Mengenal Suku Bangsa Di Maluku Utara Dan Kawasan Persebarannya - Seni Budayaku

Share:
Konten [Tampil]
Suku bangsa utama yang mendiami Provinsi Maluku Utara yakni suku bangsa Module , Pagu , Ternate , Makian Barat (Luar) , Kao , Tidore , Buli , Patani , Maba , Sawai , Weda , Gne , Makian Timur (Dalam) , Kayoa , Bacan , Sula , suku Ange , Siboyo , Kadai , Galela , Tobelo , Loloda , Tobaru , dan Sahu.

Suku Bangsa di Maluku Utara

Berikut ini beberapa suku bangsa di Maluku Utara dan wilayah persebarannya.

1. Suku Bangsa Patani-Maba

Suku bangsa Patani-Maba menempati penggalan timur Pulau Halmahera di Provinsi Maluku Utara. Populasinya mendominasi semenanjung tenggara Halmahera , meliputi wilayah Maba , Patani , dan Gebe. Mereka sanggup didapatkan utamanya di sembilan desa , yakni Patani , Peniti , Tepeleu , Gemya , Kipai , Wailegi , Yeisowo , Banemo , dan Moreala. Sementara di Sibenpopu mereka hidup bantu-membantu dengan para pengguna bahasa Tobelo. Wilayah ini cuma sanggup diraih lewat maritim dari Ternate atau dari Gebe , atau menggunakan kapal yang berlayar sekali sebulan dari Tobelo.

suku-patani-maba-maluku-utara
Suku Patani-Maba
Sebagian besar penduduk Patani-Maba mempunyai mata pencaharian selaku petani atau nelayan , dan sebagian lagi melakukan pekerjaan di industri kayu. Kebanyakan masih mempraktikkan pertanian contoh berpindah yakni berpindah dari waktu ke waktu untuk mendapatkan sumber yang lebih baik sehabis mereka menghabiskan kesuburan lahan di sebuah wilayah. Awal pencucian lahan dilaksanakan dengan proteksi dari tetangga. Sistem koordinasi timbal balik antar tetangga ini disebut gotong royong. Sistem gotong royong dilaksanakan tidak cuma dalam merencanakan lahan gres , tetapi juga dalam membangun rumah , hajatan perkawinan , pemakaman , dan aktivitas yang lain. Arti penting dan nilai dari gotong royong sanggup dilihat pada gerakan tari Cawa.

Suku Patani-Maba menerapkan metode klan. Pasangan yang sudah menikah mesti hidup di luar klan mereka. Setelah menikah , pasangan itu mulanya hidup akrab keluarga suami dan kemudian pindah ke tempat yang gres di saat hidupnya sudah lebih mapan.

Suku Patani-Maba yakni penganut agama Islam. Agama Islam mempunyai efek besar pada budaya suku Patani-Maba. Pengaruh ini terlihat terang pada tari Salaijin , penghafalan Al quran , dan debus , serta pertunjukan yang memasukkan unsur mejik (kekuatan gaib). Pertunjukan debus bermitra dengan metode masa lampau mereka yakni kekuatan supranatural , seumpama menikam diri sendiri tetapi tidak menderita apapun.

2. Suku Bangsa Ternate

Suku bangsa Ternate tinggal di pulau kecil Ternate , akrab dengan pulau yang lebih besar yakni Pulau Halmahera di Provinsi Maluku Utara. Separuh penduduk Ternate berada di Pulau Ternate dan lainnya pindah ke tempat lain , tetapi masih mengaku selaku suku Ternate. Wilayah tujuan migrasi penduduk Ternate meliputi Pulau Bacan dan Pulau Obi , dan daerah-daerah lain di dalam maupun di luar provinsi. Masyarakat Ternate mengatakan dengan bahasa Ternate.

suku-ternate-maluku-utara
Suku Ternate
Mata penelusuran utama penduduk Ternate yakni bertani dan nelayan. Mereka menanam padi , sayuran , kacang polong , ketela pohon , dan ubi jalar serta membudidayakan cengkih , kelapa , pala. Masyarakat Ternate juga dipahami selaku pelaut ulung. Permukiman penduduk Ternate biasanya dibangun sepanjang jalan sejajar dengan garis pantai. Di wilayah pedesaan , rumah dibentuk dari rumput yang dipintal. Di wilayah perkotaan , sanggup didapatkan banyak sekali struktur rumah. Rumah-rumah tersebut banyak disewa oleh pendatang gres dari suku-suku lain.

