Showing posts sorted by relevance for query nabi-muhammad-diangkat-menjadi. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query nabi-muhammad-diangkat-menjadi. Sort by date Show all posts

Nih Misi Kerasulan Nabi Muhammad, Bukti Kerasulan Nabi Muhammad, Dan Usaha Bersama Sobat Menghadapi Masyarakat Mekah

Nabi Muhammad saw adalah seorang rasul pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun (kurang dari seperempat abad), dia telah menghasilkan tiga karya besar yang belum pernah dicapai oleh pemimpin manapun di seluruh dunia semenjak Nabi Adam a.s. hingga sekarang. Untuk jelasnya, pada serpihan ini, kau akan berguru perihal misi Nabi Muhammad saw. untuk menyempurnakan akhlak, membangun insan mulia dan bermanfaat. Misi Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat. Selain itu, kau akan berguru perihal usaha Nabi Muhammad saw. dan para sobat dalam menghadapi masyarakat Mekah.

Misi Kerasulan Nabi Muhammad SAW    Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah SWT mempunyai beberapa misi antara lain:
1. Menyempurnakan Akhlak
    Akhlak Nabi Muhammad saw. merupakan pola yang tidak ada bandingannya. Bukan hanya dipuji oleh manusia, tetapi juga oleh Allah swt.
Hal ini sanggup dilihat dalam firman-Nya:
adalah seorang rasul pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah Nih Misi Kerasulan Nabi Muhammad, Bukti Kerasulan Nabi Muhammad, dan Perjuangan Bersama Sahabat Menghadapi Masyarakat Mekah
Artinya:
“Dan sesunguhnya kau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung“. (Surah Al-Qalam [68]: 4).
Ketika Aisyah binti Abu Bakar (istri Nabi Muhammad) ditanya perihal adab Nabi Muhammad saw., ia menjawab : “Akhlaknya yakni Al-Qur’an “. (H.R. Ahmad dan Muslim).
adalah seorang rasul pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah Nih Misi Kerasulan Nabi Muhammad, Bukti Kerasulan Nabi Muhammad, dan Perjuangan Bersama Sahabat Menghadapi Masyarakat Mekah
Artinya:
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (H.R. Ahmad).
    Hadis di atas mengisyaratkan bahwa adab merupakan pemikiran yang diterima Rasulullah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada dikala itu dalam kejahiliyahan. Pada dikala itu, insan mengagungkan hawa nafsu dan sekaligus menjadi hamba hawa nafsu. Ajaran adab yang dibawa Nabi Muhammad tersebut terangkum dalam sebuah hadi£ yang artinya: “Hai Muhammad, beritahu padaku perihal iman, kepercayaan yaitu engkau percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari kebangkitan. Kemudian, Jibril bertanya lagi, hai Muhammad apa yang dimaksud dengan Islam? Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad yakni utusan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Baitullah bila mampu. Kemudian, Jibril bertanya lagi, “Hai Rasulullah apa yang dimaksud dengan ihsan? Ihsan, yaitu engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihatnya. Apabila engkau tidak melihatnya, maka Dia niscaya melihatmu.” (H. R. Muslim)
    Hadis di atas menjelaskan bahwa misi pemikiran adab yang dibawa Nabi Muhammad berupa tiga hal, yaitu: iman, Islam, dan ihsan. Ketiganya merupakan proses yang kontinu yang hendaknya dilakukan seorang Muslim. Ini semua tidak hanya merupakan kewajiban bagi seorang Muslim, tetapi juga merupakan pendidikan yang dilakukan seumur hidup guna membentuk adab yang baik terhadap Allah swt. dan sesama makhluk. Berdasarkan hadis tersebut, kita sanggup mengetahui bahwa tujuan berakhlak itu supaya kekerabatan kita dengan Allah dan makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
2. Membangun Manusia yang Mulia dan Bermanfaat
    Nabi Muhammad saw. mempunyai misi mengajarkan perihal persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan biar penyelesaian dilema dihentikan dilakukan dengan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang tenang dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad saw. ketika mendamaikan masyarakat Mekah dikala akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya. Nabi Muhammad mengajarkan biar insan bekerja keras untuk sanggup memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya, dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang berpengaruh harus mengasihi yang lemah. Orang bau tanah harus mengasihi anaknya, baik anak itu pria maupun perempuan. Sebaliknya, anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat sanggup memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram, dan sejahtera. Terbukti, dikala ini, keadaan Masyarakat Mekah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera, dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada pemikiran Nabi Muhammad saw.

Bukti-Bukti Nabi Muhammad Diutus Allah Sebagai Seorang Rasul
    Beberapa bukti yang menyakinkan kerasulan Nabi Muhammad SAW yakni sebagi berikut:
1. Rahmat bagi Alam Semesta    Firman Allah swt.:
adalah seorang rasul pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah Nih Misi Kerasulan Nabi Muhammad, Bukti Kerasulan Nabi Muhammad, dan Perjuangan Bersama Sahabat Menghadapi Masyarakat Mekah
Artinya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Surah Al-Anbiya' [21] : 107)
    Nabi Muhammad diutus oleh Allah swt. sebagai rahmat bagi seluruh alam. Hal ini sanggup berarti bahwa nilai-nilai yang dibawa Nabi bertujuan untuk keberkahan, kedamaian, cinta kasih, dan kesejahteraan bagi seluruh makhluk di alam ini.
Bukti bahwa Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat bagi alam semesta ini adalah:
a. Memusnahkan segala jenis syirik. Contohnya, menyembah berhala, sihir, dan ramal diganti dengan keimanan kepada Allah swt.
b. Memusnahkan adat tradisi jahiliyah yang menyimpang. Contohnya, membuka aurat, peperang antarsuku, kikir, dan pemarah diganti dengan adab yang mulia.
c. Menegakkan sebuah sistem kehidupan yang seluruhnya berdiri di atas tauhid, baik ekonomi, politik, sosial, kemasyarakatan, seni maupun olahraga.
d. Melakukan sebuah perubahan terhadap hati sanubari, pemikiran, dan peraturan hidup umat manusia.
e. Mempersatukan semua ras, semua suku, semua golongan insan di bawah sebuah sistem yang berlandaskan tauhid.
2. Pembawa Kedamaian, Kesejahteraan, dan Kemajuan Masyarakat
    Agama Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi manusia. Hal ini bisa kita saksikan semenjak zaman permulaan Islam berkembang di Mekah dan Madinah. Tidak ada seorang pun insan yang dirugikan. Di mana pun Islam berada, pastilah menjadi pelindung bagi masyarakatnya. Begitu juga dengan masyarakat Madinah sebagai pedoman membina kesatuan dan persatuan bangsa bagi penyelenggaraan pembangunan dikala ini. Sejak awal, Islam tidak memandang perbedaan etnis. Sebagai anggota bangsa, setiap suku bangsa sepantasnya saling membantu untuk kesejahteraan keseluruhan bangsa. Persatuan dan kesatuan, saling mengamalkan kemampuan masing-masing, dan rasa wajib menolong sesama yang kekurangan yakni modal utama pembangunan Setelah tiba dan berkembangnya Islam, masyarakat Madinah bisa mencicipi manfaatnya, baik secara individu maupun manfaat yang dirasakan secara berkelompok dan bernegara. Hal ini bisa dirasakan terutama ketika Islam eksklusif dibawa dan disebarluaskan oleh Rasulullah saw. ke Madinah.
Bukti kerasulan Nabi Muhammad saw. yakni sebagai berikut:
a. Nabi Muhammad saw. seorang Nabi yang menjadi juru damai, ibarat pada saat-saat suku bangsa di sekitar Kakbah bertengkar dan hampir saling membunuh. Dengan serempak, mereka meminta Al-Amin menjadi juru damai. Hanya seorang yang sangat cerdaslah bisa mengambil keputusan dengan cepat menggelar sorbannya, mengangkat hajar aswad ke tengah sorbannya dan mempersilakan yang bertengkar mengangkat setiap ujung sorbannya. Beliau, kemudian menempatkan Hajar Aswad pada tempatnya. Semua masyarakat merasa puas.
b. Ketika masyarakat Arab menonjolkan keturunan dan sukunya, mereka sering berselisih, bertengkar, dan berperang biar sukunya (kabilah) menjadi yang paling terhormat di antara suku yang lain. Mereka pun sangat membanggakan harta dan tahta, hingga gonta-ganti wanita. Semakin banyak harta dan mempunyai banyak budak, semakin mereka merasa mulia. Setelah Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi Rasullullah dan mengajarkan bahwa kemuliaan insan tidak dilihat dari harta, keturunan, kekuatan, tahta serta jabatannya dalam masyarakat. Namun, kemuliaan insan terletak kepada ketakwaannya kepada Allah swt. dan kemuliaan akhlaknya, baik dalam sikap, perkataan, dan perbuatan.
c. Kemajuan dalam bermasyarakat, ibarat mempersaudarakan Muhajirin atau kaum pendatang dengan Ansar (penduduk asli). Mempersatukan dan mempersaudarakan kaum Khas dan Khazraj. Selain itu, mengadakan perjanjian dengan kaum Yahudi di Madinah demi tercapainya hidup berdampingan secara damai, tidak saling mendengki dan tidak saling benci, melainkan melaksanakan agama masing-masing. Tidak saja mengatur soal-soal ibadah dan keimanan, Nabi Muhammad pun mengajarkan perihal kenegaraan, perekonomian, dan kesosialan, yang pelaksanaannya dicontohkan oleh Nabi Muhamamd dengan perbuatan atau dijelaskan dengan perkataan.
Firman Alah swt:
adalah seorang rasul pemimpin dunia terbesar sepanjang sejarah Nih Misi Kerasulan Nabi Muhammad, Bukti Kerasulan Nabi Muhammad, dan Perjuangan Bersama Sahabat Menghadapi Masyarakat Mekah
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan kedatangan hari tamat zaman dan dia banyak menyebut Allah.“ (Surah Al-Ahzab [33]: 21)

Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Sahabat Menghadapi Masyarakat Mekah
     Tiga tahun lamanya, Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Hasilnya, lebih kurang 40 orang menganut agama Islam. Mereka menjadi pengikut Nabi Muhammad yang setia dan rela mempertaruhkan harta benda, bahkan nyawa mereka untuk menegakkan dan membela agama Allah. Akhirnya, turunlah ayat yang memerintahkan Nabi biar memberikan dakwah secara terang-terangan kepada segenap lapisan masyarakat.Mula-mula, yang diserunya kaum kerabatnya dari Bani Hasyim. Disampaikan oleh dia kepada mereka apa yang diperintahkan Allah. Akan tetapi, mereka membangkang dan murka kepada Nabi. Demikian pula keadaan ketika Nabi menyampaikannya kepada kaum Quraisy lainnya. Mereka menyambut dengan usikan dan cemoohan. Abu jahal dan paman Nabi Muhammad sendiri, Abu Lahab, yakni pemimpin dan gembong Quraisy yang sekuat daya menentang dan berusaha mematahkan agama Islam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. tidak eksklusif diterima oleh masyarakat. Oleh lantaran itu, dalam mendakwahkan pemikiran Islam, sangat hati-hati dan yang diutamakan yakni para sobat dan keluarga terdekatnya terlebih dahulu. Orang-orang Quraisy menolak agama Islam disebabkan beberapa hal.  Pertama, ajaran-ajarannya bertentangan dengan kepercayaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka turun temurun. Kedua, dengan diterimanya agama Islam, kedudukan mereka yang tinggi selama ini akan jatuh merosot. Ketiga, laba yang mereka peroleh dari perdagangan patung dan lainnya akan luput dari tangan mereka. Tidaklah heran jika mereka itu menentang Islam dan merintanginya secara mati-matian. Mula-mula, mereka meminta kepada Abu Talib biar melarang keponakannya menyiarkan agama itu. Karena usaha Abu Talib tidak berhasil, mereka pun memakai kekerasan di luar batas perikemanusiaan, baik terhadap sahabat-sahabat Nabi maupun terhadap diri Nabi Muhammad saw.
       Berbagai macam siksaan mereka lakukan kepada Nabi. Ia pernah dilempari dengan kerikil dan najis, dipukul dan diludahi mukanya, bahkan ada yang hendak mencekik lehernya. Sahabat-sahabat Nabi pun tak luput dari siksaan. Sewaktu Umayya ibnu Khalaf mengetahui bahwa budak hi tamnya yang berjulukan Bilal ibnu Rabah masuk Islam, ia sangat marah. Bilal disiksa tanpa diberi makan dan minum. Kemudian, Bilal ditelentangkan di pasir yang panas. Dadanya ditindih dengan kerikil sehingga dia sukar untuk bergerak. Sebagai muslim yang taat, Bilal tetap tabah dan tidak goyah imannya kepada Allah swt. Namun, akibatnya Abu Bakar menyelamatkan dan membebaskan Bilal dari siksaan Umayya. Bilal dibeli dan dimerdekakan oleh Abu Bakar, Setelah kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy tidak berhasil, mereka mengatur siasat lain, yaitu mendekati dan membujuk Nabi Muhammad. Mereka mengirim utusan kepada Nabi dan memperlihatkan apa yang diingininya, ibarat harta, pangkat, kedudukan, bahkan wanita-wanita bagus untuk jadi isterinya. Semua ditolak oleh Nabi, bahkan kepada pamannya, Abu Talib, Nabi menyampaikan : “Demi Allah, wahai Pamanku! Seandainya mereka letakkan bulan di tangan kiriku dan matahari di tangan kananku dengan maksud biar saya menghentikan tugasku, saya tidaklah akan meninggalkannya, hingga usahaku berhasil atau saya binasa karenanya.”
       Setelah bujukan-bujukan gagal, orang-orang Quraisy kembali melaksanakan kekerasan kepada kaum Muslimin. Itulah sebabnya, Nabi menyuruh mereka hijrah ke Habsyi (Ethiopia) hingga dua kali untuk menyelamatkan diri. Nabi sendiri bersama sahabat-sahabatnya yang lain tetap menjalankan kiprah di Mekah sekalipun mengalami aneka macam kesulitan. Usaha orang-orang Quraisy selalu kandas. Bahkan sebaliknnya, agama Islam semakin berkembang. Mereka pun semakin murka dan mengambil tindakan yang lebih kejam. Mereka menciptakan perjanjian sepihak bahwa seluruh kaum kerabat Nabi dari Bani Hasyim dan Bani Muthallib, baik yang telah menganut Islam maupun yang belum, kecuali Abu Lahab, diboikot dan diasingkan. Tidak seorang pun dibolehkan mengadakan kekerabatan dengan mereka, baik untuk berjual beli, memberi dukungan maupun melaksanakan perkawinan.
       Perjanjian itu mereka tulis di atas sahifah atau plakat, kemudian mereka gantungkan di Kakbah. Mereka bersumpah tidak akan mencabut sebelum Nabi Muhammad diserahkan ke tangan mereka. Akan tetapi, Muhammad tak juga diserahkan. Akibatnya, mereka terpaksa disingkirkan ke lembah-lembah dan hidup dari pucuk-pucuk dan urat-urat kayu. Tiga tahun lamanya kaum Muslimin menderita akhir perjanjian sahifah itu. Akhirnya, datanglah pertolongan Allah. Pemuka-pemuka Quraisy merasa kasihan dan tidak hingga hati melihat penderitaan kaum Muslimin hingga pengasingan itu mereka batalkan.

Nih Nabi Muhammad Diangkat Menjadi Rasulullah (Kisah Diangkatnya Muhammad Menjadi Rasulullah)

     Ketika beristrikan Khadijah, Muhammad sering mengasingkan diri atau ber-tahanus di Gua Hira yang terletak di kaki Jabal Nur, kira-kira 5 km sebelahTimur kota Mekah. Hal tersebut berlangsung cukup lama, ialah 5 tahun. Di sana, dia munajat atau memohon kepada Allah swt. semoga diberi bimbingan dan pertunjuk jalan yang benar.
     Dalam persemediannya di Gua Hira pada umur 40 tahun, atau pada malam 17 bulan rahmat 611 M bertepatan tanggal 6 Agustus 610 M, malaikat Jibril datang menemui beliau, menyodorkan selembar kain bersulamkan tulisan-tulisan. Lalu, disuruhnya Muhammad membaca goresan pena itu. Ketika itu, Muhammad menyatakan bahwa ia tidak sanggup membaca. Dipeluknyalah Muhammad dengan akrab hingga sesak nafasnya. Kemudian, dilepaskan dan disuruhnya lagi membaca. Muhammad pun menjawab: “Aku tidak sanggup membaca”. Kembali, Muhammad dipeluknya lagi. Lalu, dilepaskan dan disuruhnya lagi untuk membaca. Hal ini berulang tiga kali. Setelah itu, barulah diajarkan oleh malaikat Jibril wahyu yang pertama, yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan insan apa yang tidak diketahuinya” (Surah Al-Alaq [96] : 1-5)

     Setelah itu, disampaikanlah info bahwa Muhammad telah diangkat oleh Allah menjadi Rasul atau utusan kepada manusia. Lalu, Jibril pun keluar dan menghilang. Kejadian yang tidak diduga-duga ini menjadikan Muhammad jadi gugup dan takut. Dikemasinya barang-barangnya. Dalam ketakutan, ia segerapulang. Sesampainya di rumah, ia masih dalam cemas dan menggigil bagai orang kedinginan dan minta diselimuti oleh istrinya, Khadijah.
     Melihat insiden itu, Khadijah menjadi cemas dan sesudah suasana agak reda, dinyatakanlah apa yang telah terjadi. Mendengar kisah suaminya, Khadijah berusaha menghiburnya dan menyatakan bahwa yang tiba itu tidak lain melainkan roh suci. Katanya roh-roh itu hanya datang kepada para nabi. Muhammad dibawa oleh Khadijah kepada saudara sepupunya bernama Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Kristen yang mahir dalam masalah kitab-kitab suci. Tatkala diceritakan oleh Muhammad apa yang telah terjadi, Waraqah pun menepukan tangannya, dengan berkata: “Inilah dia Namus (nama malaikat Jibril dalam Taurat dan Alkitab yang pernah tiba kepada Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan lain-lain). Sebenarnyalah kamu telah diangkat menjadi Rasul, tetapi tentulah pula akan dimusuhi dan diusir oleh orang-orang Quraisy.”
     Muhammad pada mulanya telah menaruh impian besar, tetapi kembali terkejut. Lalu, dia bertanya : Betulkah saya akan diusir, dan mengapa saya diusir? Waraqah membuktikan bahwa demikianlah halnya nasib nabi-nabi dan rasul-rasul sejak dahulu. Mereka selalu menerima tantangan dan penganiayaan dari kaumnya. Waraqah juga berjanji bahwa jikalau tiba saatnya nanti, sedang ia masih hidup, pasti ia akan menjadi pembela dan pengikut Muhammad yang setia.

Tahukah Kamu?
      Peristiwa turunnya wahyu yang pertama itu dikenal dengan “Nuzulul Qur’an,” artinya hari permulaan
turunnya Kitab Suci Al-Qur’an. Nuzulul Qur’an pun diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia. Sebagaimana kenyataan bagi kita bahwa insiden itu sama waktunya dengan pengangkatan Muhammad sebagai Rasul.

Nih Keyakinan Kepada Rasul-Rasul Allah


A. Pengertian Iman Kepada Rasul-rasul Allah
     Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun kepercayaan yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud kepercayaan kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul ialah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk mendapatkan wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat insan biar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

    Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)

    Berdasarkan hadis di atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada 25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Alquran dan mereka inilah yang wajib kita ketahui, yaitu:
1. Adam AS. 
       bergelar Abu al-Basyar (Bapak semua manusia) atau insan pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
2. Idris AS. 
       ialah keturunan ke 6 dari nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di sebuah tempat berjulukan Babilonia. Beliau berguru kepada nabi Syits AS.
3. Nuh AS. 
       ialah keturunan yang ke 10 dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat dia yang membangkang ditenggelamkan oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan dia dan umatnya diselamatkan oleh Allah swt. lantaran naik perahu yang sudah dia persiapkan atas petunjuk Allah swt.
4. Hud AS. 
       ialah seorang rasul yang diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati tempat Ahqaf, terletak diantara Yaman dan Aman (Yordania) hingga Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi Arabia.
5. Shaleh AS.
       Beliau masih keturunan nabi Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati tempat Hadramaut, yaitu daratan yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud bekerjsama masih keturunan kaum ‘Ad.
6. Ibrahim AS. 
       putra Azar si pembuat patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu tempat yang terletak antara sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru dengan raja Namrud, sehingga dia dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat, tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, lantaran diselamatkan Allah swt. Beliau juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), lantaran anak cucunya banyak yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at dia banyak diamalkan oleh Nabi Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan.
7. Luth AS. 
       Beliau keponakan nabi Ibrahim, dan dia banyak mencar ilmu agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt. kepada kaum Sodom, pecahan dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan watu bercampur api lantaran kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama lantaran sikap mereka yang suka mensodomi kaum laki-laki.
8. Ismail AS. 
       ialah putra nabi Ibrahim AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam. Beliau ialah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim, sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
9. Nabi Ishak AS. 
       putra Nabi Ibrahim dari isterinya, Sarah. Makara nabi Ismail dengan nabi Ishak ialah saudara sebapak, berlainan ibu.
10. Ya’qub AS. 
       ialah putra Ishaq AS. Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Alquran dengan sebutan al Asbath, diantaranya ialah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja dan rasul Allah swt.
11. Yusuf AS.
       putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah nabi yang dikisahkan dalam al Alquran sebagai seorang yang mempunyai paras yang tampan, sehingga semua perempuan bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
12. Ayyub AS. 
       ialah putra Ish . Ish ialah saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Makara nabi Ayyub dan nabi Yusuf ialah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Alquran sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt. (bacalah kembali kisahnya)
13. Dzulkifli AS. 
       putra nabi Ayyub AS. Nama aslinya ialah Basyar yang diutus setelah Ayyub, dan Allah memberi nama Dzulkifli lantaran ia senantiasa melaksanakan ketaatan dan memeliharanya secara berkelanjutan
14. Syu’aib AS.
       masih keturunan nabi Ibrahim. Beliau tinggal di tempat Madyan, suatu perkampungan di tempat Mi’an yang terletak antara syam dan hijaz bersahabat danau luth. Mereka ialah keturunan Madyan ibnu Ibrahim a.s.
15. Yunus AS. 
       ialah keturunan Ibrahim melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke wilayah Ninive, tempat Irak. Dalam sejarahnya dia pernah ditelan ikan hiu selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah swt.
16. Musa AS. 
       ialah masih keturunan nabi Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh Allah swt.
17. Harun AS. 
       ialah saudara nabi Musa AS. Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir.
18. Dawud AS.
       ialah seorang panglima perang bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat, yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari puasa, sehari tidak.
19. Sulaiman AS. 
       ialah putra Dawud. Beliau juga populer sebagai seorang raja yang kaya raya dan bisa berkomunikasi dengan hewan (bisa bahasa binatang).
20. Ilyas AS. 
       ialah keturunan Nabi Harun AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan.
21. Ilyasa AS. 
       berdakwah bersama nabi Ilyas kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua, sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling pundak membahu berdakwah di kalangan Bani Israil.
22. Zakaria AS. 
       seorang nabi yang dikenal sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, perempuan suci yang kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
23. Yahya AS. 
       ialah putra Zakaria. Kelahirannya merupakan keajaiban, lantaran terlahir dari seorang ibu dan ayah (nabi Zakaria) yang ketika itu sudah bau tanah renta, yang secara lahiriyah mustahil lagi bisa melahirkan seorang anak.
24. Isa AS. 
       ialah seorang nabi yang lahir dari seorang perempuan suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat Kristen.
25. Muhammad SAW. 
       putra Abdullah, lahir dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau ialah nabi terakhir yang diberi wahyu Al Alquran yang merupakan kitab suci terakhir pula.

B.Tugas Para Rasul
    Tugas pokok para rasul Allah ialah memberikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat kiprah mereka, maka Allah swt. memperlihatkan keistimewaan yang luar biasa yaitu berupa mukjizat.
    Mukjizat ialah suatu keadaan atau tragedi luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin Allah swt. untuk mengambarkan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau mendapatkan pedoman yang dibawakannya.
Adapun kiprah para nabi dan rasul ialah sebagai berikut:
1. Mengajarkan aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat insan bahwa:
a. Allah ialah Dzat Yang Maha Kuasa dan satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah)
b. Allah ialah maha pencipta, pencipta alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c. Allah ialah dzat yang pantas dijadikan Tuhan, sembahan insan (tauhid uluhiyah)
d. Allah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan kepada umat insan bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt.  Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini ialah ibadah mahdhah menyerupai salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah ialah kesesatan.
3. Menjelaskan hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dihentikan dan mana yang harus dikerjakan berdasarkan perintah Allah swt.
4. Memberikan contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama menyerupai berkata benar, sanggup dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan kepada umatnya wacana berita-berita mistik sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah swt.
6. Memberikan kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada perintah Allah swt. dan rasulNya bahwa mereka akan mendapatkan jawaban surga, sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar derita bagi umat insan yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt, terhadap insan atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al Bayyinah: 6-8)
    Tugas-tugas rasul di atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai berikut:
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad bin Hanbal)

C.Tanda-Tanda Beriman Kepada Rasul-rasul Allah
    Di antara gejala orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah ialah sebagai berikut:
1.Teguh keimanannya kepada Allah swt
    Semakin besar lengan berkuasa keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin besar lengan berkuasa pula keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul ialah bukti keimanan kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Alquran yang menyuruh taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan sebagainya.
    Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama ialah pernyataan seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain, beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan menghindari apa yang dilarangnya ialah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.
2. Meyakini kebenaran yang dibawa para rasul
    Kebenaran yang dibawa para rasul tidak lain ialah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah ialah dilema yang sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, lantaran wahyu Allah sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
    Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jikalau terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang eksklusif bisa mendapatkan suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut.
Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut:
“Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285)
    Bagi tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi Muhammad saw. tentulah kebenaran atau pedoman yang diamalkannya ialah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan yang lain
    Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin ialah menyerupai yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: yang artinya sebagai berikut:
"...Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4. Menjadikan para rasul sebagai uswah hasanah
    Para rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya ialah orang-orang pilihan di antara mereka. Sebelum mendapatkan wahyu dari Allah swt, mereka ialah orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi teladan sikap atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya.Apalagi setelah mendapatkan wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, lantaran mereka selalu menerima bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).

Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji tersebut ialah sebagai berikut: 1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu sanggup dipercaya, jujur, mustahil khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen memberikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul ialah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka ndeso atau idiot (baladah).
c. Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) menerima sanjungan dan kebanggaan yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan lantaran akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan sesungguhnya kau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S. Al Qalam: 4)
5. Meyakini rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah ialah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia.        
    Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh insan (umatnya) manakala mereka eksklusif merespon terhadap kiprah rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107)
6. Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir
    Nabi Muhammad saw. ialah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul setelah dia saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut:
Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang pria diantara kamu, tetapi dia ialah rasulullah dan epilog para nabi. Dan ialah Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40)
Dalam ayat ini Allah menyatakan secara terperinci bahwa Muhammad ialah khatamannabiyin (penutup para nabi).

7. Mencintai Nabi Muhammad saw.
    Mencintai nabi Muhammad saw. ialah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mengasihi Rasulullah saw. jikalau ia masih menomorduakan kecintaan kepada dia di bawah kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut:
“ Katakanlah , “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian ; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai ialah lebih kalian cintai daripada Allah dan RasulNya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah tidak memperlihatkan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24)
    Kecintaan kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang. Lebih dari itu, manisnya kepercayaan akan dirasakan seorang muslim jikalau dia telah mengakibatkan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda:
Ada tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman: 1) orang yang mengasihi Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya; 2) orang yang mengasihi seseorang hanya lantaran Allah; 3) orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.
(H.R. Muttafaq alaih )


D.Bukti-bukti Cinta Kepada Rasul
    Bukti-bukti cinta kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya:
1. Dalam ibadahnya; diwujudkan dalam bentuk ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan beliau. Beliau bersabda:
Salatlah kalian sebagaimana saya salat. (H.R. Bukhari)
2. Dalam tatacara berpakaian yang menutup aurat, sopan, higienis dan indah, makan makanan yang halal, higienis dan bergizi, makan tidak hingga kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3. Dalam berkeluarga, contohnya sebagai seorang suami yang harus melindungi, mengasihi dan menyayangi keluarganya. Beliau bersabda:
Telah ditanamkan padaku di dunia ini tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
4. Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan tipe insan individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
5. Sebagai anggota masyarakat, Beliau bukan insan yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.

E. Nilai-nilai Yang Harus Diaplikasikan Dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Istiqamah dalam menjalankan syari’at agama
2. Tabah dan sabar dalam menghadapi petaka
3. Selalu optimis dan tidak pernah frustasi
4. Peduli terhadap kaum dhu’afa
5. Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
6. Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul Allah
7. Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa oleh para Rasul
8. Meyakini para Rasul mempunyai sifat-sifat terpuji
9. Menjadikan Rasul sebagai suri tauladan

(Dinukil dari buku” Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah saw, hal 75-79 disusun oleh K.H. Firdaus A.N., Publicita, Jakarta , 1977)(image source:google.com)

Nih Cerita Kala Kecil, Remaja, Dan Cukup Umur Nabi Muhammad Saw

1. Masa Kecil Nabi Muhammad SAW
      Muhammad menjadi anak yatim alasannya ialah ayahnya, Abdullah, meninggal dunia sebelum dia lahir.
Kelahiran Muhammad sangat menggembirakan kakeknya, Abdul Muthalib bin Hasyim yang eksklusif membawanya ke Kakbah. Bayi itu dinamainya dengan nama yang tidak lazim pada waktu itu di kalangan masyarakat Arab, yaitu Muhammad atau Ahmad. Muhammad tidaklah disusukan oleh ibunya, tetapi diserahkan kepada wanita dusun. Hal itu telah menjadi kebiasaan bangsa Quraisy. Ia disusukan pada Halimatus Sa’diyah (Halimah). Di dusun Halimahlah, Muhammad dibesarkan bersama anak-anaknya. Seperti halnya saudara-saudara sesusunya
Muhammad turut menggembala domba. Kira-kira empat tahun lamanya, ia dalam asuhan Halimah.
     Ketika sedang berjalan-jalan dengan ibu angkatnya, ia bertemu dengan orang-orang Yahudi. Mereka terkejut demi mengetahui siapa namanya, lalu menanyakan siapa ayah bundanya. Untunglah dengan petunjuk Allah, Halimah mengaku bahwa ia ialah anaknya sendiri dengan suaminya, sampai hilanglah kecurigaan mereka kalau-kalau ia seorang yatim piatu, sebagai salah satu tanda dari nabi yang terakhir. Karena banyaknya insiden yang asing tersebut, Halimah merasa cemas. Meskipun sangat mengasihi anak angkatnya itu, namun ia terpaksa mengembalikan kepada ibunya, Aminah.
     Akan tetapi, hanya dua tahun Muhammad mencicipi kasih sayang ibunya itu. Karena ketika ia meningkat usia enam tahun, Aminah wafat. Aminah wafat di Abwa, suatu kawasan antara kota Mekah dan Madinah, sesudah berziarah ke makam suaminya di Madinah. Aminah pun dimakamkan di sana.
Sepeninggal Aminah, Muhammad diasuh oleh Abdul Muthallib. Kakeknya ini amat sayang alasannya ialah tingkah lakunya yang baik dan sopan dalam pergaulan. Akan tetapi, gres dua tahun dalam asuhannya, Abdul Muthallib wafat, yaitu ketika Muhammad meningkat usia delapan tahun.

2. Masa Remaja Nabi Muhammad SAW
      Sebagian besar, orang beropini bahwa kehidupan masa remaja adalah saat-saat yang paling indah dan mengasyikkan. Pada masa ini, penuh dengan hal-hal yang menggairahkan. Hal ini biasanya diperoleh dengan dukungan banyak sekali aspek, mulai dari kasih sayang orang bau tanah dan keluarga, tersedianya kemudahan sebagai pendukung berkembangnya aktivitas, dan adanya perhatian dari lawan jenis. Kondisi menyerupai itu tidak pernah dirasakan secara leluasa oleh Muhammad. Beliau merasa masa-masa indah itu hanya milik orang lain.
Sebelum Abdul Muthallib meninggal dunia, dia berwasiat agar sepeninggalnya, Muhammad hendaklah dipelihara dan diasuh oleh Abu Talib, yaitu abang dari Abdullah.
     Keberadaan Abu Talib bin Abdul Muthallib tidaklah berlebihan sehingga hal ini turut memperlihatkan corak kehidupan yang dijalani Muhammad sehari-hari. Selain tidak sempat mengecap pendidikan yang memadai, dia juga harus menikmati kehidupan sederhana. Kegiatan sehari-harinya menggembala biribiri dan sering mengikuti kafilah berdagang ke banyak sekali kota. Dalam usia 12 tahun, dia telah berani mengiringi serombongan kafilah untuk berdagang.
     Dalam perjalanan melewati Bushra, mereka bertemu dengan seorang pendeta Nasrani berjulukan Bahaira. Berdasarkan riwayat yang didengarnya dari Abu Talib, pendeta itu merasa yakin bahwa anak inilah yang akan menjadi Nabi
akhir zaman sebagai apa yang dijanjikan di dalam kitab-kitab suci. Abu Talib disarankan untuk segera pulang dan menjaga anaknya baik-baik, terutama dari kejahatan orang Yahudi. Abu Talib segera pulang sesudah mengetahui bahwa keponakannya itu akan menjadi orang penting di kemudian hari.
     Muhammad remaja populer sebagai seorang anak muda yang berbudi, ramah tamah, dan banyak memiliki teman. Teman-teman menyegani dan mempercayainya sampai menggelarinya Al-Amin, artinya yang jujur atau yang benar. Ia tidak suka minum khamar atau tuak, bermain judi, dan lain-lain yang menjadi kegemaran orang-orang Quraisy. Apalagi menyembah dan memuja berhala serta mengikuti dogma bangsa Arab. Sebaliknya, ia suka menolong dan membantu orang-orang yang dalam kesusahan, contohnya fakir miskin yang butuh makanan dan musafir-musafiryang tersesat dalam perjalanan.
 
3. Masa Dewasa Nabi Muhammad SAW
     Setelah dewasa, Muhammad mencari penghidupannya dengan berniaga. Modalnya diperoleh dari Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya yang menaruh dogma kepadanya.
Dalam usia 24 tahun, ia pergi berdagang ke Syria dengan ditemani oleh bujang Khadijah, Maisara. Perdagangannya itu memperoleh laba besar. Dalam perniagaan, mereka bertemu dengan seorang pendeta Kristen berjulukan Jurjis, yang meramalkan kenabian Muhammad. Dipesankannya kepada Maisara biar menjaga tuannya dengan hati-hati, terutama terhadap golongan Yahudi.
     Hubungan dagang yang baik antara Muhammad dan Khadijah ini, begitu pula laporan perjalanannya ke Syria dan pertemuannya dengan Jurjis, mengakibatkan Khadijah menaruh minat kepada Muhammad. Hal itu mendapat sambutan selayaknya dan alhasil mereka pun menikah. Usia Muhammad ketika itu 25 tahun, sedangkan Khadijah telah berusia 40 tahun.
     Sewaktu Muhammad berusia 35 tahun, terjadi perselisihan di antara orang-orang Quraisy. Ketika memperbaiki Kakbah dan hendak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula, mereka berebutan hendak melaksanakannya. Masing-masing suku menganggap bahwa sukunyalah yang lebih berhak. Perselisihan ini hampir saja berlarut-larut dan hampir menimbulkan, perang saudara. Untunglah atas ajakan dari seorang pemuka, Muhammad diangkat sebagai hakim. Dengan bijaksana, Muhammad pun berhasil mengatasi kesulitan itu. Dihamparkannya sorbannya, kemudian ditaruhnya Hajar Aswad di atasnya, kemudian kepala suku masing-masing memegang pinggirnya. Kemudian,
secara bersama watu itu diangkat dan alhasil ditaruh oleh Muhammad ke kawasan semula. Demikianlah sengketa itu sanggup diatasi, dan kepercayaan Quraisy kepada Muhammad pun kian bertambah besar.