Konten [Tampil]
Asal Usul Kesenian Ludrug
Literatur wacana ludrug diperoleh dari pencarian studi naskah dan kamus antik oleh Suripan Sadi Hutomo. Menurut T. Roorda kata ludrug diartikan selaku badhut , sanggup pula diartikan jemek. Ada pula yang menyatakan ludrug mempunyai arti jeblok , gluprut , bangsane ledhek , dan ada yang mengartikan ledhek lanang.
Ludrug tergolong jenis drama tradisional Jawa yang lahir dan meningkat di tengah-tengah rakyat Jawa Timur dan bersumber pada spontanitas kehidupan rakyat. Ludruk disampaikan dengan performa dan bahasa yang mudah dicerna masyarakat. Kesenian ludrug berfungsi untuk hiburan , selaku pengungkapan situasi kehidupan penduduk , dan juga tempat penyaluran kritik sosial. Ada yang beropini bahwa Ludrug berasal dari Surabaya , ada pula yang beropini bahwa Ludrug berasal dari kawasan Jombang.
Ludrug merupakan salah satu kesenian tradisional rakyat di Jawa Timur , yang berkembang dan meningkat dengan baik di Surabaya , Mojokerta , Malang , Blitar , Jombang , Sidoarjo , Probolingga , Madiun , Kediri , Gresik , Lumajang , Bondowoso , dan Jember. (Kasiyanto Kasemin: 1999:2). Namun , belakangan ini kemajuan ludrug kurang menggembirakan.
Ludrug pertama kali timbul sekitar tahun 1890. Yang mencetuskan pertama kali merupakan Gangsar , seorang seniman dari Desa Pandan. Mula-mula Ludrug semula bentuknya sungguh sederhana , yakni cuma ngamen dan jogetan. Semua pemain ludrug merupakan laki-laki. Mengapa para pemain ludrug berpakaian perempuan? Hal ini ada ceritanya , Gangsar bahagia hidup mengembara. Dalam pengembaraannya , Gangsar menyaksikan seorang pria yang menggendong anaknya yang sedang menangis , beliau berpakaian wanita. Gangsar kemudian mendekati lelaki tersebut , ternyata lelaki itu berpakaian perempuan alasannya merupakan untuk memperdaya anaknya yang menangis , seolah-olah lelaki itu merupakan ibunya. Lelaki yang berpakaian perempuan itu menawan perhatiannya , sahingga mengilhami para pemain ludrug dengan busana wanita.
Bentuk ludrug yang semula sungguh sederhana tersebut kemudian meningkat dengan penambahan sana sini. Salah satunya merupakan adanya parikan dan dialog. Karena tarian yang dimainkan dengan cara gedrug-gedrug kemudian diberi nama ludrug. Pada zaman kolonial Belanda , para pemain ludrug melakukan sindiran-sindiran terhadap pemerintahan Belanda. Kritik sosial tersebut dilaksanakan dengan cara melakukan sindiran terselubung pada Belanda. Dalam Ludrug Besutan , yang disamarkan tidak saja kritik sosial , tetapi juga nama-nama pemain pun juga disamarkan. Permainan Ludrug Besutan bentuknya selaku berikut , tandakan atau menari bebas , lawakan atau lawakan , dan besutan. Semula ludrug belum ada ceritanya , tetapi sejak tahun 1922 permainan ludrug sudah mulai mengambil kisah suatu karya sastra.
Permainan ludrug yang sudah memasukkan komponen kisah disebut ludrug sandiwara. Ludruk sandiwara dengan sarat keberanian mengungkapkan keprihatinan penduduk yang terjajah , juga mengobarkan semangat usaha untuk mengenyahkan penjajah dari Indonesia. Kostum para pemain ludrug berwarna merah putih yang merefleksikan bendera Indonesia. Ada suatu parikan yang dibentuk oleh Cak Durasim yang menyindir pemerintahan Jepang ‘Pagupon omahe dara , melok Nippon tambah sengsara’. Karena keberaniannya mengungkapkan kritik sosial karenanya ditangkap oleh tentara Jepang dan meninggal di tahanan Jepang.
Fungsi ludrug selain selaku fasilitas hiburan dan melakukan kritik sosial juga berfungsi selaku penawaran khusus barang-barang tertentu yang menjadi sponsornya. Sekitar tahun 70-an , kesenian ludrug bahkan sering melakukan pertunjukan hingga ke kawasan Jawa Tengah dan Daerah spesial Yogyakarta. Menurut sensus kesenian yang dijalankan oleh Kanwil P dan K Jawa Timur , hingga tahun 1985 terdapat 58 asosiasi ludrug dengan pemain 1.530 pemain.
Pertunjukan Seni Ludruk |
Sejarah Perkembangan Ludrug
a. Ludrug Bandan sekitar kurun 12-15
Pertunjukan ludrug yang pertama berjulukan Ludrug Bandan , yang dipertunjukkan pada Ludrug Bandan ini merupakan menginformasikan ilmu kanuragan , jaya kawijayan , mengadu kerasnya tulang , dibacok tidak mempan , direndam tidak berair , dibakar tidak terbakar , dikepung menghilang , sanggup menghasilkan kembaran tubuh , dan dipegang lepas alasannya merupakan licin menyerupai belut.
b. Ludrug Lerok sekitar Abad 16-17
Selanjutnya timbul Ludrug Lerok. Kata lerok mempunyai arti lira , tujuannya suatu alat permainan musik yang bentuknya menyerupai siter , cara memainkan dengan cara dipetik sambil bernyanyi perlahan-lahan. Permainan Ludrug Lerok yaitu:
1) Menunjukkan Ilmu hipnotis atau penggendam atau sulapan. Pada waktu mengadakan penggendaman pemain ludrug bernyanyi perlahan-lahan sambil mengeluarkan uneg-uneg yang tersimpan dalam hati.
2) Kalau ada yang menanggap Ludrug Lerok , si penanggap lazimnya meminta ketua rombongan supaya menghadirkan benda-benda yang ada di pasar. Paginya ketua rombongan pergi ke pasar mencari benda-benda menyerupai yang dimaksud oleh penanggap. Benda-benda pasar yang sudah dipegang oleh ketua rombongan kemudian ditawar harganya , tetapi cara menawarnya dihemat supaya benda tersebut tidak jadi dibeli.
3) Bertepatan dengan pertunjukan ludrug , salah satu pemain Ludrug Lerok maju ke panggung , masuk dikurungan yang wujudnya menyerupai kurungan ayam yang besar , ditutup dengan kain mori putih.
c. Ludrug Besutan sekitar tahun 1911-1931 M
Pemeran utama pada Ludrug Besutan berjulukan Besut. Lakon yang dimainkan menggambarkan kehidupan Besut di saat berjumpa dengan Asmunah. Ciri Ludrug Besutan yaitu: ceritanya berwujud kisah novel , ceritanya menampung pralambang ‘pasemone ngaurip’ , Kesenian Ludruk Besutan berisi falsafah hidup yang dilambari dengan kehidupan yang religius.
Pada ludrug besutan , apabila ditanggap pada program hajatan mantu atau supitan , yang jadi aktor Besut mempunyai tanggung jawab yang sungguh besar. Besut tersebut bertanggung jawab terhadap keselamatan di sekeliling hajatan , juga ikut bertanggung jawab akan kedatangan para tamu. Apabila animo hujan , Besut berupaya memindahkan hujan ke tempat lain , sehingga di tempat hajatan terbebas dari hujan. Pemeran Besut mengenakan busana bebedan mori putih , celana komprang , mengenakan sabuk lawe , dipinggangnya diselipkan senjata , dan badannya tidak mengenakan pakaian.
Para pemain Ludrug Besutan yang tersohor antara lain Niti Satimin , dan Cak Kusen. Selain itu , ada pemain lain yang kondang , yakni Cak Ngari (besut) , Cak Ganda Durasim (dagelan) , Da’uk (pawestren). Ketiganya dari rombongan ludrug Genteng Legen. Pemeran Besut itu bukan orang asal-asalan , selain mempunyai ilmu kanuragan , Besut juga mempunyai ilmu kebatinan , beliau mempunyai wibawa.
Cak Ganda Durasim selain selaku pemain lawakan , juga pandai menghasilkan parikan dan kidungan. Biasanya beliau berpasangan dengan Cak Wakidin. Setelah ludrug Genteng Legen bubar , Cak Durasim mendirikan grup ludrug gres dan diberi nama Ludrug Cak Durasim. Cak Durasim memperbarui ludrug besutan menjadi ludrug Stambul Jawi dan berikutnya menjadi ludruk sandiwara.
d. Ludrug Stambul Jawi dan Ludrug Sandiwara 1932 M
Selanjutnya Ludrug Besutan bermetamorfosis ludrug Stambul Jawi dan karenanya menjadi ludrug sandiwara. Ciri-ciri Ludrug Sandiwara:
1) Diawali dengan tari ngremo.
2) Kidungannya menyerupai ludrug lerok.
3) Ditengah-tengah permainan kethoprak ditampilkan dagelan.
Sumber kisah ludrug sandiwara juga mengalami kemajuan , yakni mengambil kisah dari novel , cerita-cerita roman. Cak Ganda selaku pemain lawakan didampingi oleh Cak Wakidin. Cak Karsa menjadi paman Jamina; kadangkala menjadi aktor lawakan wanita. Cak Amir , Cak Nata Kasiyan , Cak Satari , dan Cak Minin berperan selaku wanita.
Ternyata tombongan ludruk Cak Ganda Durasim tidak cuma selaku fasilitas hiburan tetapi juga bertekad untuk berjuang membela kemerdekaan Indonesia dengan cara membuatkan semangat perjuangan. Cak Durasim memang berjiwa patriot , Dia sungguh erat dengan Dr. Sutomo tokoh pejuang nasional dari Surabaya. Saat Dr. Sutomo akan mendirikan Gedong Nasional Indonesia , Cak Durasim ulet mengadakan pertunjukan ludrug ke mana-mana dan hasilnya untuk menolong terlaksananya pembangunan GNI tersebut. Di dalam men gadakan pertunjukan ludrug , Cak Durasim senantiasa mengobarkan semangat usaha , persatuan , dan bersamaan terhadap masyarakat.
Saat penjajahan Jepang , para pemain ludrug mengalami tekanan-tekanan mental dari pemerintahan Jepang. Terbukti pada suatu hari , rombongan ludruk Cak Durasim mengadakan pertunjukan di Jombang. Cak Durasim menyerupai lazimnya berperan selaku dagelan. Pada pertunjukan di Jombang itu , Cak Durasim mengucapkan parikan yang berbunyi:
"Sajege ana Nippon , Awakku sengsara..."
Mendengar kidungan yang dibawakan oleh Cak Durasim tersebut , pemerintah Jepang menyerupai kebakaran jenggot. Cak Durasim diundang disuruh membubarkan rombongan ludrugnya. Dengan dibubarkannya rombongan ludrug itu , Cak Durasim merasa sungguh kecewa. Baginya ludrug merupakan panggilan jiwanya. Selain selaku pekerjaan untuk membiayai hidup , juga selaku bentuk verbal jiwa , dan untuk mengobarkan semangat perjuangan.
Cak Durasim karenanya ditangkap oleh pemerintah Jepang , pada tanggal 8 Agustus 1944 M , Cak Durasim meninggal dalam tahanan Jepang. Cak Durasim dimakamkan di Taman Pemakaman Tembok. Setelah Indonesia merdeka , para mantan pemain ludrug berkumpul kembali dan mendirikan asosiasi ludrug. Cak Nata Kasiyan , Cak Satari , Cak Usman Bendul mendirikan ludrug yang berjulukan ‘Ludrug Jawa Timur’ , pimpinan Cak Satari dan Cak Nata. Ada pula kalangan ludrug yang berjulukan 'Ludrug Sekar Mulya’ dipimpin oleh Pak Dul dan Cak Yatno. Rombongan ‘Ludrug Marhaen’ dipimpin oleh Cak Wibawa , rombongan ‘ Ludrug Masa’ dipimpin oleh Cak Jamil , dan masih banyak lagi grup-grup ludrug yang lain.
Ludrug setelah Indonesia Merdeka
Setelah Indonesia merdeka ada berbagai bermunculan grup-grup ludrug. Ada ludrug amatir , semi profesional , dan grup ludrug profesional. Pada waktu itu beberapa kalangan ludruk bermain secara berkeliling. Tidak cuma di wilayah Jawa Timur mereka tampil , bahkan hingga mengadakan pertunjukan ke Jawa Tengah. Biasanya rombongan itu bermain di wilayah lain selama berbulan-bulan. Rombongan
itu bermalam di kelurahan atau balai desa dan hidupnya membaur dengan penduduk di sekitar. Pertunjukan ludrug secara lazim mempunyai ciri-ciri selaku berikut:
a. Pemain ludrug semua laki-laki.
b. Pemain ludrug condong membentuk kalangan travesti.
c. Ceritanya berisi adegan tregedi dan humor.
d. Dekorasinya lazimnya berupa interior rumah , alam pedesaan , pegunungan , kuburan , dan resepsi perkawinan.
e. Kostum sesuai dengan kisah , misalnya kostum tentara , hantu , kostum pengantin , kostum petani , kostum pembantu.
f. Menggunakan seperangkat gamelan yang sederhana , yakni gong kecil , saron , demung , peking , penerus , kendang , dan gong kecil , penabuh gamelan berisikan 4 orang.
g. Urutan pertunjukan ludrug , yakni dimulai dengan ngremo , kidungan , bedayan (tari-tarian) ,dan kisah inti.
Cerita ludrug sanggup dibedakan menjadi dua macam , yakni kisah pakem dan kisah fantasi. Cerita pakem lazimnya menceritakan tokoh-tokoh ternama dari Jawa Timur , menyerupai Sarif Tambak Yoso , Cak Sakera. Cerita fantasi merupakan karangan seseorang , lazimnya menceritakan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Lakon yang dipentaskanpun ada dua macam , yakni lakon pakem dan lakon fantasi. Cerita fantasi misalkan lakon horor dan drama rumah tangga. Lakon fantasi lebih sering dipentaskan alasannya merupakan penonton lebih bahagia dengan lakon tersebut.
:
Mengenal Kebudayaan Daerah Jawa Timur
Kesenian Tradisional Jawa Timur Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat di Provinsi Jawa Timur Lengkap Penjelasannya
Alat Musik Tradisional Jawa Timur Lengkap , Gambar dan Penjelasannya
:
Mengenal Kebudayaan Daerah Jawa Timur
Kesenian Tradisional Jawa Timur Lengkap Penjelasannya
Upacara Adat di Provinsi Jawa Timur Lengkap Penjelasannya
Alat Musik Tradisional Jawa Timur Lengkap , Gambar dan Penjelasannya
Advertisement
Baca juga:
Advertisement
EmoticonEmoticon