Sebelum masuknya Islam , penduduk Ternate dikelompokkan ke dalam rumpun keluarga , masing-masing dipimpin oleh momole. Dengan masuknya Islam , momole ini bergabung menjadi satu dipimpin oleh kolano. Kemudian , sehabis Islam kian mempunyai pengaruh , kolano menjadi kesultanan. Pada struktur kolano , struktur wilayah dan korelasi menjadi aspek pemersatu masyarakat. Akan tetapi pada metode kesultanan , agama Islamlah yang menjadi aspek pemersatu itu. Kesultanan Ternate masih ada hingga hari ini , tetapi cuma selaku simbol kekuatan saja.

Mayoritas penduduk Ternate memeluk agama Islam. Di masa lalu. kesultanan Ternate bareng dengan kesultanan Tidore ialah penyebar utama agama Islam di kawasan timur Indonesia.

3. Suku Bangsa Tidore

Sementara banyak etnis menghuni ibukota Tidore Soa-Siu , penduduk Tidore menempati kampung-kampung kecil di pulau itu. Dalam percakapan sehari-hari , penduduk Tidore mengatakan dengan bahasa Tidore. Mereka juga mengerti bahasa Ternate , yang dalam rentang waktu panjang ialah bahasa jual beli di kawasan Halmahera. Masyarakat Tidore bermitra erat dengan tetangga mereka penduduk Ternate dalam hal bahasa , sejarah , sosial kemasyarakatan , dan budaya. Akan tetapi , masing-masing kalangan menjunjung tinggi identitas diri.

suku-tidore-maluku-utara
Suku Tidore 
Tidak ada penduduk Ternate yang akan digolongkan selaku penduduk Tidore , dan sebaliknya. Selama beberapa tahun , penduduk Ternate lebih banyak bermitra dengan penduduk lain di belahan barat Indonesia ketimbang penduduk Tidore. Walhasil , penduduk Tidore kerap kali digolongkan kurang terdidik dibandingkan penduduk Ternate. Akan tetapi , secara biasa , penduduk Tidore lebih tekun dibandingkan penduduk Ternate.

Secara biasa para pengamat budaya membagi wilayah Maluku Utara menjadi beberapa kawasan efek budaya , yakni Ternate , Tidore , dan Bacan. Daerah budaya Tidore meliputi Pulau Tidore , Halmahera Tengah , dan Halmahera Timur. Sebagian besar penduduk Tidore mempunyai mata pencaharian dalam bidang pertanian , nelayan , jual beli , atau pegawai pemerintah. Tanaman budidaya meliputi padi , jagung , ubi jalar , singkong , dan kacang tanah.

Mereka juga menanam banyak rempah-rempah , seumpama cengkih , pala , kelapa , dan kakao. Rempah-rempah ialah ciri khas Kepulauan Maluku dan selaku motivator utama di balik kolonialisme bangsa Eropa. Sistem kekeluargaan penduduk Tidore yakni patrilineal (garis ayah). Kelompok keluarga paling penting yakni klan , yang disebut soa. Menurut tradisi Tidore , perkawinan yang ideal yakni antarsaudara sepupu. Secara tradisional sepasang pengantin gres mempunyai opsi tinggal di akrab keluarga dari mempelai lelaki atau mempelai perempuan.

Masyarakat Tidore ialah pemeluk setia Islam. Pada masa kemudian Kesultanan Tidore bareng dengan Kesultanan Ternate ialah salah satu kekuatan sentral di balik penyebaran dan pengembangan Islam di wilayah Maluku.

4. Suku Bangsa Makian Barat

Suku bangsa Makian Barat , juga disebut Makian Luar , menempati seluruh Pulau Makian kecuali pantai timur yang dihuni oleh suku Makian Timur (Makian Dalam). Pulau Makian bergunung-gunung dan tempat bagi gunung api Kie Besi , yang sudah meletus beberapa kali.

suku-makian-barat-maluku-utara
Suku Makian Barat
Suatu letusan dahsyat Gunung Kie Besi pada tahun 1975 pemerintah mengungsikan penduduk di sekeliling gunung api ke pulau-pulau di sekeliling Pulau Halmahera. Hal ini memicu adanya komunitas penduduk Makian Barat yang tinggal di Pulau Kayoa hingga Pulau Makian penggalan selatan , penggalan barat hingga timur Pulau Halmahera , dan di wilayah transmigrasi Kao , Malifut , dan Halmahera.

Pada masa lampau , pada biasanya pengamat mengelompokkan suku Makian selaku satu grup suku dengan dua dialek bahasa. Akan tetapi , dengan analisis yang saksama dimengerti bahwa bahasa Makian Barat , Jitinee , ialah penggalan dari keluarga bahasa Papua Barat , sementara bahasa Makian Timur , Tabayama , ialah penggalan dari keluarga bahasa Austronesia , yakni keluarga bahasa yang mayoritas di antara suku-suku Indonesia.

Sebagian besar penduduk Makian Barat yakni petani. Tanaman budidaya utama meliputi padi , jagung , umbi-umbian , kacang-kacangan , rempah-rempah , dan sayur-sayuran. Untuk menebang pohon , mereka menggunakan bendo pendek (samaran) dan kampak (tamako) , dan untuk menanam padi dan jagung , mereka menggunakan tongkat (hamasik atau leko). Masyarakat Barat Makian juga menangkap ikan untuk menyanggupi keperluan hidup sehari-hari.

Salah satu akhlak Makian yang penting yakni makayaklo , yakni koordinasi timbal balik dalam melaksanakan kiprah , seumpama pembukaan hutan dan kebun , membangun rumah , pesta janji nikah , dan pemakaman. Konsep makayaklo diperlihatkan dalam gerakan tari Cawa.

Secara biasa penduduk Makian memeluk agarna Islam. Pengaruh Islam terlihat terang pada bentuk seni Makian , yang meliputi hafalan doa-doa , tari salaijin , hafalan Al quran , dan debus yang menambahkan pertunjukan mejik. Debus bermitra dengan metode kekuatan supranatural Makian masa lampau.

5. Suku Bangsa Makian Timur

Suku bangsa Makian Timur disebut juga Makian Dalam. Mereka tinggal di pantai timur Pulau Makian. Sisanya ditempati oleh penduduk Makian Barat (Makian Luar). Masyarakat Makian Timur Juga sanggup didapatkan dalam kalangan kecil di Pulau Mori , Bacan , Obi , dan Kayoa ke arah selatan , dan pantai penggalan barat dan penggalan utara wilayah transmigrasi Malifut di Pulau Halmahera.

suku-makian-timur-maluku-utara
Suku Makian Timur
Masyarakat Makian Timur mempunyai mata pencaharian selaku petani. Apabila tanah mereka tidak sesuai untuk tanaman padi , apalagi mereka dulu menanam jagung dan pisang. Masyarakat Makian Timur juga membudidayakan kelapa , yang diproses menjadi kopra.

Masyarakat Makian yang tinggal di Pulau Halmahera dan pulau-pulau lain biasanya melakukan pekerjaan selaku nelayan , menangkap ikan menggunakan pancing , jala atau bubu bambu. Sistem sosial penduduk Makian Timur yakni metode klan , yang disebut soa. Karena berasal dari satu garis keturunan , anggota sebuah soa mesti menikah dengan soa di luar mereka. Biasanya , sepasang pengantin gres hidup di lingkungan suami.

Sebagai muslim , penduduk Makian Timur mempraktikkan upacara , seumpama khitanan , sholat berjamaah di masjid , dan berpuasa selama bulan Ramadhan. Akan tetapi , keyakinan tradisional wacana hal mistik , masih mempunyai efek mempunyai pengaruh pada kehidupan sehari-hari mereka. Dukun ialah figur kuat. Islam dibawa ke Makian lewat seorang yang berjulukan Mohamad Arzad , yakni seorang muslim suku Minangkabau dari Sumatra Barat. Mohamad Arzad menikah dengan putri Raja Makian. Mereka mempunyai empat anak , yang dinamai Torano , Bangsa , Um Imam , dan Sangaji.

:
Pakaian Adat Maluku Utara Lengkap , Gambar dan Penjelasannya
Upacara Adat Daerah Maluku Utara Lengkap Penjelasannya
Rumah Adat Maluku Utara Lengkap Gambar dan Penjelasannya
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon