Nih Jenis-Jenis Folklor (Folklor Lisan, Folklor Sebagian, Bukan Lisan) | Teladan Folklor

Share:
Folklor yaitu sebagian kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan secara bebuyutan secara tradisional. Tradisi ini sanggup berbeda-beda versinya baik dalam bentuk lisan, perbuatan, maupun alat-alat pembantu pengingat. Kebudayaan Indonesia yang berbentuk folklor mempunyai ciri-ciri khusus antara lain sebagai berikut: bersifat lisan, bersifat tradisional, versinya berbeda-beda, cenderung mempunyai bentuk berumus atau berpola, tidak diketahui siapa penciptanya, mempunyai fungsi dalam kehidupan kolektif yang memilikinya, berifat pralogis, menjadi hak milik bersama, dan bersifat polos atau spontan.
 yaitu sebagian kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan secara turun Nih Jenis-Jenis Folklor (Folklor Lisan, Folklor Sebagian, Bukan Lisan) | Contoh Folklor
Secara garis besar folklor dikelompokkan menjadi tiga jenis antara lain sebagai berikut (dikutip dari James Danandjaya, 1984).
1. Folklor Lisan
    Yang tergabung ke dalam folklor lisan antara lain sebagai berikut.
1) Bahasa rakyat ibarat logat, julukan, gelar, bahasa rahasia, dan sebagainya.
2) Ungkapan tradisional ibarat peribahasa, pepatah, dan sebagainya.
3) Pertanyaan tradisional ibarat teka-teki, cangkriman, dan sebagainya.
4) Puisi rakyat ibarat pantun, syair, bidal, pemeo, dan lain-lain.
5) Cerita prosa rakyat ibarat mite, legenda, dongeng, dan sebagainya.
6) Nyanyian rakyat

2. Folklor Sebagian Lisan
    Yang tergabung dalam folklor sebagian lisan antara lain sebagai berikut.
1) Kepercayaan atau takhayul
2) Permainan dan hiburan rakyat
3) Teater rakyat ibarat wayang orang (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur), lenong (Jakarta), arja (Bali)
4) Adat kebiasaan ibarat khitanan, gotong royong, dan lain-lain.
5) Upacara-upacara yang dilaksanakan dalam siklus hidup manusia
6) Tari rakyat ibarat Srimpi (Jawa Tengah), tari Tor-tor (Batak), tari doger (Jakarta).
7) Pesta rakyat ibarat selamatan

3. Folklor Bukan Lisan
    Folklor bukan lisan lain sebagai berikut.
1) Arsitektur ibarat bentuk rumah budbahasa dan lumbung padi
2) Hasil kerajinan rakyat ibarat batik, patung, keris
3) Pakaian dan tambahan ibarat pakaian adat
4) Obat-obatan rakyat ibarat jamu tradisional
5) Makanan dan minuman tradisional ibarat rendang Padang, gudeg Yogyakarta
6) Alat musik tradisional ibarat angklung, gamelan
7) Peralatan dan senjata ibarat alat-alat rumah tangga, senjata untuk berburu
8) Mainan ibarat boneka, alat musik, dan lain-lain.
    Dalam sebuah folklor biasanya terkandung nilai, petuah, nasihat, dan pelajaran yang sanggup dijadikan cermin bagi orang yang membaca atau mendengarnya. Agar lebih terang silakan kau baca teladan folklor yang berjudul Nyi Pohaci berikut ini.

Nyi Pohaci
    Alkisah Nyi Pohaci terlahir dari sebutir telur yang berasal dari air mata Dewa Naga Anta. Dewa Naga Anta menangis alasannya yaitu dimarahi oleh Batara Narada. Sesungguhnya Dewa Naga Anta ingin membantu pembangunan istananya Dewa Guruingin, namun alasannya yaitu Dewa Naga Anta tidak mempunyai tangan, maka tidak sanggup dilakukannya. Tiga tetas air mata Naga Anta berubah menjadi menjadi tiga butir telur dan digigitnya perlahan untuk dibawa kepada Dewa Guru.
    Dalam perjalanan, dia tidak menjawab sapaan Elang alasannya yaitu mulutnya penuh dengan telur. Karena tidak menjawab sapaan, Elang kemudian menyambar Naga Anta sehingga dua telur terjatuh ke bumi berubah menjadi menjadi dua ekor babi hutan yang berjulukan Kakabuat dan Budug Basu. Sebutir telur yang selamat risikonya hingga ke hadapan Dewa Guru dan diperintahkannya Naga Anta untuk mengerami telur tersebut. Setelah menetas, muncullah seorang bayi anggun yang diberi nama Nyi Pohaci. Bayi yang anggun tersebut risikonya disusui oleh Dewi Umah; istri Dewa Guru. Setelah Nyi Pohaci beranjak dewasa, Dewa Guru berniat menyuntingnya. Namun, Nyi Pohaci jatuh sakit dan wafat. Nyi Pohaci dimakamkan di bumi. Dari makamnya muncul beraneka tumbuhan yang diharapkan masyarakat Sunda. Kepala Nyi Pohaci berubah menjadi menjadi pohon kelapa, mata kanannya menjadi padi putih, mata kiri menjadi padi merah, hatinya menjadi ketan, paha kanan menjadi bambu aur, paha kiri menjadi bambu tali, betisnya menjadi pohon enau, ususnya menjadi akar tunjang, dan rambutnya menjadi rerumputan.
    Sayangnya, Kalabuat dan Budug Basu sering merusak tanaman-tanaman tersebut. Untuk menjaga tanaman-tanaman tersebut, Yang Maha Wenang membuat Jaka Sadana (Sulanjana), Sri Sadana, dan Rambut Sadana yang berasal dari tiga tetes air mata Yang Maha Wenang. Selain itu, untuk memperbanyak tanaman-tanaman tersebut di Kerajaan Pajajaran, Dewa Guru juga memerintah Batara Semar. (Sumber teladan folklor: www.mail-archive.com)
Advertisement
Advertisement


EmoticonEmoticon