang mana yang mau dilaksanakan. Dua diantaranya merupakan ijab kabul sopan santun Minang Lubuk Jantan dan Bayur Maninjau. Adanya persinggungan antar sopan santun nagari di Minang inilah yang melahirkan peraturan gres yang diadaptasi dengan suasana dan kondisi. Demikian halnya bagi mereka yang tinggal di perantauan.

Dalam prosesi ijab kabul sopan santun Minang khas Lubuk Jantan , sehabis Ijab Kabul selesai di mesjid , Marapulai dikirim oleh orang renta dan keluarga mengunjungi anak daro di rumahnya. Kedatangan marapulai di rumah anak daro ini disambut dengan tari Gelombang , pepatah petitih , dan tari Persembahan. Semua itu mengambarkan bahwa marapulai diterima oleh keluarga anak daro. Kemudian , prosesi ijab kabul dilanjutkan dengan mencuci kaki yang ditangani oleh ibu anak daro. Upacara ini mengambarkan bahwa marapulai diterima dengan nrimo lahir batin oleh keluarga anak daro.

Selanjutnya , sang marapulai berjalan di atas kain putih yang eksklusif digulung alasannya merupakan dihentikan diinjak oleh semua orang selain marapulai. Ritual ini mengambarkan mempelai membangun keluarga gres yang insya Allah tidak akan diusik oleh siapa pun. Setelah itu , kedua mempelai duduk di atas pelaminan.

Sementara itu , prosesi ijab kabul sopan santun Minang Bayur Maninjau didahului dengan tahap rosok aie rosok minyak. Tahap ini menggambarkan proses mencari kata sepakat ihwal perjodohan sebelum terjadinya ijab kabul , utamanya di Nagari Bayur Maninjau , Minangkabau. Jika sudah ada janji antara kedua belah pihak , maka diputuskan hari baik untuk maantaan tando mengirim tanda melamar. Jika kandidat yang dimaksud kebetulan bako (anak kerabat ayah yang perempuan) maka disebut dengan kuah talenggang kanasi. Jika yang menjadi kandidat bukan dari pihak bako , maka disebut tapungkang dibalam.

Setelah itu , ditangani tahap manjapuik kandidat minantu. Pada tahap ini pihak kandidat mempelai pria tiba ke tempat tinggal kandidat mempelai perempuan. Tujuannya untuk bertandang dan menjemput kandidat mempelai perempuan yang mau bermalam 2-3 malam di rumah kandidat pengantin laki-laki. Selama kandidat pengantin perempuan tidur dan bermalam di rumah pihak pria , maka kandidat pengantin pria tidak dibenarkan tidur di rumahnya. Bila malam bertandang ini rampung maka kandidat mempelai perempuan dikirimkan kembali ke rumahnya dengan memberi tanda mata. Tanda mata tersebut lazimnya berupa seperangkat baju yang mau dikenakan pada program ijab kabul adat.

Setelah itu , diadakan program manakik hari. Acara tersebut merupakan program menyeleksi hari baik untuk melangsungkan program pemikahan adat. Tahapan tersebut dilanjutkan dengan prosesi program baduduak. Tahapan ini merupakan rangkaian antisipasi dan pelaksanaan pesta ijab kabul di kediaman kandidat mempelai perempuan.

D. Upacara Adat Kematian

Jika seseorang sedang menghadapi tamat hidup , seluruh keluarga dan kerabatnya berkumpul untuk membimbingnya membaca ayat-ayat Alquran. Pada dikala seseorang sudah meninggal , jenazahnya diselimuti dengan kain-kain yang halus selaku tanda penghormatan terakhir. Untuk memandikan mayat ditangani oleh golongan orang yang sudah ditunjuk. Setelah dimandikan , mayat diwudukan untuk disalatkan. Kemudian , mayat diberi kafan yang sudah diiris dan disobek tepinya apalagi dahulu. Selanjutnya , mayat diikat dengan tali pengikat sebanyak lima buah ikatan , yakni pada bab kepala , pundak , pinggang , paha , dan kaki. Sebelum dikuburkan , mayat disalati di dalam rumah atau di masjid.

Setelah disalati , mayat dimasukkan ke dalam tandu yang ditutup dengan beberapa lapis kain dan kain berwarna hitam selaku lapisan terakhir. Ketika tandu mayat diangkat , belum dewasa almarhum melintas sebanyak tiga kali di bawah tandu jenazah. Akhirnya , mayat dibawa ke pemakaman. Selanjutnya , diadakan upacara meniga hari , menujuh hari , 2 x 7 hari , 40 hari , 100 hari , dan meniadakan jejak.

E. Upacara Adat Lainnya

Salah satu upacara yang cukup kondang merupakan tabuik. Tabuik merupakan peringatan setempat dalam rangka memperingati Asyura , gugurnya Imam Husain , cucu Muhammad. Upacara Tabuik yang ditangani oleh penduduk Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat , utamanya di Kota Pariaman. Tabuik merupakan ungkapan untuk usungan mayat yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Upacara melabuhkan tabuik ke bahari ditangani setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharam.

upacara sopan santun tabuik
Upacara Tabuik
Selain upacara Tabuik , ada upacara Tulak Bala. Upacara ini ditangani untuk menolak , menangkal , atau menangkal segala jenis kejadian yang sanggup membahayakan kehidupan manusia. Sementara itu , kalau ingin memohon keamanan terhadap Tuhan YME , penduduk Minangkabau mengadakan upacara Marahimin. Upacara ini ditangani pada waktu akan turun ke sawah dan menaburkan benih padi , pada dikala berjangkitnya wabah penyakit , dan berlangsungnya kemarau panjang.

Masyarakat Minangkabau juga melakukan upacara Mangido Ubat Ni Eme yakni upacara untuk memohon kesuburan bagi tanaman padi. Di nagari Cubadak banyak terdapat tambang emas , penduduk di sekitarnya mengadakan upacara Manogeh Tombang. Upacara ini diadakan selaku tuntutan mudah-mudahan diperbolehkan mendulang emas dan mendapatkan hasil yang banyak. Jika akan membuka hutan untuk areal persawahan atau perladangan , lazimnya penduduk Minangkabau mengadakan upacara Tatau. Upacara ini berencana menghalau makhluk-makhluk halus mudah-mudahan tidak mengusik pekerjaan.

Upacara Parahu Turun Ka Lauik lazimnya ditangani oleh penduduk nelayan yang tinggal di tepi pantai dalam kerja keras menangkap ikan. Upacara ini berencana untuk memohon keamanan selama melakukan pelayaran dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Selain itu , para nelayan juga mengadakan upacara Malimaui Pasie. Upacara ini ditangani sebelum mereka turun ke laut. Mereka menyirami benda-benda yang mau dibawa dan perahu-perahu dengan air yang sudah diaduk dengan kulit jeruk/limau , bunga-bungaan , dan daun-daunan.

:
Upacara Adat Lampung Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat Masyarakat Sumatera Utara Lengkap Penjelasannya

Demikian ulasan ihwal "Upacara Adat Sumatera Barat Lengkap Penjelasannya" yang sanggup kami sampaikan. postingan kebudayaan Sumatera Barat menawan yang lain di situs .
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon