1. Keunikan Teater Nusantara
Keunikan teater Nusantara terlihat dari unsur-unsur pertunjukannya. Selain itu, juga terdapat pada gaya dan kecenderungan mereka untuk melaksanakan eksperimen. Mereka melaksanakan ekplorasi pada gaya artistik dan pertunjukan. Berikut ini keunikan beberapa kelompok teater mutakhir Nusantara.
a. Teater Garasi
Pertunjukan perdana Garasi yakni pertunjukan Wah karya Putu Wijaya pada tanggal 2 April 1995 di Purna Budaya Yogyakarta. Pertunjukan ini bisa menyedot lebih dari 1000 penonton dalam satu malam. Teater Garasi yang lahir di Yogyakarta pada pertengahan tahun 90-an telah memiliki keunikan referensi yang cukup mapan dalam hal penyutradaraan oleh Yudi Ahmad Tajudin. Pemain dituntut bekerja keras melaksanakan eksplorasi terhadap setiap hal yang dimungkinkan. Pemain melaksanakan latihan menurut kesadaran untuk melaksanakan jelajah kreativitas. Pertunjukan kelompok ini senantiasa memukau dengan kemampuan individu para pemainnya. Serta proteksi artistik sehingga menghasilkan keunikan pertunjukan yang senantiasa menawan. Pertunjukan Garasi seakan menjadi barometer peta perkembangan teater mutakhir Indonesia.
Kelompok ini bangun semenjak 30 September 1978. Pada awalnya kelompok ini berjulukan Teater Egg yang beranggotakan sejumlah pencetus teater di Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta Selatan dan berubah nama menjadi Teater Tetas semenjak 1984. Keunikan kelompok ini dikenal melalui pertunjukan-pertunjukannya yang mengangkat mitos pewayangan sebagai bahan dasar pertunjukan. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk mengangkat gaya lain dalam pertunjukannya.
Beberapa naskah yang pernah dipentaskan antara lain: Geger Indraprasta (1986), Lahirnya Wisanggeni (1987), Bayi di Aliran Sungai (1999), Wisanggeni Berkelebat (2000), Palaganada: Dari Negeri Cinta (2001), Seorang Anak Menangis (2002), Palaganada: Jejak Surga (2003), Julung Sungsang (2005-2006), serta Republik Anthurium (2008).
Teater Satu Lampung didirikan oleh Iswadi Pratama dan Imas Sobariah pada 18 Oktober 1996 di Lampung. Kelompok ini mementaskan naskah Lysistrata pada April 1997 sebagai pertunjukan perdana. Pertunjukan-pertunjukan selanjutnya menampilkan aneka macam gaya, pilihan artistik, dan kreativitas pemain yang dimanfaatkan secara maksimal. Perekrutan anggota Teater Satu Lampung dimulai ketika mereka mulai memasuki sekolah menengah atas. Teater Satu Lampung banyak mementaskan karya sastra dalam pertunjukan monolognya.
2. Pesan Moral Teater Nusantara
Teater modern Indonesia tidak pernah jauh meninggalkan permasalahan yang terjadi pada masyarakat yang meninggalkan pesan moral yang penting dalam kehidupan. Oleh alasannya yakni itu, kebanyakan pesan yang disampaikan dalam pertunjukan masih berkutat pada problem kemanusiaan, kritik sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang terjadi di Indonesia. Misalnya pada pertunjukan Teater Koma dan Teater Payung Hitam.
Itulah tadi pembahasan mengenai keunikan dan pesan moral teater nusantara, biar bermanfaat.
Keunikan teater Nusantara terlihat dari unsur-unsur pertunjukannya. Selain itu, juga terdapat pada gaya dan kecenderungan mereka untuk melaksanakan eksperimen. Mereka melaksanakan ekplorasi pada gaya artistik dan pertunjukan. Berikut ini keunikan beberapa kelompok teater mutakhir Nusantara.
a. Teater Garasi
Pertunjukan perdana Garasi yakni pertunjukan Wah karya Putu Wijaya pada tanggal 2 April 1995 di Purna Budaya Yogyakarta. Pertunjukan ini bisa menyedot lebih dari 1000 penonton dalam satu malam. Teater Garasi yang lahir di Yogyakarta pada pertengahan tahun 90-an telah memiliki keunikan referensi yang cukup mapan dalam hal penyutradaraan oleh Yudi Ahmad Tajudin. Pemain dituntut bekerja keras melaksanakan eksplorasi terhadap setiap hal yang dimungkinkan. Pemain melaksanakan latihan menurut kesadaran untuk melaksanakan jelajah kreativitas. Pertunjukan kelompok ini senantiasa memukau dengan kemampuan individu para pemainnya. Serta proteksi artistik sehingga menghasilkan keunikan pertunjukan yang senantiasa menawan. Pertunjukan Garasi seakan menjadi barometer peta perkembangan teater mutakhir Indonesia.
Pertunjukan Teater Garasi menampilkan kemampuan individu pemain disertai kemungkinan pencapaian artistik yang maksimal.
b. Teater TetasKelompok ini bangun semenjak 30 September 1978. Pada awalnya kelompok ini berjulukan Teater Egg yang beranggotakan sejumlah pencetus teater di Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta Selatan dan berubah nama menjadi Teater Tetas semenjak 1984. Keunikan kelompok ini dikenal melalui pertunjukan-pertunjukannya yang mengangkat mitos pewayangan sebagai bahan dasar pertunjukan. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan untuk mengangkat gaya lain dalam pertunjukannya.
Beberapa naskah yang pernah dipentaskan antara lain: Geger Indraprasta (1986), Lahirnya Wisanggeni (1987), Bayi di Aliran Sungai (1999), Wisanggeni Berkelebat (2000), Palaganada: Dari Negeri Cinta (2001), Seorang Anak Menangis (2002), Palaganada: Jejak Surga (2003), Julung Sungsang (2005-2006), serta Republik Anthurium (2008).
Empat pemain Teater Tetas mementaskan naskah Raung Kuda Piatu karya Ags. Arya Dipayana di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
c. Teater Satu LampungTeater Satu Lampung didirikan oleh Iswadi Pratama dan Imas Sobariah pada 18 Oktober 1996 di Lampung. Kelompok ini mementaskan naskah Lysistrata pada April 1997 sebagai pertunjukan perdana. Pertunjukan-pertunjukan selanjutnya menampilkan aneka macam gaya, pilihan artistik, dan kreativitas pemain yang dimanfaatkan secara maksimal. Perekrutan anggota Teater Satu Lampung dimulai ketika mereka mulai memasuki sekolah menengah atas. Teater Satu Lampung banyak mementaskan karya sastra dalam pertunjukan monolognya.
2. Pesan Moral Teater Nusantara
Teater modern Indonesia tidak pernah jauh meninggalkan permasalahan yang terjadi pada masyarakat yang meninggalkan pesan moral yang penting dalam kehidupan. Oleh alasannya yakni itu, kebanyakan pesan yang disampaikan dalam pertunjukan masih berkutat pada problem kemanusiaan, kritik sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang terjadi di Indonesia. Misalnya pada pertunjukan Teater Koma dan Teater Payung Hitam.
Itulah tadi pembahasan mengenai keunikan dan pesan moral teater nusantara, biar bermanfaat.
Advertisement
Advertisement
EmoticonEmoticon